Tidak pernah terlintas dalam benakku, bahwa kota kelahiran tercinta ini, yang notabene terletak di dataran tertinggi Jawa Timur, akan merasakan bencana hebat bernama banjir bandang. Rasanya seperti disambar petir di siang bolong ketika mendengar berita ini tersiar, bahkan hingga ke berbagai media nasional, dengan headline yang tak kalah mengerikan, "Tragedi Banjir Bandang di Kota Batu Malang..."
Sebanyak tujuh orang saudara kami meninggal diterjang derasnya arus banjir bandang. Sementara, lebih dari lima ratus orang lainnya harus mengungsi karena rumahnya terendam lumpur. Belum lagi ratusan ternak yang mati serta ratusan hektar sawah yang rusak parah. Entah berapa kerugian yang ditimbulkan.
PETAKA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
Hari itu, Kamis tanggal 4 November 2021, sekitar tiga jam lamanya hujan deras mengguyur Kota Batu. Hujan yang turun bak ditumpahkan dari langit itu tak pelak membuat aliran Sungai Brantas meluap. Hingga sungai pun tak kuasa menahan besarnya debit air hujan, lalu akhirnya tumpah ke daratan. Segala material di dalamnya; tanah, batu dan kayu, turut serta dibawa oleh gerusan air ke jalanan dan kawasan pemukiman di enam desa.
Merinding sekali menyaksikan bagaimana banjir itu datang dan menerjang semua yang dilaluinya. Disusul teriakan orang-orang yang terekam di tengah deru suara banjir bandang. Sangat mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan betapa takutnya mereka yang dihadapkan langsung dengan gelombang lumpur di depan mata.
Meski rumahku terletak di desa yang berbeda, tetapi bencana ini terjadi di kampung halamanku, di kota kami. Kota kebanggaan kami, yang selama ini selalu menjadi primadona dan tujuan wisata utama di bagian timur Jawa.
Banjir bandang ini benar-benar petaka yang kembali menyadarkan kami bahwa inilah teguran dari alam. Beberapa tahun belakangan kami terlalu fokus membangun pariwisata yang bisa menyedot ribuan wisatawan. Kami terlalu rajin menanam gedung ini-itu sampai tak sadar telah membabat hutan dan pepohonan.
Ya, memang benar, banjir dimana-mana memang selalu disebabkan oleh hujan. Tanpa hujan banjir tak akan datang. Namun, hujan yang ekstrem terjadi bukan karena siklus musim semata. Ada fenomena penting di balik cuaca ekstrem yang beberapa tahun ini makin sering terjadi di muka Bumi. Cuaca ekstrem inilah yang bisa menimbulkan bencana kapan saja jika manusia tidak bergerak untuk mencegah sedari dini. Seperti yang terjadi di kota kami.
Musibah kemarin sebetulnya tidak terjadi begitu saja tanpa tiba-tiba. Alam bukannya tidak pernah memberi aba-aba. Kondisi pegunungan di kota kami memang semakin rawan dan mengkhawatirkan. Jumlah daerah resapan air tiap tahun terus berkurang. Citra satelit menunjukkan bagaimana kawasan hijau di kota kami kian tahun kian menghilang. Sayangnya kami terlena dengan kenikmatan dunia dan mengabaikan tanda-tanda yang ada.
Di saat yang sama, BMKG mencatat dalam tiga tahun terakhir ada anomali curah hujan di kota kami. Setiap tahun perubahan anomali ini sangat signifkan. Jumlah curah hujan yang tercatat pada November 2018 sebesar 211,70 mm3 menurun pada bulan Desember sebanyak 149,90 mm3. Selanjutnya, pada tahun 2019 curah hujan kembali berubah drastis di bulan November sebesar 51,77 mm3 dan di bulan Desember curah hujan meluap hingga 232,50 mm3.
Walhi merilis, fenomena ini merupakan pertanda adanya inkonsistensi turunnya hujan yang disebabkan oleh anomali cuaca. Kadang panas yang berkepanjangan, lalu tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya. Inilah bahaya hidrometeorologi yang risikonya dewasa ini makin sulit dihindari. Ternyata pangkalnya ialah imbas turunan dari krisis iklim yang terjadi di Bumi.
Dengan kata lain, petaka yang terjadi di Kota Batu kemarin pada hakikatnya disebabkan oleh perubahan iklim. Meski tidak menutup kemungkinan turut diperparah oleh kesalahan tata kota yang tidak diantisipasi dengan baik.
Tidak berhenti di situ, perubahan iklim yang kian masif juga berpengaruh pada suhu Bumi. Ungkapan "Bumi Makin Panas" bukan semata-mata isu yang didramatisasi. Kami di sini merasakan sangat nyata perubahan suhu ini.
Dulu aku bisa menggigil kedinginan karena suhu rata-rata mencapai 19,6-22,7 °C, bahkan pernah sampai 14,0 °C! Sekarang, di siang hari aku kadang kegerahan lantaran suhu rata-rata yang naik hingga 22,6-23,0 °C, dan yang tertinggi menyentuh angka 32,0 °C.
