Yeorobun, jadi emak-emak milenial memang rawan terkena isu burnout, stres dan shaming ya. Apalagi di zaman modern seperti sekarang. Tugas domestik sebagai ibu sekaligus istri yang mengasuh anak dan rumah saja sebetulnya sudah cukup bikin stres. Seringnya orang-orang luar yang tidak tahu justru menghakimi para ibu rumah tangga karena hal-hal yang sebetulnya bukan kesalahan mereka.
Aku sendiri akhir-akhir ini mengalami itu. Sudah anak makin gede, makin pinter ya kan… Pinter bikin emaknya emosyen. Orang-orang di sekitar justru malah memperburuk situasi dengan komentar-komentar negatif atau tidak memberi dukungan yang berarti.
Padahal yeorobun, kunci bahagia sebuah keluarga itu terletak pada kebahagiaan ibu. Menjaga kesehatan mental dan jiwa ibu penting sekali untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian suasana di dalam rumah.
Hari ini contohnya, anak masih dua tahun itu memang lagi aktif-aktifnya ya. Rumah sudah seperti kapal pecah tiap hari. Aku termasuk tipe orang yang tidak suka berantakan. Gatel rasanya kalau lihat rumah berantakan dan kotor.
Tapi si kecil belum bisa diajak kompromi. Di sisi lain, suami harus bekerja full time. Kami hanya bertiga di rumah, tidak ada orang tua, saudara ataupun asisten rumah tangga. Kerabat semua jauh. Otomatis tidak ada yang membantuku untuk mengurus domestik dan rumah.
Di luar sana, ternyata masih ada saja pihak-pihak yang berkomentar lebay lah, berlebihan lah, lucu lah, atau manja. Astaghfirullah mereka nggak tahu aja kalau diri ini sudah menahan untuk tidak sambat dan nangis.
Padahal aku yakin tidak mengalami hal seperti ini sendiri, yeorobun. Pasti banyak ibu lainnya yang mengalami hal serupa denganku. Apakah mereka juga mendapat komentar yang sama?
Jujurly, ketika pikiran suntuk, bosan, jenuh, waktu istirahat dan me time berkurang, tubuh jadi cepat lelah dan gampang sakit. Ya gimana enggak, wong hak tubuh itu sendiri tidak dipenuhi dengan baik.
Kalau sudah seperti ini, biasanya anak dan suami yang jadi sasaran pelampiasan di rumah. Marah-marah sendiri tidak jelas. Kalau sudah puas dan sadar, seketika mendadak melow dan menyesal. Ada yang sama?
Kadang rasanya ingin kabur, cuti dari pekerjaan ibu rumah tangga. Tapi tidak bisa, pekerjaan ini rasanya sulit digantikan oleh orang lain. Di sinilah para ibu butuh bantuan untuk meringankan sedikit beban di pundaknya. Bisa tidur nyenyak di siang hari tanpa gangguan dua jam saja sudah menjadi kemewahan bagi para ibu yang bekerja siang malam non stop begini.
Ternyata jadi ibu rumah tangga yang bahagia itu gampang-gampang susah yaa…
Peluk jauh.... Akupun merasakan hal yg sama. Kita tidak jauh berbeda mba
ReplyDeletePeluk jauh juga... Huhuhu makasih mbak 🥰🥰
DeletePernah banget merasakan kek gini, Al..
ReplyDeleteSampek doaku pas tertekan tuh "Ya Allah..semoga aku sakit sampai yang harus bedrest di rumah sakit."
Alhamdulillah,
Gak pernah dikabulkan Allah, Al.
Jadi memang sebaik-baik pertolongan adalah meminta sama Allah untuk dimudahkan segalanya. Gak mudah... tapi semoga dengan berhenti sejenak di waktu-waktu yang memang kita uda bisa free, jadi terasa lebih bermakna.