Yeorobun, di antara sekian banyak aplikasi desain grafis, Canva sepertinya lagi naik daun ya beberapa tahun ini. Di artikel ini aku ingin berbagi kelebihan dan kekurangan Canva, yang kurasakan selama bermain-main dengan platform keren satu ini.
Kenapa aku bilang keren? Sebab, per Juli 2022 ini sudah lebih dari 60 juta user yang tercatat sebagai pengguna yang tersebar di 190 negara. Ini hitungannya user aktif per bulan ya. Padahal Canva baru diluncurkan oleh Melani Perkins pada 1 Januari 2013 silam.
Belum genap satu dasawarsa, Canva sudah merajai dunia graphic designing dengan lebih dari 7 miliar desain yang dibuat oleh para penggunanya. Dari kacamata bisnis, platform yang pertama kali dirilis di Sydney, Australia ini sudah meraup keuntungan yang luar biasa lo, meski berasal dari start up kecil yang awalnya kesusahan mencari donatur.
Dahlah, pokoknya menurutku sebagai orang yang awam di bidang desain grafis, start up dan bisnis, Canva ini adalah salah satu platform terkeren yang ada saat ini. Yuk, simak pengalamanku sebagai anak baru di dunia Canva!
SEKILAS TENTANG CANVA
Kalau menilik langsung ke web Canva, kamu akan menemukan bahwa Canva adalah sebuah tool publishing dan desain online yang bertujuan untuk mendukung siapapun di dunia untuk membuat desain apapun mempublikasinya di manapun.
“Launch in 2013, Canva is an online designing and publishing tool with a mission to empower everyone in the world to design anything and publish anywhere.”
Dari definisi ini sudah jelas sekali ya bahwa Canva adalah sebuah alat untuk membuat desain grafis dan publikasi.
Fungsi canva tentu saja membantu atau memudahkan penggunanya untuk menghasilkan desain-desain kreatif dengan mudah melalui elemen-elemen yang tersedia di dalamnya. Harus kuakui, Canva ini memang se-useful itu terutama bagi bloger sepertiku yang butuh bikin infografis di blog tapi nggak ngerti desain grafis sama sekali.
So far, untuk bisa aplikasi Canva ini cukup mudah ya. Cuma perlu gadget untuk pasang aplikasinya, lalu registrasi pakai akun email atau Facebook. Dan selesai! Canva siap dinikmati dan dieksplorasi.
PENGALAMAN BERMAIN CANVA UNTUK BLOGGING
1. Pertama kali kenal Canva
Aku lupa kapan tepatnya kenal aplikasi ungu ini. Kalau tidak salah sejak ikut webinar beberapa tahun yang lalu. Webinarnya tentang gaya hidup zerowaste. Saat itu slide yang dipresentasikan narasumber ter-embed langsung dari Canva, jadi mau nggak mau aku harus buka Canva untuk bisa membaca presentasinya.
Slide presentasinya menarik sekali. Simpel tapi memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Aku sempat terpesona dengan slide-slide yang dibuat oleh narasumber. Tidak menyangka kalau semua itu ternyata dibuat di Canva.
2. Pengalaman dengan Canva
Pasca seminar, aku masih belum berani pakai Canva. Aku masih menganggap Canva ini adalah aplikasi atau platform yang sulit dipakai, seperti Corel Draw. Dulu pernah belajar Corel Draw, tapi nggak lulus-lulus, yeorobun. Aku tetap tidak bisa menggunakannya.
Sebelum pakai Canva, bikin info grafis di blog cuma mengandalkan Power Point atau fasilitas edit foto seperti InShot. Lama-lama aku merasa mulai butuh tools yang lebih canggih. Tapi aku enggan memilih aplikasi desain yang rumit.
Akhirnya aku memberanikan diri instal Canva. Di hp, bukan pakai di laptop.
