Dulu, ketika pertama kali mencoba cloth diapering saya dilanda kegalauan yang cukup berlarut-larut. Berhari-hari bahkan berminggu-minggu mantengin marketplace untuk memilih dan memilah clodi. Kenapa marketplace? Karena sejujurnya saya tidak tahu harus beli clodi di mana. Kebanyakan (atau malah semua) babyshop yang pernah saya jumpai tidak ada yang menjual clodi. Lagipula, jaman sekarang apa sih yang nggak ada di online market? Hampir semua barang di-lapak-kan online.
Belum googling sama sekali waktu itu. Jadi cuma mengandalkan tahu istilah cloth diaper atau clodi saja. Pas 'clodi' dimasukkan ke kolom pencarian marketplace, ternyata eh ternyata... buanyak sekali yang keluar. Alamak!!
Karena masih kepo, saya buka satu per satu hasil pencarian yang muncul. Baca deskripsi produknya satu-satu. Detail. Semua, dari awal sampai akhir. Dari deskripsi itu, yang menurut saya bagus, langsung saya 'favorit' kan dan masuk ke keranjang. Lanjut produk berikutnya. Ketemu yang bagus lagi visual dan deskripsinya, masuk lagi ke keranjang. Begitu terus berkali-kali selama berhari-hari, sampai keranjang saya penuh dengan clodi tanpa saya sadari.
Ketika buka keranjang, mau checkout, saya terkejut. Kok banyak sekali?! Mau tidak mau, saya harus pilah-pilah lagi, mana yang kira-kirap bagus. Di situlah saya mulai berpikir lebih dalam... Bagaimana saya tahu ini yang bagus dan cocok untuk anak saya. Modelnya macam-macam. Bentuknya beda-beda. Harus yang mana? Harganya apalagi, mulai dari yang murah sampai mahal ada.
Kegundahan hati dan pikiran melanda diri saya. Tidak ada keluarga, sahabat, atau orang yang bisa saya tanyai. Semua orang yang saya kenal dalam hidup saya belum pernah ada yang pengalaman tentang per-clodi-an. Saat itulah saya mulai belajar, googling, baca-baca di internet tentang clodi. Mulai dari definisinya, jenis-jenisnya, bahan-bahannya, sampai cara mencuci dan maintenance-nya. Dan alhamdulillah, mulai tercerahkan.
Tak lupa saya mengajak suami untuk ikut belajar per-clodi-an, supaya dia juga tahu, ini lho yang mau dipakai anaknya. Karena bayi ini anak bersama, ayah juga wajib ikut ambil bagian dan membersamai proses tumbuh kembang anaknya. Dukungan ayah nyatanya juga sangat menentukan keberhasilan dan keberlangsungan proses cloth diapering. Contoh paling sederhana ialah dukungan finansial.
Sebagai seorang ibu full rumah tangga, setiap hari di rumah, bekerja mengurus rumah dan penduduk rumah, salah satu tugas saya adalah menjadi menteri keuangan rumah tangga. Ketika saya ijin ke bapak negara untuk membeli clodi, beliau mendukung, malah memberi anggaran khusus untuk clodi dan perlengkapannya.
Dukungan ini penting bagi saya, karena saya belum berpenghasilan mandiri, saya harus pandai-pandai mengatur anggaran belanja rumah tangga, clodi, dan kebutuhan lain. Kalau suami mendukung secara finansial, seperti yang saya alami, anggaran belanja pun aman...
Clodi yang berkualitas sebanding dengan visual yang berkelas. Mulai dari bentuknya, bahannya, kelembutannya, motifnya, bahkan kemasannya pun berkelas. Saya belajar bahwa clodi yang dikemas rapi dalam package yang cantik, mempunyai kualitas yang lebih unggul daripada clodi yang asal dikemas dalam plastik transparan biasa.
Packaging itu penting, sebab menunjukkan keseriusan produsen dalam mendukung kampanye zerowaste for better life. Meskipun bukan indikator utama, tetapi clodi yang dikemas dalam kantong ramah lingkungan biasanya lebih menggoda visual, kualitas dan performanya. Bahkan, beberapa produk telah mengantongi sertifikat SNI demi menjamin mutu dan kualitasnya.
Nah, supaya parents lain tidak mengalami kegalauan seperti saya, berikut ini adalah tips-tips yang dapat saya bagikan. Semoga bisa menghalau kegundahan hati parents yang ingin memulai berclodi, ya!
1. Pilih model sesuai dengan kebutuhan
Sebelum membeli clodi, pelajari dulu model-modelnya supaya bisa memilih clodi yang paling sesuai kebutuhan dan kondisi. Secara umum clodi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu outer, inner dan insert. Bagian-bagian clodi ini insyaAllah akan saya jelaskan di postingan yang lain. Berdasarkan desain insert-nya, saat ini ada beberapa tipe clodi yang beredar di pasaran antara lain clodi cover, pocket dan all in one (AIO).