Di Surabaya lebih dahsyat lagi rasanya. Siang hari terik mencekik. Panas seperti dipanggang dalam oven. Malam hari tak jauh berbeda, tetap hangat dan angin yang berembus pun rasanya panas. Sepanjang hari berkeringat meski kipas angin menyala di hadapan muka.
Kalau kemarau panjang datang, kalian tahu berapa suhunya? Rata-rata 29,0-33,0 °C. Yang paling parah pernah terukur sampai 34,0 °C! Bukan main gerahnya. Aku tidak akan melupakan bagaimana aku pernah pingsan karena kegerahan dan kepanasan.
Cuaca panas yang berkepanjangan ternyata juga memicu kebakaran. Aku menyaksikan sendiri di depan mata, bagimana padang rumput di kampus kami dilahap api. Setelah berbulan-bulan tak ada air hujan, rerumputan menjadi kering kerontang.
Ketika suhu udara makin panas, lalu dipicu api kecil dari pembakaran sampah plastik, dengan cepat api membesar dan menghanguskan padang rumput kering yang luas. Beruntung tidak ada korban jiwa ataupun kerugian material yang timbul dari insiden ini.
Selanjutnya, saat musim hujan akhirnya tiba, lain pula bencana yang menghadang. Banjir di mana-mana. Bertahun-tahun tinggal di Kota Pahlawan ini, seperti mengakrabkan diriku dengan banjir.
Jika turun hujan deras, maka tak berselang lama akan muncul genangan di jalanan tempat aku tinggal. Masih segar dalam ingatan, bagaimana dulu aku pernah menerjang banjir setinggi lutut demi membeli makanan di warung terdekat yang ternyata tak luput dari rendaman air hujan.
Seolah belum cukup, belakangan bahkan angin puting beliung dan hujan es batu melanda sejumlah wilayah di Surabaya. Fenomena langka ini makin sering tejadi seiring dengan kian masifnya perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Berita buruknya kawan, cuaca ekstrem macam ini ternyata tidak di Batu dan Surabaya saja. Greenpeace Indonesia merangkum data dari BNPB, berbagai bencana alam terjadi di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang 2021, di mana 98 persen di antaranya terkait peristiwa hidrometeorologi. Seperti pohon tumbang, tanah longsor hingga banjir bandang.
DUNIA MENGHADAPI MIMPI BURUK YANG KIAN NYATA
Kawan, banjir bandang dan tanah longsor di sekitar kita barangkali hanyalah dampak kecil akibat krisis ini. Saat ini dunia tengah dihadapkan dengan mimpi buruk yang tampak semakin nyata, yakni musnahnya tempat tinggal manusia karena perubahan iklim dan pemanasan global.
Apakah kalian masih ingat tragedi kebakaran yang melanda Australia tahun 2020 silam? Saat itu seluruh mata dunia seakan terbelalak melihat ganasnya api yang menghabiskan jutaan hektar lahan di Australia. Satwa dan vegetasi menjadi korban. Pemukiman penduduk juga menjadi target amukan kebakaran.
Ini merupakan bukti nyata adanya perubahan iklim. Tetapi, kita seperti abai. Banyak manusia yang tidak percaya bahwa kenyataan inilah yang terjadi saat ini.
Padahal kita sudah diperingatkan jauh-jauh hari. Kampanye untuk mencintai Bumi, seperti #UntumuBumiku #TeamUpforImpact sudah digembar-gemborkan di sana-sini. Namun perubahan iklim tetap tidak terkendali.
Belakangan, krisis dan perubahan iklim ini malah makin cepat memburuk, bukan karena gejala alam, melainkan karena peningkatan emisi gas rumah kaca akibat pembakaran energi fosil, pembakaran hutan dan lain sebaginya.
Peristiwa ini membuat suhu di permukaan Bumi meningkat dua kali lebih cepat daripada rata-rata global. PBB melaporkan bahwa suhu Bumi saat ini 1,1 °C (sumber lain mengatakan 1,2 °C) lebih hangat dibandingkan tahun 1800an silam. Sedangkan satu dekade terakhir (2011-2020) adalah suhu terpanas Bumi yang pernah tercatat.
Karena peningkatan suhu Bumi inilah bencana alam makin menjadi-jadi. Gelombang panas dan kebaran hutan menjadi lebih umum. Es dan gletser di Kutub Utara mencair, yang memaksa banyak spesies untuk pindah atau bahkan punah. Banyak terjadi badai dan cuaca ekstrem, serta mengancam manusia dengan cuaca buruk, kelangkaan pangan dan air, berbagai jenis penyakit hingga kerugian ekonomi.
"Banyak orang berpikir bahwa perubahan iklim utamanya adalah suhu yang lebih hangat. Tetapi kenaikan suhu hanyalah awal cerita. Karena Bumi adalah sebuah sistem, di mana semua terhubung, perubahan di satu area akan mempengaruhi perubahan di semua area lainnya.
