admasyitoh.com

The Witch: Part 1 - The Subversion, Menegangkan dan Memuaskan!

4 comments

poster the witch part 1

Film ini adalah film pertama yang aku rekomendasikan dari berbagai judul film box office yang dibintangi Choi Woo Shik. The Witch: Part 1 - The Subversion mempunyai kesan yang mendalam bagiku dan menjadi titik tolak kecintaanku pada sang aktor, Choi Woo Shik.

Review film The Witch: Part 1 ini aku tulis berdasarkan pengalaman pribadi tanpa menghilangkan unsur keberpihakan kepada peran yang dimainkan oleh Choi Woo Shik. Jadi, kalau ada unsur-unsur bucin-nya harap maklum ya, yeorobun. Semoga berkenan!

SPOILER ALERT! Tulisan ini mengandung spoiler serta deskripsi kekerasan yang mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang. Prepare yourself!

THE WITCH: PART 1 - THE SUBVERSION

Drama Korea Our Beloved Summer (Desember 2021-Januari 2022) sempat menjadi topik hangat belum lama ini. Chemistry pemain dan plot cerita yang begitu mengaduk-aduk perasaan, menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ikatan antara Kim Da Mi dan Choi Woo Shik yang begitu serasi dan natural berhasil mencuri perhatian penonton yang setia mengikuti kisah cinta mereka dari masa sekolah.

Tapi tahukah kamu bahwa drama ini bukan pertemuan pertama mereka? Keduanya sudah pernah disatukan dalam proyek yang sama, sebuah film layar lebar bergenre action-mystery. Wah, kebayang nggak tuh gimana interaksi mereka?

  • Judul: The Witch: Part 1 - The Subversion
  • Judul Asli: Manyeo (마녀)
  • Sutradara: Park Hoon Jung
  • Penulis: Park Hoon Jung
  • Produser: Park Hoon Jung, Yeon Young Si
  • Sinematografer: Kim Young Ho
  • Tanggal Perilisan: 27 Juni 2028
  • Durasi: 2 jam 5 menit (125 menit)
  • Genre: Action, Mystery, Sci-Fi, Fantasy
  • Negara/Bahasa: Korea Selatan/Korea
  • Distributor: Warner Bros. Korea
  • Pemeran:

    1. Kim Da Mi - Goo Ja Yoon
    2. Choi Woo Shik - Nobleman (Gui Gong Ja)
    3. Jo Min Soo - Dr. Baek
    4. Go Min Si - Myung Hee
    5. Park Hee Soon - Mr. Choi

SINOPSIS SINGKAT

Film ini dibuka dengan adegan berdarah-darah yang menampilkan pembantaian di sebuah laboratorium tertutup. Anak-anak yang dijadikan sampel penelitian rekayasa genetika dibantai dengan kejam oleh sekelompok orang dewasa. Mereka membawa berbagai macam senjata untuk memusnahkan anak-anak yang dianggap cacat.

Ada yang tidak beres dalam riset rekayasa di laboratorium. Anak-anak menjadi liar seperti monster. Mereka tidak bisa dikendalikan. Membasmi mereka adalah jalan satu-satunya.

Satu orang anak perempuan berumur delapan tahun berhasil kabur dengan kondisi penuh darah dan luka. Ia melarikan diri ke pemukiman terdekat.

Si gadis cilik lalu ditemukan oleh seorang petani tua dalam kondisi tak sadarkan diri. Petani itu lalu membawa si gadis cilik ke rumah untuk dirawat. Ia dan istrinya lalu mengadopsi si gadis kecil yang dikira lemah tak berdaya dan hilang ingatan. Gadis itu diberi nama Goo Ja Yoon.

Sementara itu, di laboratorium seorang wanita bernama Dr. Baek–yang menjadi kepala proyek riset–memerintahkan Mr. Choi dan anak buahnya untuk mengejar si gadis kecil. Lalu, ada seorang bocah laki-laki yang tertangkap, yang lolos dari pembantaian. Kelak, bocah inilah yang menjadi Nobleman yang merupakan 'anak kesayangan' Dr. Baek.

