admasyitoh.com

Perjalanan Membangun Personal Branding sebagai Blogger

13 comments

membangun personal branding

Yeorobun, ada yang belum kenal Raditya Dika? Sepertinya tidak ada, ya. Bang Radit (panggilan akrab Raditya Dika) adalah salah satu tokoh yang sudah berhasil membangun personal branding dirinya sebagai komika. Walaupun ia mengawali karirnya sebagai bloger.

Berbicara tentang personal branding, mungkin kamu merasa kalau akhir-akhir ini sering sekali mendengarnya. Karena materi personal branding ini memang sering diberikan di berbagai kelas atau pelatihan kepemimpinan, organisasi, pengembangan diri dan lain sebagainya.

Sepenting itu, yeorobun. Bahkan bagi seorang bloger, personal branding juga penting. Jadi personal branding tidak melulu buat para pelaku usaha kreatif atau public figure. Bila perlu, setiap orang harus punya personal branding. Kalau aku bilang sih gampangnya personal branding ini adalah image atau citra diri seseorang–kalau secara personal. Meski bisa juga berarti citra suatu organisasi atau komunitas.

Nah, di artikel ini aku ingin berbagi pengalamanku seputar personal branding utamanya sebagai bloger. Author of Sundries Journal yang saat ini sedang kamu baca.

Seperti apa aku ingin dikenal? Apa yang menjadi value diriku dan blog ini? Bagaimana perjalananku membangun personal branding ini? Yuk, cari jawabannya di sini! Supaya kita bisa lebih dekat, sebagaimana aku mengenal yeorobun para pembaca setia Sundries Journal.

KONSEP PERSONAL BRANDING

Tbh, aku lupa kapan pertama kali kenal materi ini. Tapi yang terakhir dan masih 'anget' di kepalaku yaitu kemarin, dari kelas Blogspedia Coaching #3. Jadi sambil memanggil kembali ingatan lama tentang personal branding, sambil belajar hal baru khususnya penerapan di dunia blogging.

1. Definisi Personal Branding

Kata Coach Marita, personal branding adalah bagaimana cara kita memperkenalkan diri kita kepada orang lain. Atau yang lebih kompleks adalah bagaimana seseorang mengembangkan dan memaksimalkan potensi atau keterampilan dirinya (skill), perilaku (behavior) dan memahami nilai unggul (value) apa yang ingin dilakukan atau dicapai dalam dirinya.

Setiap orang perlu mempunyai personal branding karena masing-masing individu dilahirkan dengan keunikan dan ciri khasnya sendiri, yang tentu berbeda dengan orang lain.

"Personal branding bukan hanya tentang bagaimana kita mengenalkan 'brand' kita, tapi mengenai bagaimana kita berproses untuk terus menjadi diri terbaik dan bermanfaat bagi orang lain." (Marita Ningtyas)

Wah, dalem banget ya ternyata definisinya. Itulah kenapa perjalanan untuk menemukan personal branding ini adalah proses yang panjang, yeorobun. Kita perlu menyelami, memahami, mengenal diri sendiri secara mendalam dan menyeluruh. Harus berpikir dan merenung. Karena sejatinya kita sedang berproses untuk menentukan jati diri.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah yang pertama, temukan lebih dahulu seperti apa versi terbaik diri kita. Kedua, bagaimana caranya supaya versi terbaik diri kita itu bisa berdampak dan bermanfaat bagi lingkungan.

Personal branding sendiri terdiri dari dua komponen, yaitu komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama berkaitan dengan value, skill dan behavior. Sedangkan komponen pendukung berkaitan dengan appearance, uniqueness dan authentic.

komponen personal branding

2. Manfaat Personal Branding

Mengapa kita perlu membangun personal branding? Jawabannya, karena personal branding sangat bermanfaat dan punya fungsi penting dalam hidup kita. Menurut Kang Ugi, manfaat personal branding pada intinya adalah untuk menjadi pribadi yang unik. Kalau dirinci, kira-kira inilah manfaat lainnya.

  • Memperkenalkan dan memperkuat citra diri seseorang
  • Memudahkan orang lain untuk mengingat diri kita
  • Memudahkan dalam penentuan pilihan
  • Memfokuskan diri pada tujuan yang ingin dicapai
  • Memperluas jaringan (networking)
  • Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri
  • Menambah value dan keyakinan orang lain tentang diri kita

3. Membangun Personal Branding

Masih dari Coach Marita, menurut Parenthood Psychologist Yuhaida Noor ada enam langkah yang harus dilakukan untuk membangun personal branding.