Proses instal dan registrasi gampang, cuma pakai akun email. Walaupun selanjutnya 'kowah-kowoh', karena masih sangat asing dengan fitur-fiturnya. Nggak ada kepikiran cari video tutorial di YouTube atau Google.
Tapi aku berani coba-coba, bikin infografis ini-itu, mulai eksplorasi tools dan fasilitas yang ada di dalamnya.
Lama-lama kok ternyata enak. Mulai akrab dan hapal dengan fitur-fiturnya. Hasil desainnya pun oke, bisa mendekati ekspektasiku. Sekarang aku hanya mengandalkan Canva untuk keperluan desain grafis. Bagiku Canva sudah sangat cukup saat ini. Aku bisa edit foto, membuat poster, menyajikan data grafik dan lain sebagainya.
"Andaikan aku pelukis, maka Canva ibarat palet dan kanvas yang aku pakai untuk menuangkan segala kreativitas dan imajinasi karya."
FYI, billboard, header dan favicon blog ini pun aku buat dari Canva lo. Coba scroll ke atas, kalau mau ngecek. Untuk billboard blog aku memilih custom size 1000x250 px, sedangkan header-nya aku pakai size 300x40 px. Kalau favicon pakai ukuran Instagram post lalu di-compress supaya ukurannya kurang dari 100 Kb.
3. Fitur Canva yang sering dipakai
Aku mungkin belum pro memakai Canva. Dan memang masih pakai yang versi gratis. Tetapi sudah sekitar satu tahun aku pegang aplikasi satu ini. Mungkin belum semua fasilitasnya aku eksplorasi, tetapi setidaknya ada beberapa fitur yang rutin aku pakai ketika membuat infografis untuk artikel blog.
- Template - jenis template yang paling sering aku pakai adalah story, poster (landscape) dan presentation. Aku bebas memilih template yang aku suka, serta bebas pula mengganti elemen-elemen di dalamnya yang tidak sesuai selera.
- Elements - yang ini selalu aku gunakan, sebab meski pakai template siap pakai pun biasanya aku masih utak-atik elemen di dalamnya. Seperti mengganti atau menambah frame, shape, line atau elemen-elemen lainnya.
- Text - yang ini juga hampir tidak pernah aku tinggalkan setiap membuat desain infografis. Sudah wajib hukumnya kalau membuat infografis harus ada unsur informasi text (walaupun singkat) dan gambar grafis.
- Background - sesuai namanya, fitur ini untuk memilih latar belakang dari desain yang dibuat.
- Photos - Canva juga menyediakan foto yang bisa dipakai pengguna. Sama seperti platform lainnya, ada foto yang free, ada pula yang berbayar atau hanya bisa dipakai pengguna versi pro.
- Uploads - ada kalanya infografis yang kubuat lebih mengena jika pakai foto milik sendiri. Fitur ini berfungsi untuk memasukkan gambar atau foto dari galeri hp untuk dieksport ke Canva.
Nah, supaya lebih mudah memilih elemen, kamu juga bisa mencari atau search di kolom pencarian dengan keyword (kata kunci) tertentu.
Actually, tidak ada keyword khusus yang sering aku pakai untuk pencarian. Aku memasukkan kata kunci apapun yang aku butuhkan ketika membuat desain.
Yang pasti, aku lebih suka pakai keyword bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, karena hasil pencariannya lebih maksimal. Misalnya, untuk membuat bingkai, garis dan bentuk, aku biasanya pakai keyword frame, line dan shape.
Keyword lain–dalam elements–yang cukup sering aku pakai adalah rectangle, square dan circle. Kalau elemen-elemen yang unyu seperti kartun atau gambar obyek tertentu, ya pakai keyword yang sesuai kebutuhan. Misalnya tree, green, zerowaste untuk infografis pada artikel tentang zerowaste lifestyle.
Nah, aku pernah bikin poster untuk mitigasi iklim. Aku tidak pakai template sediaan Canva, tetapi memilih size poster landscape. Fitur yang aku pakai adalah background, text dan elements. Sementara keyword elements yang kumasukkan adalah circle, square dan graphics. Dan beginilah penampakan posternya.
