Ini bukan acara On The
Spot, ya! Tetapi, tidak ada salahnya untuk mengenal saya lebih dalam. Mengenal
lebih dekat seorang Alfia yang masih amatiran di dunia
blogging. Orang-orang di sekitar saya pasti sudah tahu bahwa saya anak
sulung dari 2 bersaudara, dengan selisih umur 12 tahun dibanding adik laki-laki
saya. Saya sudah menikah sejak pertengahan tahun 2018. Sekarang saya berprofesi
sebagai emak-emak newbie dari seorang jagoan kecil dan
bercita-cita menjadi emak-emak modern yang elegan dan keren. Bagaimana
kepribadian saya yang cenderung blak-blakan, gak punya malu atau malah kadang
malu-maluin. Cerewet tapi disiplin. Dan fakta-fakta lain yang sudah melekat
erat dengan saya sehari-hari.
Nah, pada postingan ini saya ingin membagikan sisi lain diri saya, yang mungkin masih belum banyak diketahui orang. Top 7 fakta random dan unik, mulai dari yang terlihat keren sampai yang receh. Semoga bisa menjadi gambaran lebih detail untuk mengenal saya lebih dekat. Let’s check these out!
1. Cloth diaper enthusiast yang bermimpi membeli clodi seharga dolar
Di postingan-postingan
saya yang lain pada blog ini, teman-teman bisa melihat bahwa saya cukup sering
menulis tentang cloth diaper, malahan ada satu kategori khusus yang
membahas all about my cloth diapering journey. Pada challenge BPN
Ramadan 2021 hari kedua saya juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan saya
ngeblog adalah karena ingin berbagi opini tentang cloth diaper. Saya dan
suami adalah cloth diaper parent. Kami memilih popok kain modern untuk
dipakai anak kami, alih-alih popok sekali pakai a.k.a pampers. Berclodi ini
memang sudah cita-cita saya sejak lama, bahkan sebelum punya anak. Saya
menganggap kalau ‘gak nyampah itu keren’ sehingga clodi adalah salah
satu media yang sangat baik untuk mengurangi jumlah sampah pampers yang sulit
sekali diurai. Sampai saat ini, saya sudah berclodi selama kurang lebih 9
bulan, dengan segala suka duka dan pengalaman unik yang saya rasakan.
Berclodi ini impact-nya besar sekali bagi saya. Awalnya saya hanya ingin mengurangi sampah popok sekali pakai dan menghemat anggaran belanja rumah tangga untuk membeli popok. Tapi lama-kelamaan malah membuat saya keasyikan dan timbul keinginan untuk menulari orang tua lainnya untuk berclodi seperti kami. Untuk saat ini, impian saya adalah bisa membeli clodi seharga dolar. Ada beberapa brand produk yang ingin saya beli untuk menambah koleksi clodi di rumah sekaligus menabung stok clodi untuk adiknya si kakak nanti (padahal clodi yang sekarang masih bisa dipakai turun temurun). Sebut saja produk dari Nora’s Nursery, Petite Crown, Buttons Diaper dan Pimpam Reusable. Sayangnya, karena merk-merk ini adalah produk negara lain, jadi harganya pun lebih mahal (sekitar puluhan dolar per pcs) daripada produk lokal, ditambah lagi shipment cost dan akomodasi yang tidak murah. Bukan berarti saya tidak bangga dengan produk domestik, ya! Sekali lagi, saya hanya ingin menambah koleksi clodi di rumah.
2. Takut dan tidak menyukai hewan-hewan tertentu
Duh, baru ngetik judulnya
aja saya udah kebayang-bayang rupa dan bentuknya hewan-hewan itu. Saya tidak suka hewan-hewan yang ekstrem untuk
dijadikan peliharaan, seperti reptil, hewan tidak berkaki dan hewan berkaki
banyak. Rasanya tidak perlu saya sebutkan ya, hewan-hewan apa saja yang
termasuk dalam golongan tersebut. Intinya, saya merasa geli bahkan takut jika
melihat hewan-hewan yang saya maksud di atas. Jangankan bertemu atau melihat
langsung, melihat gambarnya saja saya bisa panik histeris, trauma, dan akhirnya
membuat saya tidak bisa tidur malam karena terbayang-bayang. Lebay ya? Ya tapi
gimana lagi mak, namanya orang takut ya…
Kadang memang susah dimengerti. Bahkan, karena saking takut dan traumanya, ada satu hewan yang menyebut atau menulis namanya saja membuat saya bergidik ngeri. Hewan ini tidak berkaki, tubuhnya panjang, ada yang berbisa ada yang tidak, menjadi lambang Slytherin di serial Harry Potter. Bisa membayangkan? Yah, itu maksud saya. Sebagaimana orang lain kadang tidak mengerti ketakutan saya, seperti itulah saya juga tidak bisa mengerti bagaimana bisa teman-teman menjadikan hewan-hewan ekstrem tersebut sebagai peliharaan di rumah.