  • Kenali diri - tanyakan pada diri sendiri tentang segala hal seperti motivasi dan alasan memutuskan untuk menjadi personal branding tertentu
  • Temukan PDB - positioning differentiation brand, tulis perbedaan atau keunikan diri kita dengan orang lain
  • Berikan bukti - tunjukkan aksi nyata dari personal branding yang sudah dipilih
  • Optimalisasi sosial media - manfaatkan sosial media untuk mendukung promosi diri sendiri, seperti dengan aktif di sosmed, rutin update sesuai branding diri yang dipilih, mengubah uraian bio di sosmed, ubah IG Personal menjadi IG Bisnis, hingga membuat fanpage khusus
  • Kolaborasi - ikuti komunitas tertentu sesuai dengan personal branding yang sudah dipilih, buat relasi dengan orang lain
  • Evaluasi - lakukan evaluasi berkala pada sosial media dan hal-hal yang sudah dilakukan, agar bisa menentukan langkah selanjutnya yang perlu diperbaiki

"Personal Branding is not about you. It is about putting your stamp on the value you deliver to others." by William Aruda (Personal Branding Guru)

Yeorobun, kalau digali lebih lanjut kamu mungkin akan menemukan banyak versi tentang konsep personal branding ini. Namun pada intinya sama. Personal branding selalu diawali dengan proses mengenali diri sendiri, menemukan keunikan dan value diri sendiri, lalu mengoptimalkan dan menunjukkannya pada orang lain dengan memanfaatkan segala potensi yang ada seperti jaringan relasi, komunitas dan sosial media.

MEMBANGUN PERSONAL BRANDING BLOG SUNDRIES JOURNAL

Seperti yang sudah aku singgung di atas, setiap orang harus punya personal branding, tidak hanya public figure atau tokoh tertentu pelaku usaha. Sebagai individu dan bloger yang masih cupu sekalipun, aku perlu membangun personal branding ini. 

“Pengalaman menemukan personal branding ini hakikatnya adalah proses pendewasaan bagi diriku sendiri sebagai bloger.”

1. Proses yang Panjang

Dulu ketika pertama kali ngeblog aku belum kepikiran tentang personal branding sebagai bloger. Semua dijalani aja, mengalir mengikuti arus. 

Lama-lama kepikiran juga bahwa aku ingin dikenal sebagai bloger. Tidak cukup cuma buat blog kemudian rutin update artikel. 

Untuk mem-branding diriku sendiri menjadi bloger yang aku inginkan, banyak yang aku lakukan dan semuanya bagiku adalah proses yang panjang. Proses ini melibatkan pikiran, waktu, materi, perasaan dan tenaga. Termasuk ada pengorbanan pula yang harus aku lakukan.

proses personal branding

Pertama, aku mulai dari alasan utama memilih blogging. Langkah ini pada dasarnya adalah caraku mengenali diriku sendiri. Sejak awal aku membuat blog ini memang karena ingin berbagi pengalamanku berclodi supaya aku bisa mengingat setiap detail yang aku pelajari.

Seiring waktu, aku tentu ingin tulisanku di sini bisa dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang. Itulah kenapa aku terus belajar tentang skill blogging. Seperti cara memasang custom domain, mengoptimasi blog dengan SEO, hingga mengubah tampilan blog sesuai dengan image atau citra diri yang aku inginkan.

Kedua, ikut komunitas bloger. Dalam rangka meningkatkan skill di dunia blogging, aku mulai mengikuti berbagai komunitas bloger di tahun 2021–beberapa bulan setelah blog ini dibuat. Aku bergabung di komunitas Blogger Perempuan Network, 1minggu1cerita, Bloggerhub hingga Kumpulan Emak Blogger. Tujuannya bukan semata-mata agar punya relasi sesama bloger, tetapi juga untuk bisa menimba ilmu dari komunitas dan bloger-bloger lainnya.

Ketiga, mengikuti kelas blogging. Blogspedia Coaching #3 yang sedang aku ikuti adalah salah satu contoh kelas blogging yang menjadi tempatku ‘sekolah’ ngeblog. Tbh, sebelumnya aku sudah pernah ikut kelas serupa. Tapi waktu itu aku belum punya bekal sama sekali. Belum punya basic ngeblog, sedangkan kelas intensif yang dilakukan sudah cukup advanced. Jadi aku kelabakan sendiri, yeorobun.

Dari kelas Blogspedia Coaching #3 inilah aku benar-benar sadar dan belajar segala hal tentang blogging dari nol. Benar-benar dari cupu. Dan, bersyukur sekali di sini aku dipertemukan dengan coaches dan teman-teman seperjuangan yang keren-keren. Mereka menjadi role model bloger panutan yang secara langsung maupun tidak langsung terus memotivasiku untuk berproses dan berkembang menjadi lebih baik.