Konsekuensi dari perubahan iklim sekarang termasuk di antaranya kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati." (PBB dalam What Is Climate Change)
Mari kita cermati lagi! Perubahan iklim ini ternyata berpengaruh pada semua sektor kehidupan manusia. Ekologi, kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Hal ini terjadi di seluruh belahan dunia.
Kalau dipersempit lagi, khusus di Indonesia, rupanya masih banyak masyarakat kita yang seakan-akan tidak percaya. Masyarakat negeri ini menganggap dampak perubahan iklim yang disebutkan PBB di atas tidak berhubungan atau tidak dirasakan langsung dengan kehidupan kita sehari-hari di Bumi Khatulistiwa. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh dengan kondisi Bumi yang makin kritis.
Padahal kalau dirunut lebih jauh, krisis iklim, perubahan cuaca, bahaya hidrometeorologi dan bencana alam, sebetulnya saling berkesinambungan. Dan, adalah buah karya tangan-tangan manusia sendiri yang akhirnya mengundang petaka.
Bila manusia tidak introkspeksi dan memperbaiki kondisi ini sekarang, entah berapa banyak lagi petaka yang akan menghampiri. Oleh karena itu, melalui kampanye #UntukmuBumiku izinkan aku mengajak kalian untuk lebih peduli dengan Bumi yang kita tinggali. Sudah saatnya kita membentuk #TeamUpforImpact dan bahu-membahu memperbaiki kondisi ini.
IKHTIAR UNTUK MENGURANGI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Kawan, kita tidak bisa memperbaiki kondisi Bumi sendirian. Dibutuhkan kerjasama yang solid antara semua pihak untuk menyelamatkan dunia ini dari kehancuran.
Meskipun kita hanyalah makhluk kecil, manusia biasa yang tidak mempunyai daya upaya untuk membuat kebijakan publik layaknya pejabat, namun kita tetap harus membuat aksi penyelamatan untuk Bumi dan lingkungan.
Biarlah para pejabat yang mengurus regulasi dan Undang-undang tentang lingkungan hidup. Tugas kita ialah mengawal kebijakan mereka, mendukung dan menaati peraturan yang ada demi kebaikan bersama. Toh, kita tetap bisa membantu dengan langkah-langkah kecil dan konsisten untuk mewujudkan cita-cita ini.
"Dan #UntukmuBumiku yang kucintai ini, semoga engkau berkenan dengan kekuatan kami yang bersatu dalam gerakan #TeamUpforImpact yang mulia ini. Meski langkah kami kecil, tetapi kami berharap langkah ini bisa memberi manfaat yang luas bagi diri sendiri serta seluruh umat manusia di muka Bumi." (Dari kami, anak-anak Bumi)
Dengan itikad dan semangat, aku optimis tindakan-tindakan kecil berikut ini bisa memberi dampak positif di kemudian hari. Ketahuilah, kampanye saja tanpa aksi nyata, tidak akan pernah berarti! Jadi, sekaranglah saatnya kita beraksi untuk peduli.
1. Berjalan kaki, bersepeda atau pakai transportasi publik
Jalanan di dunia saat ini dijejali dengan volume kendaraan yang melimpah. Kemacetan menjadi pemandangan yang biasa, apalagi di kota-kota besar. Padahal kendaraan bermotor kebanyakan membakar bensin atau solar, yang buangannya berupa gas rumah kaca. Kalian masih ingat 'kan bahwa gas rumah kaca adalah penyebab utama meningkatnya suhu udara?
Karena itu, aku mengajak kalian untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Pertimbangkan untuk berjalan kaki atau bersepeda ketika bepergian. Lagipula kita bisa sekaligus berolahraga ketika jalan kaki atau mengayuh sepeda. Untuk tujuan jarak jauh, kita bisa memilih transportasi publik seperti bus atau kereta.
Berjalan kaki, bersepeda dan memakai transportasi publik akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpotensi menghangatkan suhu di permukaan Bumi.
Jika ingin membeli kendaraan pribadi, tidak ada salahnya mempertimbangkan untuk membeli kendaraan berbasis listrik, sehingga tidak perlu menggunakan solar dan bensin sebagai bahan bakar utama.
2. Hemat energi dan pilih produk ramah lingkungan
Slogan "Hematlah energi!" rasanya paling tepat diterapkan saat ini. Kebanyakan peralatan elektronik kita sebetulnya menggunakan daya dari bahan bakar fosil dan gas. Oleh karena itu, marilah kita gunakan energi ini seminimal mungkin.
Kita bisa mematikan lampu di rumah yang tidak digunakan, mencuci baju dengan air dingin bukan dengan air hangat, meminimalkan pemakaian heater atau dryer, mencabut kabel dari stop kontak jika sudah tidak digunakan, beralih ke lampu LED, serta memakai peralatan elektronik yang hemat energi.
Selain itu, gunakan produk yang ecofriendly dalam aktivitas sehari-hari. Produk-produk berbasis bahan organik lebih ramah lingkungan daripada produk sintetis, karena dapat diuraikan secara alami.