Aku juga membuat poster tentang big why blogging beberapa waktu lalu. Desain yang aku pakai adalah size poster portrait dengan memanfaatkan fitur background, text dan elements. Keyword-nya masih serupa dengan sebelumnya, circle, square dan graphics. Beginilah hasilnya.
Yang lebih sederhana, aku pernah membuat banner artikel di blog tentang cara membuat topokki instan. Dalam banner tersebut aku memilih custom size, lalu memanfaatkan fitur uploads dan text. Hanya jenis font yang aku buat variasi. Simpel kan? Seperti ini hasilnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN CANVA
Well, aku menyadari memang belum terlalu berpengalaman memakai Canva. Masih banyak fitur atau elemen Canva yang harus aku eksplorasi guna menunjang performa dan visual blog ini agar lebih kreatif, informatif dan atraktif.
Masih butuh banyak sekali latihan dan praktik untuk bisa menguasai Canva dengan lihai, agar lebih optimal lagi untuk menghasilkan karya dan desain grafis.
Tetapi, sebagai pemula aku tetap bisa merasakan kelebihan maupun kekurangan aplikasi ini.
1. Kelebihan
Setidaknya ada empat kelebihan Canva yang menurutku paling bermanfaat. Berikut ini penjelasannya.
a. User friendly, mom-friendly
Ini yang paling aku rasakan dari Canva. Aplikasinya tergolong mudah digunakan oleh siapapun (user friendly) , bahkan pemula maupun orang yang tidak punya background desain sebelumnya. Fitur dan elemen yang ada di dalamnya mudah dioperasikan.
Dan lagi, Canva bisa dipasang di gadget apapun seperti hp, tidak melulu harus di laptop. Canva yang diinstal di hp sama saja dengan yang diinstal di laptop. Semuanya sama.
Aku merasa sangat terbantu dengan keunggulan ini. Sebab, sebagai ibu dengan anak toddler sepertiku rasanya sulit kalau harus bekerja intensif di depan layar laptop. Bekerja dengan hp lebih memungkinkan karena bisa 'disambi' dengan momong anak.
Pun ketika sudah bisa buka laptop, aku tetap bisa melanjutkan pekerjaanku tanpa harus membuat desain dari awal. Jadi, Canva ini benar-benar cocok untuk para mama yang sibuk mengurus banyak hal terutama anak balita (mom-friendly).
b. Draft otomatis tersimpan
Nah, ini juga salah satu kelebihan yang paling aku sukai dari Canva. Auto saved draft. Proses sekecil apapun yang aku buat dalam desainku otomatis tersimpan sebagai draft.
Yah, tahu sendiri lah, kalau momong anak itu selalu ada aja kejadian tak terduga, yang membuat kita harus menghentikan kegiatan yang saat itu sedang kita lakukan.
Aku sering mengalami kejadian macam ini. Lagi asik-asik bikin konten grafis eh tiba-tiba anak nangis. Ya harus ditinggal lah hpnya. Setelah semua kembali kondusif, aku tetap bisa melanjutkan kerjaan yang sempat terhenti sejenak, tanpa kehilangan draft desain yang sudah aku buat sebelumnya.
So, nggak perlu mengulang dari awal, yeorobun.
Demikian pula dengan desain yang sudah selesai dibuat, semuanya tersimpan rapi dalam database akun. Bahkan bisa dikelompokkan dalam folder khusus. Jadi kalau suatu saat dibutuhkan, gampang dicari dan diolah kembali.
c. Template beragam
Fitur template dari Canva ini menurutku sangat berguna bagi pemula sepertiku. Karena tidak memiliki basic desain, aku tidak punya kompetensi untuk membuat desain grafis yang baik. Nah, Canva sudah menyediakan template yang siap pakai.
Jumlahnya banyak sampai kadang aku pun bingung menentukan pilihan. Dan, tidak sedikit pula template-template yang belum terjamah olehku.