Keempat, berkorban. Tentu ada harga yang harus aku bayar untuk bisa menjadi bloger impianku. Harus rela berkorban waktu, pikiran, tenaga dan materi untuk membuat konten, riset keyword dan bahan artikel, editing, konsisten dan lain sebagainya. 

Termasuk korban perasaan, yeorobun!Ada saat-saat dimana aku merasa seperti kesepian dan ditinggalkan oleh teman-teman lamaku ketika aku mulai membangun personal branding sebagai bloger

Konon, semakin dewasa seseorang, semakin bertambah usia, semakin sedikit pula circle pertemanan terdekatnya. Pernah dengar yang kayak gitu nggak? Itu yang aku alami. Entah memang mereka yang menjauhiku atau aku yang secara tidak sadar meninggalkan mereka, tetapi ada kalanya aku merasa pertemananku yang lama sudah tidak seperti dulu kala. 

Mungkin teman-teman lama menganggap aku berubah setelah menjadi bloger. Atau mungkin aku ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Bahkan ada pula yang bertanya, kok sekarang sosmed isinya postingan blog semua? Padahal apa yang aku lakukan sebetulnya adalah salah satu bentuk caraku membangun personal branding.

Sedih? Ya, tentu. Tapi aku bisa memaklumi mereka. Semua itu terobati dengan circle pertemanan yang baru dari rekan-rekan sesama bloger, yang senasib dan seperjuangan. Aku juga yakin, setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya.

Well, lanjut…

Kelima, mengoptimasi sosial media. Persisnya kapan aku lupa, tetapi sudah sejak tahun lalu aku mengubah akun Instagram dari Personal menjadi Professional. Aku mulai mencantumkan profesi sebagai ‘blogger’ serta mengubah uraian bio di semua akun sosial media.

Awalnya tentu ada rasa insecure, yeorobun. Yaelah masih cupu juga, udah berani-beraninya nulis embel-embel bloger di sosmed. Malu dong sama bloger yang sudah suhu! Perasaan seperti itu tentu ada. Sampai sekarang pun kadang aku masih minder kalau bertemu dengan bloger-bloger sukses yang sudah jadi ‘mastah’ di dunia blogging. Tetapi dengan mengakui diriku sendiri sebagai bloger, aku merasa ada kepercayaan diri, motivasi dan kekuatan bahwa suatu saat aku bisa menjadi bloger sukses seperti mereka.

So, jangan ragu untuk menyebut dirimu sebagai bloger, ya! Nikmati minder dan insecurities itu, lalu jadikan sebagai cambuk untuk meningkatkan value, skill dan uniqueness dirimu.

Keenam, evaluasi. Secara berkala aku melakukan evaluasi dari semua yang sudah aku sebutkan di atas. Cek bagaimana performa blog, performa sosial media, termasuk introspeksi diri sendiri. Aku kurang apa sih? Aku harus apa habis ini? Mau buat artikel seperti apa, kapan dan bagaimana?

Evaluasi dan introspeksi diri inilah yang jadi bekal bagiku untuk menentukan langkah selanjutnya. Apakah pernah sampai overthinking? Pernah! Aku pernah terlalu kebawa perasaan ketika memikirkan keberlangsungan hidup blog ini seperti apa nantinya. Dan, akhirnya malah overthinking sendiri, emosi sendiri. Sejak saat itu aku jadi lebih serius tapi santai. Menjalani aktivitas blogging tidak perlu ngotot, yang penting konsisten dan enjoy.

2. Blog Serba-serbi

Seperti namanya, Sundries Journal. Isi blog ini benar-benar random, yeorobun. Serba-serbi. Inilah kenapa blog ini aku sebut sebagai personal lifestyle blog. Sebetulnya ini juga cukup menyulitkan diriku sendiri untuk menentukan personal branding, karena kata bloger itu terlalu luas cakupannya.

Thus, aku memilih lifestyle blogger untuk dijadikan sebagai personal branding diriku. Aku juga beberapa kali terlibat dalam proses penulisan konten di beberapa media online, karena itulah aku juga mencantumkan tulisan content writer dalam bio sosial media dan desain ID Card yang aku buat.

name card bloger

Even tho, blog ini merupakan blog yang gado-gado alias multiniche, namun tetap ada ‘benang merah’ yang menjadi koridor bagiku untuk membuat konten atau artikel. Fokus utama blog ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan clodi atau cloth diaper. Label Encyclodipedia bisa dibilang adalah highlight utama dari Sundries Journal. Karena itulah aku ingin orang mengenalku sebagai clodi enthusiast.