Misalnya dengan memakai sikat gigi bambu; kosmetik atau produk perawatan tubuh berbahan organik; pakaian dari kain katun, wol, bambu, linen dan hemp; dan lain sebagainya.
3. Mengurangi jumlah produksi sampah
Kawan, pembicaraan tentang sampah tidak akan pernah ada habisnya. Tidak hanya di Indonesia, dunia pun saat ini sedang darurat sampah. Di mana-mana ada sampah, di daratan maupun perairan semua dicemari oleh sampah.
Buruknya sistem pengelolaan sampah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, turut memperparah kondisi ini. Belum ada sistem dan regulasi yang jelas terkait pengelolaan sampah, ditambah kurangnya kepedulian masyarakat, menjadikan permasalahan sampah sebagai PR yang berkepanjangan.
Kita mungkin tidak bisa membinasakan semua sampah yang ada di Bumi ini. Tetapi bukan berarti kita harus diam dan berpangku tangan melihat alam terus menyeleksi dan membinasakan manusia.
Masih ada langkah-langkah kecil yang sangat mampu kita lakukan untuk mengurangi jumlah produksi sampah sehari-hari, utamanya sampah plastik yang sampai saat ini masih sulit kita hindari. Cara-cara sederhana di bawah ini bisa memberikan dampak yang besar jika kita konsisten menerapkannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan peduli.
- Membawa botol minum dan alat makan sendiri ketika bepergian. Mari kesampingkan alasan kepraktisan dari air minum botol dan makanan kemasan. Cara ini bisa mengurangi sampah plastik dari botol minuman dan bungkus makanan. Selain itu, botol minum dan kotak makan pribadi juga bisa dipakai berulang-ulang 'kan? Bukankah lebih hemat daripada harus membeli produk sekali pakai tetapi berkali-kali?
- Membawa tas atau kantong sendiri ketika belanja. Dengan memakai tas belanja pribadi kita sudah mengurangi produksi sampah yang timbul dari kantong plastik atau tas kresek. Lagipula, buat apa kita mengoleksi kantong plastik dari minimarket atau swalayan?
- Beralih ke produk yang bisa dipakai berulang. Hentikan pemakaian sedotan plastik, tisu dan kapas. Sebagai gantinya, kita bisa memakai sedotan stainless steel, reusable tisu dan cotton pads, yang bisa dipakai berulang kali.
- Buat para ibu, aku mengajak kalian untuk berclodi (cloth diaper atau popok kain modern) guna mengurangi sampah popok sekali pakai (pospak). Dua tahun berclodi dengan si kecil, aku merasakan betul manfaatnya terhadap lingkungan. Tahun ini aku mulai beralih memakai menscup (menstrual cup) dan menspad kain sebagai pengganti pembalut sekali pakai (disposable sanitary pads). Popok dan pembalut sekali pakai adalah penyumbang sampah terbesar di Indonesia. Dengan memakai popok dan pembalut kain kita bisa mengeliminasi sampah plastik yang sangat sulit diuraikan. Jadi, tak perlu ragu untuk memakai clodi, menspad dan menscup.
- Habiskan isi piringmu! Kampanye satu ini sangat sederhana dan menarik. Habiskan makanan kita, jangan sampai ada sisa yang terbuang sia-sia. Jangan heran, karena ternyata sampah organik turut menyumbang gas rumah kaca berupa metana. Pembusukan sampah organik dari tumbuhan dan makanan, melepaskan gas metana ke udara yang bisa memicu peningkatan suhu Bumi di permukaan. Jadi, jangan mubazir makanan ya!
4. Reduce, reuse, repair and recycle
Peralatan elektronik, pakaian, maupun barang lain yang kita beli pada dasarnya menghasilkan emisi gas rumah kaca pada setiap proses produksinya, mulai dari ekstraksi bahan mentah, manufaktur di pabrik, hingga didistribusikan ke pasar.
Kita bisa mengurangi dampak tersebut dengan belanja lebih sedikit barang atau mengurangi belanja barang yang tidak kita butuhkan, membeli barang bekas (secondhand), memperbaiki apa yang masih bisa dipakai, serta melakukan daur ulang barang-barang yang ada di rumah.
5. Mulai meninggalkan fast fashion dan beralih ke sustainable fashion
Saat ini belum banyak masyarakat yang tahu bahwa budaya konsumtif dalam berbusana atau berpakaian ternyata juga bisa membahayakan iklim. Industri tekstil, fashion atau mode, ternyata turut bertanggung jawab atas 20 persen pencemaran yang terjadi di perairan dunia akibat limbah yang dihasilkan.
Dengan demikian, sudah tepat kiranya jika kita beralih dari fast fashion kepada slow fashion atau fashion yang lebih ramah lingkungan dan sustainable. Kurangi kebiasaan konsumtif dalam berbusana. Tidak perlu menuruti tren mode yang tidak pernah ada habisnya.