Pada clodi cover, insert langsung diselipkan di atas outer dan dipakaikan ke bayi. Clodi ini tidak mempunyai lapisan inner, sehingga ketika basah pun cukup diganti insert-nya saja (selama outer tidak basah). Pada clodi pocket lapisan inner dijahit dengan dengan outer sehingga membentuk lubang kantong yang bisa diisi dengan insert. Ketika inner basah, insert pun basah, jadi semua harus diganti baru.
Pada clodi AIO, lapisan outer, inner dan insert dijahit menjadi satu. Sama seperti clodi pocket, ketika sudah basah maka semua bagian harus diganti. Masing-masing model clodi mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga saya secara pribadi tidak bisa mengatakan clodi A lebih baik daripada clodi B. Jadi lebih baik disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi si kecil.
2. Pilih tipe clodi yang paling pas
Selain model clodi di atas, ada pula clodi jenis velcro dan snap button. Pada clodi velcro penutupnya (closure) menggunakan perekat a.k.a kretekan, sedangkan clodi snap button menggunakan kancing jepret yang adjustible (bisa diatur-atur). Berdasarkan pengalaman saya, clodi velcro lebih mudah dan ringkas digunakan daripada clodi snap. Tetapi jika tidak hati-hati clodi ini bisa merusak kain ketika dicuci bersamaan dengan insert-nya atau pakaian yang lain, karena velcro-nya cenderung menarik kain dan menempel erat.
3. Pilih yang sesuai dengan ukuran tubuh si kecil
Beberapa produsen clodi mengeluarkan produk-produknya berdasarkan berat badan atau usia bayi. Clodi newborn diperuntukkan khusus untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2 sampai 7 kg (ada yang 3 sampai 10 kg). Clodi ini tentu sudah tidak bisa dipakai untuk infant yang berat badannya sudah lebih dari 7 kg. Untuk clodi all size bisa dipakai untuk bayi dengan berat badan 3 sampai 15 kg, sedangkan untuk ukuran jumbo bisa dipakai untuk bayi dengan berat badan 15 sampai 20 kg.
Meski demikian, parents tetap harus menyesuaikan dengan ukuran tubuh si kecil karena ada beberapa bayi yang ukuran tubuhnya memang lebih besar daripada bayi lainnya. Bayi saya contohnya. Di usianya yang saat ini masuk 9 bulan, berat badannya sudah lebih dari 10 kg dan tingginya 72 cm. Ukuran tersebut sudah masuk kategori 'gemuk dan besar' untuk bayi seusianya. Karena itu, ketika saya pakaikan clodi all size reguler, yang diklaim bisa dipakai sampai bayi 15 kg, clodi sudah tidak muat.
Kalau ngeyel dipakaikan justru bayi jadi tidak nyaman karena sesak dan ketat, bayi tersiksa, dan pada akhirnya performa clodi pun tidak maksimal. Clodi tidak mampu meng-cover pantat bayi secara keseluruhan dan ujung-ujungnya jadi gampang bocor. Karena itu, selain menyesuaikan dengan berat badan si kecil, perhatikan pula ukuran tubuhnya.
4. Pilih bahan yang berkualitas
Outer, inner dan insert terbuat dari bahan yang berbeda. Pada prinsipnya, outer harus terbuat dari bahan yang waterproof. Inner harus terbuat dari bahan yang lembut karena langsung bersentuhan dengan kulit bayi. Sementara insert haruslah bahan yang bisa menyerap atau menampung cairan dengan baik.
Pengalaman saya, outer yang terbuat dari PUL (polyurethane laminated) lebih tahan bocor daripada outer katun. Ada beberapa clodi yang tidak menggunakan lapisan PUL sebagai lapisan anti bocor atau waterproof. Alih-alih PUL, mereka menggunakan kain katun yang dilapisi material jasbaby sebagai outer.
Inner yang terbuat dari microfleece lebih lembut daripada inner suede. Tetapi inner suede lebih cepat kering, baik ketika terkena pee ataupun ketika dijemur. Insert katun bamboo lebih tahan lama (lebih tahan bocor) daripada insert microfiber, sebab kapasitas dan daya serap katun bamboo lebih baik daripada microfiber.
5. Gunakan deterjen khusus clodi
Deterjen khusus yang ramah lingkungan, serta bebas enzim dan aditif. Deterjen clodi harganya memang lebih mahal daripada deterjen biasanya. Tapi wajib beli hukumnya. Kalau ingin clodi awet, tetap terawat, tidak gampang bocor dan bisa digunakan sampai adiknya si kakak, maka cucilah clodi dengan benar. Semua brand clodi pasti mencantumkan cara mencuci clodi pada kemasan produknya.