Personally aku memang punya ketertarikan dan minat yang besar di dunia clodi dan sejenisnya. Aku berharap pengalaman dan pengetahuanku seputar clodi bisa bermanfaat bagi banyak orang. Value inilah yang ingin aku tunjukkan kepada para pembaca blog. Salah satu impian besarku adalah menjadikan blog ini sebagai rujukan para mama berclodi. Sumber yang inspiratif dan bermanfaat nyata bagi mereka yang membutuhkannya.

“Circle pertemananku saat ini didominasi oleh bloger dan para mama berclodi, itulah kenapa aku lebih sering update tentang blogging dan clodi di semua platform sosial media yang aku miliki.”

Selain itu, sebagai penikmat hiburan aku juga cukup sering menulis tentang boyband EXO (yang aku gemari) maupun film layar lebar dan drama Korea yang aku tonton. Makanya jangan heran kalau blog ini masih sering pakai–sedikit–istilah Korea seperti 'yeorobun'. Dan, tidak perlu kaget juga kalau aku sering update di sosial media tentang sesuatu yang berbau Korean Culture. Lagi-lagi semua karena bagian dari personal branding.

Fyi, yeorobun adalah panggilan khusus dariku untuk menyapa atau menyebut para pembaca blog Sundries Journal ini. Bisa dibilang yeorobun ini adalah uniqueness dari blog ini yang aku tonjolkan sebagai ciri khas atau perbedaan dari blog-blog lainnya.

SUMMARY

Personal branding ternyata sangat bermanfaat bukan hanya bagi public figure atau tokoh tertentu yang punya brand usaha. Bagi bloger pun personal branding berguna karena membantu meningkatkan kualitas diri serta mengembangkan blog menjadi lebih baik. Personal branding bukan hanya tentang mengenalkan citra atau image diri kepada orang lain, tetapi juga mengenai bagaimana diri kita bisa bermanfaat dan berdampak bagi lingkungan sekitar.

Perjalananku membangun personal branding blog Sundries Journal ini sejatinya adalah proses yang panjang untuk menemukan jati diri sebagai seorang bloger. Semua tentang bagaimana aku ingin dikenal, bloger seperti apa yang aku inginkan dan value apa yang ingin aku tunjukkan. Sekarang saatnya kamu membangun sendiri personal branding yang kamu inginkan! Apa yang kamu pikrikan? Ceritakan di kolom komentar, ya!

Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger, content writer and full time mother who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

13 comments

  1. Pagi-pagi ada sarapan temtang personal branding nih

    ReplyDelete
  2. Suka bgt tulisannya mbak. Lengkap bgt. Aku juga merasakan hal yg sama mbak, merasa kesepian dan ditinggalkan teman2 ketika mau blogging tpi bersyukur ketemu teman2 yg satu frekuensi juga di blogspedia ini 🤗

    ReplyDelete
  3. Awalnya aku juga ragu menyebut diri sbg blogger. Insecure aja dg konten yg aku buat. Berasa masih konten yg pembahasannya biasa aja.

    ReplyDelete
  4. Keren banget mbak, hampir semua penuh filosofi

    ReplyDelete
  5. suka benget sama tulisan mba, lanjutkan perjalanannya mbaa

    ReplyDelete
  6. lengkap banget penjelasannya mba, semangat terus mba untuk melanjutkan perjalanannya

    ReplyDelete
  7. Ah selalu rapih banget deh tulisannya mbak, syukak!

    ReplyDelete
  8. aku tertarik sama encyclodipedia nya Mba. unik gitu namanya :)

    ReplyDelete
  9. Wah keren, lengkap banget tulisannya Kak, jadi banyak dapat inspirasi.

    ReplyDelete
  10. Ahhh suka kata-kata yang ini, "Nikmati minder dan insecurities-mu dan jadikanlah cambuk." Itu banget yang saya rasakan, Mbak: minder. Dari minder semoga dimampukan berproses menjadi master, ya. Aamiin.

    ReplyDelete
  11. bener juga ya proses untuk menemukan personal branding aja bisa lama
    aku sendiri awalnya juga nggak nyangka bisa ngeblog sampe sekarang, dan temen-temenku taunya aku blogger. Dikenalin ke temen-temennya juga sebagai blogger.
    memang dari rajinnya postingan kita soal blog atau dunia tulis menulis, secara nggak langsung membuat orang lain berpikir kalau kita adalah blogger

    ReplyDelete
  12. Salah satu blog yang sudah selalu konsisten dan mengapa kami dengan yeorobun🥰

    ReplyDelete
  13. Semangat ya kak Alfiaa! Aku juga merasa senasib, makin berumur, circlenya makin mengerucut. Tapi bersyukurnya kita jadi level up karena pertemanan yang baru dan sesuai sama diri kita hoho. Peluk dari jaaaauuuuuh!

    ReplyDelete

Post a Comment