Kenapa harus membeli baju baru, sementara baju-baju sudah menumpuk di dalam lemari dan masih layak pakai? Kalau memang harus membeli baju baru, setidaknya pilihlah baju yang dibuat dari bahan-bahan organik seperti kain katun, wol, bambu, linen dan hemp yang sudah aku sebutkan di atas.
Atau, kita bisa membeli baju-baju bekas berkualitas yang tidak kalah keren dan jauh dari kata murahan. Kamu kenal istilah thrifting 'kan? Beli barang-barang bekas yang masih terjaga kualitasnya dengan tujuan untuk dipakai kembali. Belakangan ini aku lebih sering thrifting daripada beli baju baru untuk kupakaikan pada anakku—dan diriku sendiri jika memang kubutuhkan. Dan, kami tidak pernah malu memakai busana bekas yang dibeli dari thrifting baju.
6. Menanam pohon di rumah
Laju deforestasi atau pembabatan hutan yang kian marak adalah salah satu penyebab utama meningkatnya suhu Bumi. Oleh karena itu, kita bisa menanggulanginya dengan memperbanyak jumlah pohon.
Sebagai individu, kita mungkin tidak bisa mengembalikan hutan yang gundul atau membuka ruang terbuka hijau di tempat umum. Tetapi kita bisa memulai dari diri kita sendiri dengan cara yang sederhana. Sesederhana menanam satu pohon di rumah. Bayangkan, jika banyak orang menanam pohon di rumah mereka masing-masing, maka jumlahnya pasti akan lebih banyak 'kan?
Kalau pun tidak bisa menanam pohon, kita bisa memulai dengan menanam sayur-sayuran, bunga atau tumbuhan lain di rumah. Tumbuhan hijau terbukti menyegarkan udara dan pandangan mata.
7. Mengajak orang lain untuk lebih sadar dan peduli
Aku tahu, cara ini tidak mudah dilakukan. Karena kadang diri sendiri pun masih lupa dan luput dalam mencintai alam. Namun, tidak semua orang mempunyai kesadaran dan kepedulian yang sama. Tugas kitalah membuka mata hati dan pikiran mereka bahwa alam dan Bumi ini perlu diselamatkan.
Tidak perlu memaksa mereka mengikuti jalan hidup kita. Cukup dengan memberi keteladanan tentang gaya hidup yang ramah lingkungan. Mulailah dari lingkup terdekat seperti keluarga, sahabat dan saudara. Tunjukkan secara konkret cara kita peduli pada lingkungan, agar mereka terinspirasi dan bisa meneladani aksi kita.
8. Bergabung dengan komunitas peduli lingkungan
Komunitas peduli lingkungan adalah kumpulan orang-orang dengan kesadaran dan kepedulian yang tinggi. Bergabunglah dengan mereka untuk beraksi menyelamatkan Bumi. Selain menambah relasi, komunitas ini akan menjaga semangatmu berjuang dan belajar mencintai Bumi dengan benar.
Tidak jarang komunitas-komunitas ini menyelenggarakan kampanye, program atau forum ilmiah publik, yang bertujuan untuk edukasi dan sosialisasi tentang perubahan iklim dan pentingnya menjaga Bumi dari kerusakan.
KESIMPULAN
Perubahan iklim, termasuk di dalamnya pemanasan global dan perubahan cuaca ekstrem, adalah bencana global yang ditimbulkan dari krisis iklim.
Cuaca buruk, panas berkepanjangan, kekeringan, badai, tanah longsor dan banjir bandang adalah imbas dari krisis iklim yang kian masif. Jika dibiarkan, maka seluruh aspek kehidupan akan terancam. Ekologi, kesehatan, pangan, hingga ekonomi akan terdampak dan berakhir dengan penderitaan umat manusia.
Di tengah krisis yang terus berkelanjutan ini, kita perlu mengambil tindakan nyata dengan rasa tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi. Mulailah dari diri sendiri, dengan cara yang paling sederhana seperti menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan hemat energi.
Melalui kampanye #UntukmuBumiku dan #TeamUpforImpact ini aku mengajak kalian untuk lebih membuka mata dan hati pada kenyataan yang sedang kita hadapi. Lakukan demi diri sendiri, orang-orang yang kita cintai, serta anak-cucu kita nanti.
Bencana yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hanyalah contoh kecil semata. Jangan lagi mengundang petaka karena perubahan iklim dan cuaca!
REFERENSI
- Kossin, J. P.; Hall, T.; Knutson, T.; Kunkel, K. E.; Trapp, R. J.; Waliser, D. E.; Wehner, M. F. (2017). "Chapter 9: Extreme Storms" dalam USGCRP2017. pp. 1–470.
- Ritchie, Hannah (2020). "Sector by sector: where do global greenhouse gas emissions come from?" dalam Our World in Data.
- Shukla, P. R.; Skea, J.; Calvo Buendia, E.; Masson-Delmotte, V.; et al. (eds.)(2019). IPCC Special Report on Climate Change, Desertification, Land Degradation, Sustainable Land Management, Food Security, and Greenhouse gas fluxes in Terrestrial Ecosystems.