Salah satu poin yang pasti selalu ada ialah mencuci clodi dengan sabun atau deterjen khusus. Deterjen clodi diformulasikan sedemikian rupa sehingga tidak merusak clodi namun tetap ampuh menghapus noda dan kotoran yang menempel pada clodi. Deterjen clodi tidak mengandung komposisi pemutih, pelembut dan pewangi (parfum), serta bersifat ramah lingkungan (biodegradable). Karena itulah harganya lebih mahal. Umumnya tidak berbusa (atau sedikit busa, karena memang tidak banyak mengandung zat pembusa), tetapi kemampuannya menghilangkan noda dan kotoran tidak perlu diragukan.
Pemutih, pelembut dan pewangi dari deterjen bisa merusak serat kain atau meninggalkan residu (sisa-sisa) yang menempel pada kain, yang pada akhirnya justru mengurangi performa clodi. Clodi menjadi gampang bocor, daya serapnya menurun dan mudah bau pesing. Itulah sebabnya deterjen biasa, sabun biasa atau sabun batang, tidak direkomendasikan untuk dipakai mencuci clodi. Lagipula, bahan-bahan kimia deterjen yang tidak ramah lingkungan juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
6. Beli juga laundry net
Jangan lupa membeli laundry net, jika berniat mencuci dengan mesin. Awal-awal memakai clodi, saya masih sangat idealis. Selalu mencuci clodi secara manual alias mengucek dengan tangan. Lama-lama idealisme saya luntur dan mulai beralih mencuci dengan mesin. Karena mengurus anak, ayahnya dan rumah ternyata cukup menguras waktu dan tenaga, mencuci clodi dengan mesin bisa sangat mengurangi beban para bunda. Syaratnya wajib memakai laundry net!
Ada bagian clodi yang terbuat dari bahan karet elastis, seperti pada bagian paha dan pinggang. Kalau tidak menggunakan laundry net, bagian karet clodi dikhawatirkan jadi mudah melar dan hilang keelastisannya, karena diputar-putar sedemikian rupa di dalam mesin cuci. Clodi yang sudah tidak elastis, melar, tidak akan pas (fitted) ketika dipakai bayi. Si kecil pun jadi tidak nyaman bergerak. Tips-tips mencuci clodi insyaAllah akan saya bahas di lain kesempatan.
7. Sesuaikan dengan budget
Harus diakui bahwa berclodi memang mahal di awal alias berat di modal. Harga clodi di pasaran saat ini berkisar antara 60-an ribu sampai ratusan ribu. Tetapi sekali lagi perlu ditekankan bahwa clodi adalah investasi, karena clodi ini masih memiliki nilai harga hingga bertahun-tahun. Masih bisa digunakan terus menerus sampai kapanpun. Dan yang paling penting, tidak menimbun sampah di masa depan.
Meski demikian, ketika memulai cloth diapering, jangan langsung membeli banyak clodi. Beli sedikit saja untuk tester. Coba-coba saja dulu produk-produk dari berbagai merk. Jalani. Rasakan. Baru setelah berlangsung beberapa hari, buatlah keputusan untuk menambah stok clodi sesuai yang parents butuhkan. Bila dirasa terlalu mahal, maka belilah sesuai kemampuan. Nanti nabung lagi untuk membeli clodi lagi.
Satu lagi, jangan mudah tergiur dengan harga murah, walaupun tidak semua clodi murah kurang berkualitas. Tetapi ada harga, ada rupa. Pada umumnya, clodi yang harganya mahal mempunyai performa dan kualitas yang prima dibandingkan dengan clodi yang lebih murah. Hal ini masih ada kaitannya dengan poin nomor 4 di atas. Clodi yang terbuat dari material PUL sebagai outer waterproof lebih mahal daripada katun dengan lapisan jasbaby. Insert bamboo lebih mahal daripada microfiber. Hasilnya, clodi dengan bahan PUL dan bamboo mempunyai performa dan kualitas yang lebih baik daripada clodi katun dan microfiber.
Selain itu, meski berat di modal, berclodi dapat membantu memangkas anggaran rumah tangga untuk pengeluaran diapers bayi. Efek ini tidak akan serta merta langsung dirasakan, melainkan setelah beberapa bulan dijalani.
8. Seleksi toko atau seller yang akan 'dipinang'
Meskipun belanja secara online di marketplace, tetaplah memilih toko yang mempunyai kredibelitas dan reputasi baik. Perhatikan ulasan-ulasan dan para pembeli yang sudah pernah bertransaksi di toko tersebut. Salah satu kebiasaan saya sebelum belanja daring ialah membuat riset sederhana yang saya rangkum dan tabulasikan dalam Excel. Data ini sangat membantu saya dalam menyeleksi produk maupun seller yang akan saya 'pinang'.