Sepuluh tahun berlalu, Ja Yoon tumbuh menjadi gadis SMA yang luar biasa cerdas. Ia sangat berbakat dalam berbagai hal. Hidup sebagai manusia biasa, tidak ada yang menyangka Ja Yoon punya masa lalu yang mengerikan. Bahkan, sahabatnya, Myung Hee, menganggap bakat yang dimiliki Ja Yoon adalah bawaan lahir. Meski sebenarnya adalah hasil modifikasi otak yang diterima Ja Yoon kecil, saat masih menjadi objek penelitian.

Hingga suatu ketika, Ja Yoon bertemu dengan Nobleman yang memang ditugaskan oleh Dr. Baek untuk membawa Ja Yoon ke laboratorium. Di sinilah kisah hidup Ja Yoon mulai berubah. Hari-harinya menegangkan karena diburu oleh Mr. Choi dan anak buahnya, sekaligus Nobleman dan antek-anteknya di saat bersamaan.

Berbagai ancaman ia terima. Keselamatan dan keamanan Myung Hee dan kedua orang tua angkat yang begitu ia sayangi pun dipertaruhkan. Ja Yoon terpaksa terlibat dengan pertarungan keji yang menewaskan banyak anak buah Mr. Choi.

Demi mengungkap jati dirinya dan mempertahankan hidup orang-orang terdekatnya, Ja Yoon akhirnya rela mengikuti Nobleman untuk dibawa ke laboratorium. 

Bagaimana kisah hidup Ja Yoon kemudian? Apakah ia berhasil menemukan jati dirinya yang sebenarnya? Apa tujuan Dr. Baek memerintahkan Nobleman membawa dirinya kembali? Saksikan kisah selengkapnya di The Witch: Part 1 - The Subversion di Viu!

REVIEW FILM

Yeorobun, kalau kamu masih ter-Ungie-Ungie gara-gara so sweet dan bucin-nya Choi Ung di Our Beloved Summer, maka kamu mungkin akan terkejut sekaligus terpesona dengan Choi Woo Shik di film The Witch: Part 1 ini.

Harusnya memang kamu nonton film ini dulu, baru dramanya. Karena rilisnya memang lebih dulu filmnya, sedangkan dramanya menyusul sekitar tiga tahun kemudian.

Film box office satu ini memang sebagus itu, yeorobun. Dari sebelas nominasi award, The Witch: Part 1 berhasil memenangkan delapan di antaranya. Belum lagi berbagai pujian yang membanjiri mereka.

Konon, estimasi biaya yang dihabiskan untuk pembuatan film ini tidak banyak. Dalam salah satu wawancara, produser menyampaikan bahwa mereka terbentur anggaran yang terbatas. Sekitar 5,5 juta US$. Tetapi berkat kerja keras dan kreativitas semua kru dan pemain, film ini berhasil meraup pendapatan hingga 24.343.708 US$ di seluruh dunia.

So, sebagus apa sih film ini? Mari kita ulas bersama-sama.

1. Akting Pemain

Menurut Asian Wiki, mulanya peran lead male (pemain utama pria) ditawarkan kepada Lee Jong Suk. Tetapi sang aktor menolak karena alasan tertentu. Peran ini pun akhirnya jatuh ke tangan Choi Woo Shik. Sementara peran lead female akan ditentukan berdasarkan audisi.

IMHO, tidak ada aktor sebaik Choi Woo Shik yang mampu memerankan karakter Nobleman dalam film ini. Aktor yang bernama barat Edward Choi ini mampu membawakan role seorang psikopat dengan sangat baik.