- What Is Climate Change -
https://www.un.org/en/climatechange/what-is-climate-change - Berita Bulan ini: Bencana Alam Awal Tahun Salah Siapa? -
https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/44731/berita-bulan-ini-bencana-alam-awal-tahun-salah-siapa/ - Banjir di Kota Batu, Petaka Bencana Iklim dan Tata Ruang -
https://www.walhi.or.id/banjir-di-kota-batu-petaka-bencana-iklim-dan-tata-ruang - Banjir Bandang Terjang Kota Batu di 5 Titik Lokasi -
http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/banjir-bandang-terjang-kota-batu-di-5-titik-lokasi - Tragedi Banjir Bandang Kota Batu Malang, 7 Warga Tewas dan 33 Rumah Terendam Lumpur -
https://regional.kompas.com/read/2021/11/07/120656678/tragedi-banjir-bandang-kota-batu-malang-7-warga-tewas-dan-33-rumah-terendam?page=all
mari lebih idealis menjaga bumi kita :)
ReplyDeletesebetulnya nggak harus idealis, tetapi lebih ke rasa peduli, sadar dan tanggung jawab aja untuk menjaga Bumi... dimulai dengan yang paling sederhana, bawa kantong belanja misalnya
Deletemakasih sudah mampir, semangaaat :)
sustainable fashion sudah ku terapkan dari jaman kuliah ketika pasar senin masih berjaya hehehe. Nggak selamanya baju bekas tuh lusuh, kotor dan jelek padahal. Selama thrifting ke Pasar Senin, aku selalu dapat baju yang masih layak dipakai loh. Dari harga 1000an sampai paling mahal, aku beli di harga 30ribu dalam bentuk jaket atau coat tebal.
ReplyDeletePaling nyucinya aja yang cukup effort supaya bener-bener higienis.
Hal-hal lainnya harus bisa aku lakukan juga untuk menyelamatkan bumi tempat kita. sedikit-sedikit merubah kebiasaan iya
Wah, keren udah biasa thrifting dari dulu ya berarti? Betul banget, padahal baju-baju bekas tuh kebanyakan malah yang brand-brand mahal, yang dibuang karena udah bosen/udah bukan musimnya.. Kan sayang banget padahal masih bagus... Semoga bisa konsisten terus ya kak
Deleteartikelnya bagus, detail dan bermanfaat sekali mbak Alfia.
ReplyDeletesaya pernah bergabung di komunitas pemerhati lingkungan KOPHI (komisi pemuda hijau indonesia), salah satu yang sering kita kritisi adalah tabiat individu yang sangat suka membuang sampah sembarangan, dan terkadang sangat bertolak belakang dengan kemampuan berpikirnya yang berpendidikan tinggi lho..
kalo untuk menanam pohon dan mengubah gaya hidup itu terkadang masih opsional, tergantung dari masing2 individu. jadi prinsip dasar dari menjaga lingkungan dari pencemaran adalah "perilaku membuang sampah" dari masing2 individu, dan itu menjadi sebuah "pekerjaan pendidikan" untuk mengubah mental kita.
terimakasih telah berbagi informasinya ya.. silahkan mampir juga ke blog saya tegaraya.com
setuju banget, soal kebiasaan membuang sampah ini keliaan sepele, tapi masih banyak orang yang nggak sadar dan akhirnya malah buang sampah sembarangan....
Deletesemoga semakin banyak orang yang sadar dan peduli tentang membuang sampah ini... makasih ya atas tanggapannya
Wah ngeri juga... semoga ditabahkan... dan seharusnya bisa di cegah ke
ReplyDeleteaamiin... makasih atas komentarnya...
DeleteKejadian di batu ini pas beberapa jam aku pulang dari sana. Bersyukurnya enggak lewat jalur karangplosonya.. Seingatku kawasan di sekitar tempat banjir mau dijadikan area perumahan. Secara lokasi juga sebenarnya enggak cocok. Semoga warga bumi ini lebih peduli sama bumi ya kak. 🥲
ReplyDeleteoiya kah? rumahnya karangploso kah mbak?
Deleteini kejadiannya aku pas di rumah surabaya, langsung panik hubungi orang rumah... syukurlah rumahku nggak kena, keluarga aman semua... lha liat videonya di sosmed ngeri banget masyaAllah
aamiin... smoga!
menyelamatkan bumi bisa dari peran2 kecil. misal dengan memakai tote bag dan tidak membeli suatu barang dengan menggunakan plastik jika tidak perlu2 amat.setujuu bangett dengan tulisan mbak. banyak tas kresek cantik kini gampang didapat dalam bentuk tote bag. desainnya cute-cute pula hihihii.
ReplyDeletekalo nanam pohon its ok bagi yg bisa. kalo saya gabisa karena saya kebetulan di apartemen.
makasih mbak atas dukungannya... semoga semakin banyak orang yang sadar dan peduli dengan lingkungan termasuk makin banyak yang sadar untuk ngurangi sampah...