Ribet ya? Memang. Tapi karena sudah menjadi kebiasaan, saya bisa menjalaninya dengan senang hati dan tanpa beban. Bahkan saya sangat menikmatinya. Parents boleh meniru cara saya atau jika mempunyai metode lain dalam proses seleksi ini juga dipersilakan. Pada intinya adalah pilihlah toko atau seller terbaik versi parents, yang mempunyai nilai unggul dari sisi kredibelitas, reputasi, ulasan, respon dan komunikasi, serta produk dan harga produk yang ditawarkan.
9. Pilih motif atau warna yang netral
Pilihlah motif atau warna yang netral, jika ingin bisa digunakan unisex. Salah satu daya tarik clodi adalah motif atau desainnya yang lucu-lucu. Selain itu, kalau dirawat dengan baik, clodi tentu awet dan bisa menjadi investasi untuk masa depan. Jadi bisa banget nih dipakai adiknya si kecil nanti. Kalau saat ini punya anak pertama laki-laki, lalu berencana punya anak perempuan nanti, pilihlah clodi yang bermotif atau berwarna netral sehingga bisa terus dipakai sampai anak kedua nanti lahir.
Tips ini tidak wajib ya, parents! Kalau ada rezeki berlebih, pun ingin membeli motif khusus laki-laki atau perempuan juga diperbolehkan. Kembali lagi pada kondisi masing-masing orang tua dan bayinya.
10. Jangan lupa lakukan pre-wash
Cuci sebelum digunakan. Setelah membeli dan mendapatkan clodi yang diinginkan, jangan langsung memakaikannya pada si kecil. Cuci dahulu, setidaknya 3 kali, untuk menghilangkan sisa-sisa bahan produksi yang mungkin belum bersih dan tidak higienis.
Pre-wash ini penting sekali dilakukan karena akan mempengaruhi performa clodi. Selain menghilangkan bahan-bahan sisa produksi, pre-wash juga bertujuan untuk meningkatkan daya serap clodi. Clodi dengan daya serap yang baik akan lebih banyak menampung cairan dan lebih tahan bocor. Ini sudah saya buktikan sendiri. Awal-awal memakai clodi, saya belum tahu tentang pre-wash, jadi saya hanya mencucinya sekali lalu langsung dipakaikan ke bayi. Tidak sampai 3 jam clodi sudah bocor. Usut punya usut, ternyata salah satu penyebabnya adalah saya melewatkan tahapan pre-wash.
Setelah belajar dan belajar, pada pembelian clodi berikutnya, saya pre-wash terlebih dahulu setelah produk terima. Ternyata nampak sekali bedanya. Clodi yang sudah di-pre-wash lebih tahan bocor sampai 6 jam. Bahkan salah satu merk yang saya punya bisa bertahan semalaman tanpa bocor sedikitpun.
11. Tetap sabar dan semangat
Pada periode-periode awal praktik cloth diapering, parents mungkin sulit beradaptasi dengan rutinitas mengucek, mencuci, menjemur dan merawat clodi. Kalau boleh dianalogikan, merawat clodi itu ibarat memelihara hewan piaraan. Butuh waktu, tenaga dan tentunya kesadaran penuh untuk sabar dan telaten. Bila parents merasa lelah, itu lumrah. Tetaplah semangat dan jangan putus asa.
Semua butuh proses. Bila parents belum bisa full clodi sepanjang hari, tidak apa-apa. Tetaplah istiqomah, yakin dan percaya diri. Lama-kelamaan, setelah dijalani selama beberapa saat, parents akan mulai terbiasa dan mungkin jatuh cinta dengan clodi.
Pada akhirnya dibutuhkan tekad, keberanian dan keyakinan yang besar untuk memulai segala sesuatu. Pun dengan berclodi. Dengan menjadi cloth diaper user, parents telah membuktikan bahwa parents adalah orang tua hebat pilihan, karena tidak semua orang tua berani mengambil keputusan tersebut. Menggunakan cloth diaper juga berarti kita telah ikut berpartisipasi dalam usaha menjaga kelestarian Bumi dan alam semesta. Semangat para cloth diaper parents!
Waaah bagus banget mba artikelnya. Kemarin aku juga ngobrolin ini sama suami, kebetulan kami lagi mau menyambut kehadiran anak pertama. Aku kepikiran pengin pakaikan anak ku nanti clodi dibanding pampers sekali pakai.
ReplyDeleteMau tanya, apa mba pakaian clodi ke anak sejak masih newborn atau ketika sudah usia brp baru pakai clodi??
Halo mbak Fira, maaf baru sempat menjawab. Sudah lahiran kah sekarang?
DeleteSaya pakai sedari newborn, usia anak 1 bulan sudah pakai clodi. Sampai sekarang sudah hampir 1,5 tahun...