Tinggal sepuluh tahun di Vancouver–sekaligus membuatnya berkebangsaan Kanada–membuat Woo Shik pandai berbahasa Inggris. Dialog-dialog berbahasa Inggris mampu dilafalkan dengan apik. Kemampuan ini sangat mendukung perannya sebagai transhuman yang diceritakan punya otak cerdas (karena hasil modifikasi) dan berbakat.

Belum lagi aktingnya yang memukau. Aduhai, aku dibuatnya jatuh cinta. Sungguh menawan. Entah kenapa harus ada psikopat semenawan itu. Tengil, psycho, dingin tapi juga karismatik. Sempurna sekali, yeorobun!

the nobleman

Beradu akting dengan Kim Da Mi yang tak kalah menawan. Film ini merupakan salah satu film debut sang aktris. Meski pemula, Da Mi bisa membawakan karakter Ja Yoon dengan sempurna. Tanpa cacat, tanpa cela. Ekspresi muka dan suaranya sangat akurat, membuatku seperti ikut menyelami kehidupan Ja Yoon yang misterius masa lalunya.

goo ja yoon

Demi mempersembahkan penampilan terbaiknya, mereka bahkan berlatih fisik dan beladiri. Hasilnya, adegan laga keduanya pun jadi lebih atraktif dan tampak nyata. Meski sama-sama berbadan ramping, mereka gesit dan lincah sekali. Adegan baku hantam mereka sangat menghibur bagiku.

Di luar itu, chemistry yang terbangun di antara keduanya juga sangat cantik dan indah. Memang, dalam film Ja Yoon dan Noblemen lebih tampak sebagai musuh bebuyutan alih-alih hubungan romansa layaknya sepasang kekasih. Tetapi chemistry mereka sebagai sesama obyek penelitian dan latar belakang yang sama, menurutku cukup unik dan mengharukan. 

Mungkin chemistry inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk memasangkan mereka sebagai kekasih, yang kelak diwujudkan dalam drama Our Beloved Summer.

Selain itu, jangan lupakan akting pemain lain seperti Park Hee Soon, Go Min Si dan Jo Min Soo, maupun peran-peran pendukung lainnya. Penghayatan dan pendalaman karakter membuat mereka tampil maksimal dengan perannya masing-masing. Menambah suasana cerita jadi semakin hidup dan nyata.

2. Alur Cerita

Alasan utama–selain Choi Woo Shik–aku menyukai film ini adalah alur ceritanya. Disajikan dengan tempo sedang, tidak terlalu lambat, tidak pula terlalu cepat. Semua mengalir dengan porsi yang pas. Konfliknya terbangun dengan rapi dan tidak berbelit-belit. Jadi meskipun bergenre berat–sci-fi dan misteri–aku merasa tak perlu memeras otakku terlalu ngoyo selama dua jam penuh menontonnya.

Ide cerita laboratorium rekayasa genetika seperti ini memang sudah banyak, yeorobun. Sering kita jumpai di film-film barat. Tetapi melalui film ini Korea Selatan seperti ingin menegaskan bahwa industri perfilman mereka kian maju dan terdepan. 

Idenya mungkin mirip dengan yang sudah-sudah, tetapi alurnya tetap berbeda dan punya ciri khas. Seperti ketika Ja Yoon mengikuti audisi bakat menyanyi untuk menjadi idol. Seperti yang kita tahu, Korea Selatan dewasa ini memang dikenal sebagai gudang para idol KPOP yang semakin hari semakin melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru dunia.

Tak cukup sampai di situ, plot twist film ini juga disajikan dengan sangat epik. Mulus dan apik. Aku bahkan terperangah seperti tidak percaya. Sejak awal nonton, aku sama sekali tidak menduga kalau alurnya akan berbalik 180 derajat seperti demikian.

Dan, ending-nya juga tak terbayangkan, tam bisa ditebak. BOOM!! Benar-benar kejutan bagi penonton. Kalau kamu penasaran seperti apa plot twist ini, jangan tunda lagi, tonton saja sendiri! Penggemar genre misteri menurutku akan menyukai film ini.