Deleteaku setuju, usaha ini bisa dilakukan sesuai kemampuan... kalo di apartemen emang nggak bisa sih nanam pohon, tapi ikhtiar mitigasi iklim juga bisa dilakukan dengan cara yang lain, semangat ya!
Setuju! Kadang saya pun enggan bikin langkah mudah seoerti memilah sampah plastik dan organik
ReplyDeleteini susah juga sih sebetulnya... kita udah susah payah milah sampah, tapi sistem pengelolaan sampah di negara kita masih belum canggih, masih jarang banget dikelola sesuai dengan jenis-jenisnya... akhirnya ya malah balik lagi dicampur jadi satu terus dipindah ke TPA :(
Deletebenar sekali kak. salah satu dampak perubahan iklim adalah curah hujan yang ekstrem. Semoga Bumi dilindungi dan kita menjadi bagian dari pelindungnya.
ReplyDeleteaamiin.... pernah ngerasain hujan ekstrem atau cuaca ekstrem yang lain?
Deletelangkah pertama terbaik untuk menjaga agar bumi tetap sehat adalah di mulai dari setiap individu yang hidup di atas bumi
ReplyDeleteemm, agak normatif ya jawabannya... kurang konkret sih menurutku
Deletememang betul, menjaga lingkungan dan Bumi ini memang harus dimulai dari setiap individu, tapi bisa nggak dijelaskan lagi individunya harus ngapain?? kasih jawaban yang konkret dong...
makasih sudah mampir
Melakukan hal hal sederhana ini untuk menyelamatkan bumi emang sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah. Hanya saja masih banyak masyarakat kurang peduli akan hal ini. Semoga kita bisa sama sama menjaga bumi kita untuk bisa melawan perubahan iklim.
ReplyDeleteBisa mampir juga ke blog ku untuk lawan perubahan iklim :) https://jastitahn.com/2022/04/11/lawan-perubahan-iklim-untukbumiku/
aamiin.. aamiin... semoga! yuk, semangat sama-sama saling kerjasama membantu menjaga kelestarian alam dan Bumi ini, biar nggak makin panas..
Deletethanks ya atas tanggapannya :)
Ulasan yang sangat penting nih, Mba Alfia. Kita sebagai penghuni Bumi memang sudah saatnya mengubah cara kita hidup. Materialisme dan konsumerisme telah berdampak langsung pada kerusakan Bumi. Namun, karena masih banyak manusia matre yang nggak ngerasain langsung dampak kerusakan Bumi di hidupnya, masih banyak yang lanjut dengan gaya hidup yang nggak mikirin lingkungan.
ReplyDeleteAku sendiri saat ini cuma beli T-shirt polos untuk berpakaian sehari-hari dan aku pakai sampai bener2 nggak bisa dipakai. Saatnya untuk meninggalkan gonta-ganti baju untuk fesyen yang sebenernya nggak penting-penting amat.
wah, keren banget bisa meninggalkan budaya konsumerisme dalam berbusana...
Deleteaku juga udah beberapa tahun ini hampir nggak beli baju baru, karena baju di lemari masih banyak yang bisa dipake ulang, diupcyle juga
semangat ya kak, semoga selalu konsisten dan semakin banyak yang orang yang terinspirasi untuk mengikuti :)
Hai mba, terimakasih telah berbagi info yang bermanfaat. Betul penting banget untuk kita mulai sadar dan mengubah gaya hidup demi bumi yang lebih baik. Beberapa dari hal di atas alhamdulillah mulai satu persatu saya terapkan seperti reduce, reuse dan recycle, membawa kantong belanja sendiri (meskipun awal-awal masih suka lupa) dan apalagi sejak pandemi sih jadi bawa alat makan sendiri dari rumah. Semoga semakin banyak orang yang sadar untuk menjaga alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, karena masih banyak nih yang suka buang sampah sembarangan kesel banget sih apalagi kalau di jalan ketemu orang yang seenaknya aja buang sampah keluar dari kendaraannya.
ReplyDeletewkwk, rasanya pasti pengen njorokin ke tong sampah ya kalo liat orang yang buang sampah sembarangan...
Deleteaku awal-awal itu juga sering lupa bawa totebag pas belanja, sampe ditegur terus sama suami.. sekarang alhamdulillah udah biasa kemana-mana bawa tas sendiri, jadi kalo beli apa-apa gak bawa tas tuh malah ada yang kurang rasanya...
semangat... yuk bisa yuk konsisten!!
dampak perubahan iklim memang begitu nyata. sayangnya belum semua orang menyadarinya. dan dari segi kebijakan negera negara penghasil polusi pun masih sulit untuk diajak pro penanggulangan perubahan iklim
ReplyDeletenah itu juga yang jadi salah satu topik utama di COP26 kemarin... menyoroti masalah buangan karbon/polusi di berbagai negara termasuk Indonesia..
Deletesemoga ke depannya aturan pemerintah semakin mengindahkan kondisi lingkungan dan alam, karena sampe sekarang yah begitulah kenyataannya, polusi industri masih menjadi-jadi... kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan belum kerasa nyatanya....