Ada template khusus Instagram post, story, banner blog, poster, presentation dan lain sebagainya. Tinggal pilih sesuai kebutuhan dan selera pengguna.
Oiya, pilihan font atau model huruf untuk bikin tulisan juga banyak, yeorobun. Bisa pilih tipe handwriting, calligraphy, bold, corporate, pokoknya banyak deh!
d. Gratis
Tidak perlu bayar, cukup download lalu instal aplikasinya. Canva memang menyediakan beberapa jenis layanan. Tidak cuma yang gratisan, ada yang versi berbayar juga seperti Canva pro dan enterprise. Ada pula Canva Education yang dikhususkan bagi pendidik atau instansi pendidikan.
Setiap jenis layanan tentu punya keunggulan masing-masing. Biaya langganannya pun berbeda. Informasi lengkap terkait jenis dan biaya ini bisa kamu cek di website Canva, ya!
Untuk saat ini aku masih bertahan pakai versi gratisan nih. Sementara ini fitur-fiturnya masih cukup lah. Karena kreativitas itu tak terbatas ya, tidak bisa dibatasi dengan fitur aplikasi berbayar atau tidak.
Although, yang versi pro tentu saja menjanjikan pengalaman dan fitur yang lebih lengkap daripada versi gratisnya. Dan, seperti namanya, diperuntukkan bagi mereka yang memang sudah pro alias profesional. Buat apa punya fitur lengkap dan canggih, kalau tidak bisa dimanfaatkan dengan baik?
Cita-citaku untuk pakai versi pro tetap ada, namun tidak sekarang. Belajar, eksplorasi, praktik dan perlu pertimbangan lebih lanjut untuk berlangganan ke pro.
2. Kekurangan
Ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Berikut ini adalah beberapa kekurangan aplikasi Canva yang aku rasakan.
a. Harus online
Kalau jaringan WiFi oke, baik-baik saja, nge-Canva bisa lancar jaya tanpa hambatan. Tapi kadang ketika di luar kota jaringan internet tidak stabil, bikin desain pun jadi kena imbasnya. Aku pernah mengalami kejadian kurang menyenangkan gara-gara koneksi ini.
Susah payah bikin konten grafis untuk artikel blog, ada sekitar sepuluh gambar, hampir setengahnya tidak tersimpan karena koneksi tidak stabil waktu itu. Dari sepuluh gambar, ada empat yang tidak auto-saved di draft. Aku sudah ngoyo bikin desain, eh gagal tersimpan. Rasanya sakit tapi tidak berdarah, yeorobun!
Inilah salah satu kelemahan Canva yang paling tidak menyenangkan bagiku. User harus online atau punya koneksi internet yang kuat supaya bisa menggunakan aplikasi sesuai harapan. Kalau tidak ada koneksi, offline, ya sudah wassalam.
b. Banyak elemen bagus yang terkunci
Pengguna Canva versi gratisan sepertiku, pasti merasakan betapa tidak enaknya ketika sudah ketemu elemen yang bagus, pas, sesuai kebutuhan dan keinginan, eh pas dipakai malah terganggu dengan adanya bookmark Canva. Bookmark ini tandanya elemen itu terkunci, jadi kalau mau pakai yang tidak ada bookmark-nya ya harus upgrade ke versi pro.
Yah, aku bisa memaklumi ketidak nyamanan ini. Namanya juga gratis. Pasti ada elemen-elemen yang tidak bisa digunakan. Dan, kebanyakan adalah elemen-elemen yang memang bagus dan unik.
Tapi semua kembali lagi pada kreativitas masing-masing. Walaupun tidak bisa pilih elemen yang diinginkan, kalau dasarnya kreatif tetap bisa bikin desain grafis yang bagus kok.