3. Sinematografi

Sebagaimana film misteri, tone warna yang banyak digunakan dalam film ini bernuansa gelap dan kelabu. Lampu-lampu dibuat redup untuk mendukung alur cerita. Jadi jangan heran kalau kamu akan banyak menemukan properti maupun tokoh-tokoh berpakaian gelap seperti hitam dan sejenisnya.

Malam, mendung, kelabu dan hujan sangat cocok dengan film ini. Semua settingnya dibuat suram demi menghidupkan suasana misteri dan menegangkan. Beberapa tempat juga ditampilkan sepi maupun sunyi. Bahkan rumah orang tua angkat Ja Yoon pun digambarkan seperti terisolasi dari pusat kota.

Tbh, aku tidak terlalu suka suasana yang suram begini. Tetapi aku mengakui bahwa pilihan tone warna dan segala aspek sinematografi dalam film ini sudah sangat sesuai dengan tema cerita.

Demikian pula dengan pengaturan properti. Seperti kerusakan gedung, hingga efek-efek sinematik yang diterapkan. Banyak benda-benda beterbangan yang semakin memantapkan kekuatan karakter transhuman seperti Nobleman dan Ja Yoon yang punya kemampuan telekinesis.

Untuk film dengan budget terbatas, sebagai orang awam aku menilainya cukup memuaskan. Film ini terlihat mahal, tidak seperti film murahan.

4. Efek Suara

Kabarnya, kru film sampai harus bekerja ke Jepang demi menghasilkan efek suara yang diinginkan. Setiap suara maupun musik latar dibuat sedetail mungkin. 

Disadari atau tidak, backsound atau suara latar adalah faktor penting yang menentukan kesuksesan sebuah karya film. Bayangkan kalau film berjalan lurus saja, tanpa suara apa-apa di belakangnya. Pasti garing dan tidak menarik lagi, meski alur ceritanya baik.

Nah, dalam film ini semua musik latar dibuat dengan usaha keras para krunya. Hasilnya tentu saja memuaskan. Musik-musik ini berhasil menguatkan suasana adegan-adegan dalam film. Membuat jantung penonton semakin berdegup kencang dan ikut terhanyut dalam ketegangan.

SUMMARY

So far, sebagai penikmat film aku sangat puas dan merekomendasikan film ini khususnya kepada para penggemar genre action, mystery, sci-fi dan fantasi.

Sebagai penggemar Choi Woo Shik, aku tentu bangga sekali melihat penampilan sang aktor yang menawan dan tak tergantikan. Begitu pula dengan kru dan pemeran lainnya yang sudah berusaha maksimal, bekerja keras mempersembahkan tontonan sebaik ini.

Terakhir, film The Witch: Part 1 - The Subversion ini adalah salah satu film Korea terbaik yang pernah aku tonton sepanjang karirku sebagai penonton di dunia per-Korea-an. Jadi, apakah kamu tertarik menontonnya? Share di kolom komentar, ya!

REFERENSI

  1. https://m.imdb.com/title/tt8574252/
  2. https://asianwiki.com/The_Witch:_Part_1._The_Subversion


Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger, content writer and full time mother who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

4 comments

  1. Yaaaaa, aku jadi tertarik mau nonton ini. Makasih yaa reviewnya sangat bagus...

    ReplyDelete
  2. Baca ini mirip serial netflix the silent sea ya. Lab rekayasa genetik pada anak². Produk cacat dibasmi ada yg berhasil selamat. Tp u know lah mba ending netflix series kek mana. Bisikin ending film ini dong mba...

    ReplyDelete
  3. ini termasuk thriller ga sih kak ,thanks review nya jadi tertarik buat nonton ...

    ReplyDelete
  4. Aku nonton film mas eddie yang lain aja deh..tunggu hatiku membaik, baru ku tonton yang the witch ini. Aku suka ending yang plot twist.

    ReplyDelete

Post a Comment