3. Fans berat kentang dan makanan berbumbu rempah-rempah
Sejak kecil saya memang
suka makan segala macam olahan kentang, mau digoreng, direbus, dikukus, atau
dibakar. Mulai dari perkedel, kentang goreng, keripik kentang, sambal goreng,
mashed potato, semuanya saya suka. Bisa jadi cemilan atau makanan pokok
pengganti nasi. Dan jangan lupakan kentang manis a.k.a sweet potatao a.k.a ubi.
Selain rasanya yang enak dan nikmat, kentang itu mudah didapat dan diolah
menjadi berbagai jenis makanan. Bisa diolah manis, asin, pedas dan berbumbu
lengkap seperti kari. Itulah kenapa saya menjadi fans berat kentang, bahkan
sejak saya kecil.
Selain kentang, ada lagi jenis kuliner yang saya sukai yaitu makanan yang kaya bumbu dan rempah. Sebut saja rendang, atau nasi kebuli, nasi briyani, dan berbagai macam middle east cuisine lainnya. Ini yang kadang memancing perdebatan kecil antara saya dengan suami ketika hangout bareng. Saya lebih menyukai kuliner India, Timur Tengah atau kuliner sejenis yang kaya rasa, sementara suami lebih memilih makanan cepat saji atau rumpun makanan pizza-pizza-an. Kalau sudah berdebat, ujung-ujungnya malah tidak jadi makan di luar dan masak sendiri di rumah. Lebih adil, puas dan menyenangkan kedua pihak. Win-win solution, haha!
4. Suka kopi dan hobi ngemil roti, es krim maupun cokelat
Masih berkaitan dengan
poin sebelumnya, masih berkaitan dengan hobi makan dan kulineran. Saya
sebetulnya tidak hobi mencoba jenis-jenis makanan baru. Tiap ketemu makanan
atau jajanan yang cocok, memikat pada pandangan pertama, biasanya saya akan
jatuh cinta dan terpaku pada makanan itu saja. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa
saya adalah penggila roti. Semua jenis roti. Termasuk pastry (tolong yang ahli
kuliner, kalau pemahaman saya keliru mohon diluruskan). Roti dan pastry, kue
dan cake. Semuanya saya suka. Apalagi kalau dipadukan dengan es krim dan
cokelat. Alamak, sungguh memikat!
Lebih jauh, saya juga termasuk penikmat kopi tanpa ampas. Terutama moccacino. Dan saya bersyukur sekali akhir-akhir ini, rasanya seperti dimanjakan beberapa tahun belakangan karena munculnya bisnis minuman kopi-kopian, berbagai merk dan varian, yang bertumbuh subur laksana cendawan di musim hujan—maaf lebay. Ini juga yang sering membuat perselisihan antara saya dan suami. Suami bukan pencinta makanan atau minuman manis, lebih suka yang gurih-gurih. Sementara itu, saya cenderung memaksa untuk mengikuti keinginan dan kemauan saya, walaupun saya sebetulnya juga tidak masalah kalau harus makan yang gurih-gurih. Sweet or salty are fine, but I prefer the sweet one.
5. Seorang Potter mania
Karma does exist,
yeorobun! Saya pertama kali
mengenal Harry Potter ketika sekolah SMP dan bisa dibilang karena kena karma.
Dulu, saya punya beberapa teman dekat (cewek ya, bukan cowok) yang maniak Harry
Potter. Tahun itu adalah tahun perilisan novel Harry Potter and the Deathly
Hallows. Teman-teman saya itu heboh sekali di sekolah membicarakan novel yang
dimaksud. Dan itu berlangsung berhari-hari, mulai dari masih diumumkan sampai
hari-H perilisan, lalu sampai pasca perilisan. Setiap ketemu, setiap waktu
luang, selalu itu saja yang dibicarakan. Saya? Kowah-kowoh, nggak ngerti
sama sekali. Malahan saya mencibir mereka yang tiap hari ngobrolin Harry Potter
melulu. Apaan sih? Mukanya kayak kodok, kaca matanya bundar lingkaran
sempurna kayak gak ada model lain aja, ceritanya abstrak, kok gak jelas,
dan cibir-caci lainnya.