Kelemahan ini juga membuat free user tidak bisa memakai fasilitas resize. Custom size bisa–dilakukan di awal ketika mulai membuat desain. Tapi kalau ingin mengganti size setelah desain jadi atau sudah setengah jalan, wah maaf tidak bisa ya, yeorobun!
c. Mainstream alias pasaran
Dengan segala kemudahannya, Canva menjadi aplikasi desain yang banyak sekali dipakai orang. Makanya jangan kaget kalau ketemu desain orang lain yang templatenya mirip dengan yang kamu buat.
Menurutku memang itulah risiko memakai aplikasi desain instan atau template yang siap pakai. Untuk menyiasatinya, aku biasanya mengubah elemen-elemen dalam template yang sudah ada. Menyesuaikan dengan topik atau informasi yang aku buat.
Atau bisa juga dengan bikin desain dari nol. Tidak pakai template bawaan, alih-alih membuat desain sendiri dari awal. Sebetulnya malah lebih baik, karena bisa lebih tepat sasaran dan tidak desainnya tidak pasaran.
d. Cukup menghabiskan storage
Kalau pakai hp memang ukuran aplikasi itu penting sih. Nah, Canva ini termasuk aplikasi yang cukup mengikis kapasitas storage hp–sejauh yang aku rasakan.
Semakin sering dipakai, semakin banyak desain yang dibuat, semakin kecil pula sisa ruang penyimpanan ponsel yang tersisa. Kalau tidak rajin 'bersih-bersih' ya bisa menjerit penyimpanan di 'hp kentangku'.
SUMMARY
Canva menjadi salah satu aplikasi desain grafis yang saat ini paling banyak digunakan oleh berbagai kalangan di banyak negara. Bisa diakses secara gratis, user friendly, pilihan template beragam dan banyak plans adalah keunggulan yang dimiliki Canva. Kelemahannya tetap ada, seperti harus terkoneksi dengan internet, desain yang mainstream dan banyak elemen bagus yang hanya bisa dinikmati oleh pengguna versi pro.
Additionally, Canva sangat mom-friendly dan cocok dipakai oleh para mama yang butuh aktif membuat desain. Bisa digunakan di hp tanpa banyak hambatan yang berarti. Nah, setelah tahu kelebihan dan kekurangan Canva, apakah kamu tertarik menggunakannya? Ceritakan di kolom komentar ya!
Desainnya bagus mba. Tersentil banget sama buat apa fitur lengkap tp tidak bisa memanfaatkan wkwk. Jadi aku juga masih bertahan di versi gratisan. Kalo fokus jualan desain cucok pake pro.
ReplyDeleteBetul banget, kalo desainnya dijual cocok pake pro. Atau udah bisa rutin income dari blog, nah oke juga tuh pake canva pro 🤭
DeleteBener bgt, canva ini momfriendly bgt, Bisa membantu menghadirkan tampilan manis2 sesuai selera para mom
ReplyDeleteDan ngerjainnya bisa sambil rebahan ya mbak, karena bisa pasang appsnya di hp. Aku banget tuh. Hahaha
DeleteAih, keren banget. Pake Canva gratisan, tapi hasilnya kece banget. Pasti sudah ngulik ke dalem-dalemnya ini mah. 💜
ReplyDeleteBelum semua kayaknya mbak, masih sebatas fitur yang itu2 aja, yang umum dipake 😂 kalo disuruh bikin gambar sendiri belum bisa 😂😂
Deleteaku suka desainny dari kosongan supaya tdk pasaran tp karena memakan waktu yg tdk sedikit ujung-ujung pke yg jadi, edit2 tambah element jadi deh hhehehhehe....top dah canva mudah n praktis digunakan untuk desain
ReplyDeleteLah idem dong sama aku, wkwk. Idealismenya bikin dari awal, apalah daya kadang kalah sama malesnya, trus akhirnya pake yang udah disediakan
DeleteAku juga pake di hp, tapi download nya di laptop wkwk.
ReplyDeleteKalo mobilitas tinggi tuh emang paling enak ngapain2 di hp ya dek. My phone is my everything 😂😂
Delete