Saya sempet kaget loh waktu baca berita Malang kebanjiran
ReplyDeleteBener-bener deh perubahan iklim ini, bukan main-main resikonya
Saya juga sekarang sedang beralih ke menstrual cup biar ga buang sampah pembalut lagi, menerapkan hidup minimalis terutama fashion biar ga makin banyak nyumbang sampah fashion
karena emang mengejutkan banget beritanya, bisa sampe banjir bandnag kayak gitu... :(
Deletewah, keren mbak udah beralih ke menscup.. aku baru pakai setelah lahiran ini sih, dan ternyata emang enak.. udah nggak nyampah, nggak pusing beli stok pembalut, gak ribet nyuci terus buang sampahnya, plus bonusnya lebih nyaman dipake, iya nggak sih? sampe kadang lupa kalo lagi period hehe
Ikut prihatin dengan bencana banjir bandang di Malang yang terjadi dibeberapa waktu lalu. Jarang orang mau peduli lingkungan, tapi setelah bencana terjadi banyak orang berpikir pentingnya kelestarian lingkungan alam
ReplyDeletebetul, tapi masih banyak juga yang nggak peduli walaupun udah kena musibah.... gaya hidupnya nggak berubah dan seolah semua baik-baik saja.. dari musibah kemarin itu banyak sekali yang perlu divaluasi padahal..
Deleteterima kasih atas tanggapannya
Lengkap pembahasannya, mba. Alhamdulillah sdh mulai sedikit demi sedikit belajar bersahabat dengan bumi, menerapkan tips2. Thanks for sharing, ka
ReplyDeleteWaah, mantapp keren sekali mbak.. Semoga kita bisa konsisten terus ya menjaga lingkungan. Semangattt 💪🏻💪🏻
DeleteTulisannya lengkap dan bisa saya terima dengan baik kak, semoga kedepan lebih bisa mengurangi sampah plastik yang digunakan. Sedih dengan kondisi bumi yang kian tak baik dan pasti akan berimbas pada kehidupan selanjutnya jg
ReplyDeleteIya, mbak plastik ini susah banget ya dilepasnya. Sampe sekarang pun saya masih belum bisa seratus persen lepas dari plastik.. Semangat yuk berubah menjadi lebih baik!
Deletemenarik infonya kk. Kalau dalam hal isu perubahan iklim, saya suka nonton youtube watchdoc
ReplyDeleteOiya? Saya belum pernah tahu channelnya. Soon lah coba cek sendiri di YT. Makasih ya sharingnya..
Deleteterima kasih informasinya yang detail ini, kita emng harus lebih peduli dengan bumi ini, ini cuaca kadang panas banget, tiba2 hujan deres. musimnya udha gak jelas lagi...
ReplyDeleteIya bener banget kak, udah gak bisa diprediksi lagi sekarang..
DeleteMakasih kak sudah mampir :)
Climate change ini memang harus kita wanti-wanti. Bicara science, ini kerjaan saya mbak buat menghasilkan varietas tanaman unggul yang bisa survive menghadapi perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan dan suhu tinggi. Bicara lifestyle, sudah seharusnya kita lebih mindful memikirkan akibat dari aksi kita terhadap bumi, sesimpel bawa reusable bag tiap belanja dan bawa botol kemana-mana buat mengurangi penggunaan plastik.
ReplyDeleteNice artikelnya mbak :))
Wah, masyaAllah keren banget itu profesinya. Berarti banyak kerjaan di lab dong ya?
DeleteBetul, setuju banget. Banyak cara buat mitigasi climate change ini. Dari yang paling sederhana aja, ngurangin sampah..
Makasih kak :)
Ini sangat bermanfaat sekali. Aku juga mulai dengan pakai kantong yang ramah lingkungan ketika belanja, pakai alat makan stainless steel yang bisa berkali-kali dipakai. Mungkin harus sudah mulai ke sustainable fashion dan langkah lainnya. Sangat menyadarkan bagi yang masih tidak peduli dengan isu lingkungan.
ReplyDeleteBtw, artikelnya enak dibaca, full referensi. Salut banget sama penulisnya. Keren. Patut dicontoh. Kayaknya kalau diterjemahkan ke bahasa Inggris bisa jadi artikel di jurnal bertema lingkungan hidup ini. Hehe. Salam kenal.
Halo, salam kenal Mas Amin. Terima kasih atas apresiasinya :)
DeleteWah, keren udah mulai langkah-langkah mitigasi perubahan iklimnya. Kalo konsisten sebetulnya gampang dan malah bikin hidup jadi lebih nyaman. Yuk, semangat konsisten! Semoga bisa segera beralih ke sustainable fashion juga yaa
Oh ya, saran dikit sih biar makin mantap blognya bisa dikasih daftar isi di awal, biar bisa bacanya loncat-loncat dan tampak sistematis. Semoga membantu. Terima kasih.
ReplyDeleteMantap. Sarannya bagus sekali mas. Soon ya, saya belajar dulu cara pasang daftar isi hehe. Makasih sarannya :)
Delete