Sampai suatu hari, karena sekolah hari itu class meeting, saya tidak punya kegiatan dan garing. Saya tidak suka aktivitas olahraga, juga tidak suka sorak-sorai jadi supporter. Jadi ya cuma ngumpul dengan teman-teman saya tadi. Di situlah teman saya mulai meracuni dan mencuci otak saya. Al, coba deh baca, nanti dijamin ketagihan. Si teman saya ini kekeuh sekali memaksa saya untuk membaca novel Harry Potter and the Sorcerer’s Stone, yang rupanya hari itu sengaja dia siapkan khusus untuk saya. Segala macam bujuk rayu dibuatnya untuk meyakinkan saya bahwa novel itu sangat jauh berbeda dengan pikiran dan prasangka saya. Lantaran tidak punya pilihan lain, saya akhirnya menerima permintaannya. Dan ternyata benar, saya dibuat ketagihan dong! Awalnya sempat bingung karena banyak sekali tokoh yang terlibat di dalam cerita (ciri khas novel terjemahan nih). Tapi harus saya akui ceritanya memang membuat saya terus penasaran. Semakin dibaca, semakin saya penasaran dan semakin saya tenggelam dalan dunia sihir Harry Potter. Akhirnya, wush… Imperio! Saya pun tersihir, seperti terhipnotis. Di tahun itu pula saya berhasil mengkhatamkan seluruh seri novel dan filmnya (sampai seri film terbaru yang dibuat). Kalau sudah baca Harry Potter, saya bisa lupa waktu. Tidak jarang sampai begadang hingga jam 2 atau 3 pagi demi memuaskan rasa penasaran saya. Kapok! Rasain! Akhirnya kamu ketagihan juga ‘kan? Sindir teman saya kalau itu.
6. Warga K-Dramaland yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lee Junki
Para penggemar drama Korea
pasti sepakat kalau tahun 2016 adalah tahun per-drakor-an terbaik, yang memproduksi
banyak drama hits dan menarik. Tidak hanya alur kisah yang bagus, tetapi juga kemampuan
acting dan visual para aktor yang memanjakan mata penonton. Sebut saja Descendants
of the Sun, Goblin, W (Two Worlds), Moonlight Drawn by Clouds, dan The Legend
of the Blue Sea. Pada tahun tersebut banyak sekali drama yang outstanding dan
berhasil memikat hati para penikmat oppa-oppa(?) drama Korea. Saya termasuk
golongan penikmat drakor generasi lama, sejak Dae Jang Geum, Full House, Boys
Over Flowers, Dong Yi dan drama-drama lawas lainnya.
Kegemaran saya terhadap drama Korea terus berlanjut sampai sekarang, tetapi tahun 2016 adalah tahun yang sangat berkesan bagi saya. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lee Junki melalui perannya dalam Moonlovers: Scarlet Heart Ryeo. Pertama kali melihat langsung terpesona seketika. Di drama tersebut, saya melihat Lee Junki sebagai sosok aktor yang tidak cuma mempesona secara visual, tetapi juga karena talenta yang luar biasa. Bisa menyanyi, menari, serta kemampuan akting yang mumpuni membuat saya jatuh cinta pada aktor pemeran sosok Pangeran Wang So ini. Moonlovers adalah salah satu drama favorit terbaik sepanjang karir per-drakor-an saya selama ini, sedangan Lee Junki adalah cinta pertama saya pada jajaran para oppa Korea.
7. I'm not KPOPers. I'm EXO-L, instead. EXO is my first and last boygroup to love
Masih berkaitan dengan
Hallyu Wave yang melanda seluruh dunia. Kesenian dari negeri ginseng ini memang seperti tidak ada
habisnya untuk dibahas. Selain drama, salah satu daya tarik terbesar budaya
Hallyu adalah musik atau yang belakangan ini ngetren kita sebut KPOP. Saya tidak
ingin ‘ngaku-ngaku’ kalau saya KPOPers atau fans KPOP, ya! Tetapi saya berani
mengakui bahwa saya jatuh cinta dengan EXO, salah satu grup boyband Korea.
Kalau ditanyai tentang lagu-lagu, penyanyi, atau grup-grup KPOP saya bisa jadi
menyerah di awal, karena saya tidak hafal dan mungkin sebagian besar tidak saya
ketahui. Yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua lagu KPOP saya sukai dan
saya dengarkan, tetapi semua lagu EXO (baik full member, sub unit, maupun solo)
ada dalam playlist musik yang selalu saya dengarkan.
Semua berawal dari drama
Moonlovers: Scarlet Heart Ryeo (lagi-lagi karena drama ini). Salah satu member EXO
turut mengambil peran dalam drama tersebut. Baekhyun berperan sebagai Pangeran
Wang Eun, yang karakternya lucu, manja dan kenak-kanakan. Moonlovers adalah
debutnya sebagai aktor, tetapi aktingnya sebagai pemula patut diacungi jempol.
Secara visual memang si Baekhyun ini sangat menarik bagi saya. Dan setelah saya
kepoin (cewek kalau udah kepo, udah macem intelijen FBI mak!) ternyata
main vocalist EXO ini mempunyai kemampuan vocal yang sungguh luar biasa.
Suaranya, alamaaak!! Dahlah, intinya dia penyanyi Korea terbaik yang pernah
saya kenal. Klepek-klepek saya dibuatnya! Dari Baekhyun, rasa penasaran saya
terus menggiring pada ketertarikan saya terhadap EXO. Pada akhirnya, tanpa disadari
saya telah jatuh cinta dengan EXO, tidak hanya Baekhyun, walaupun Baekhyun
tetap adalah ultimate bias saya. Saya tidak yakin dengan grup atau
penyanyi lain, tetapi EXO adalah cinta pertama dan terakhir saya di dunia KPOP.
Post a Comment
Post a Comment