admasyitoh.com

Belajar Nilai Patriotisme dan Kepahlawanan dari Drama Korea Mr. Sunshine

3 comments

teaser mr sunshine netflix

Prolog — Salah satu alasanku begitu menyukai drama Korea yaitu mereka selalu punya tema-tema unik serta totalitas pengerjaannya. Tidak ada ceritanya tokoh utama terbang mengendarai capung atau kupu-kupu. Mereka tidak pernah menampilkan adegan tabung gas meledak secara tidak masuk akal. Intinya, semua digarap dengan sungguh-sungguh dan bisa diterima nalar. Bahkan untuk genre-genre fantasi pun tidak mengandung scene-scene aneh yang terlihat konyol.

Drama Korea selalu kaya dengan khasanah keilmuan dan nilai kehidupan. Mulai dari kesehatan, hukum, politik, kriminal hingga patriotisme dan kepahlawanan. Ada pesona dan daya tarik tersendiri dari karya-karya mereka, yang tidak jarang meninggalkan kesan mendalam bagi penonton. Jadi tidak heran kalau semakin hari drama Korea semakin digandrungi.

Yeorobun, ada satu drama yang paling aku sukai, andalan, juara dan sampai sekarang masih bertengger di tahta tertinggi drama terbaik yang pernah aku tonton sepanjang karir per-drakor-anku. Begitu istimewanya drama ini sampai-sampai aku tidak pernah bosan menontonnya. Meski dibuat tahun 2018 silam, tapi sampai sekarang aku masih suka memutarnya ulang.

Drama ini sarat sekali dengan nilai-nilai kehidupan, terutama yang berkaitan dengan nilai patriotisme dan kepahlawanan. Tidak banyak lo, drama Korea yang berani mengangkat tema seperti ini. Namun, drama ini disajikan dengan begitu baik. Sempurna. Pesannya begitu membekas erat bagiku dan mungkin bagi penikmat drama lainnya.

Aku berharap, tulisan ini bisa memberi pelajaran kepada kita semua, tentang arti patriot dan pahlawan yang sesungguhnya. Bukan sekedar menonton drama, tetapi ada nilai penting yang bisa kita ilhami untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat membaca dan menyaksikan!

LONG STORY ALERT! Tulisan ini agak panjang yaa dan butuh beberapa menit untuk dibaca. Semoga kamu tidak bosan dan bisa mengambil manfaat sekecil apapun di dalamnya. Okay, kita mulai dengan…

Keistimewaan Drama Mr. Sunshine

Yeorobun, berbicara tentang Mr. Sunshine rasanya memang tidak akan ada habisnya. Sama seperti ketika aku membicarakan Baekhyun EXO atau Rowoon SF9. Banyak sekali yang bisa ditulis dan dibahas.

Tbh, aku bingung bagaimana harus membahas drama ini. Ada 5 tokoh utama, 24 episode, (setidaknya) 3 bahasa dan 32 original soundtrack yang harus dituliskan dalam satu tulisan utuh. Sulit. Tidak cukup hanya 500 atau 1000 kata. Karena drama ini begitu kompleks, tapi indah. Tragis tapi romantis. Berat tapi bikin ketagihan. Sangat menarik, menawan dan begitu membekas dalam ingatan.

Tapi aku tetap ingin menulisnya. Harus. Entah bagaimana caranya. Bagiku, yeorobun sekalian perlu tahu tentang drama ini. Semua aspeknya disajikan dengan sempurna. Ya, semua! Ya alurnya, ceritanya, visualnya, OST-nya, efek-efeknya, pokok semuanya.

Mr. Sunshine really deserved to be memorized for years. The real definition of masterpiece.

Kalau harus dijabarkan, rasanya akan panjang sekali. Tetapi aku mencoba merangkumnya dalam lima keistimewaan Mr. Sunshine yang membuat drama ini berbeda dengan yang lain.

1. Tema dan Alur yang Tidak Pasaran

Fyi, Mr. Sunshine ini termasuk dalam genre sageuk (sejarah), melodrama dan romansa. Kalau kamu mengharapkan kisah cinta romantis yang penuh keindahan semu, aku kurang merekomendasikan drama ini.

Tapi, kalau kamu cari drama romance yang; mature namun tetap sopan, tidak kekanak-kanakan, jauh dari kata menye-menye, tidak mengandung adegan kissing atau sejenisnya (yang bisa bikin adem-panas sampai malu sendiri nontonnya), maka drama ini sangat cocok sekali buatmu. Sebab, kisah cinta yang disajikan benar-benar romantis dengan cara yang indah dan benar-benar menyentuh sanubari. 

Cinta terhalang restu mungkin menjadi salah satu kisah paling mengenaskan di antara kisah-kisah asmara di dunia. Tapi apa jadinya, kalau cinta itu bukan hanya terbentur restu, tetapi melibatkan perbedaan kasta dan bangsa? Bagiku, tidak ada kisah cinta yang lebih tragis dan menguras perasaan, selain romansa dalam balutan sejarah penjajahan dan melibatkan tokoh dengan berbagai latar kebangsaan.

Sudah mulai ada bayangan?

Inti utama drama ini mungkin terletak pada romansanya. Tetapi sepanjang penayangan drama, kamu akan menyadari bahwa ada pesan penting yang ingin disampaikan, yang lebih dari sekedar kisah asmara biasa. Yaitu patriotisme para tokoh, yang rela mengorbankan segalanya—termasuk cinta mereka—demi bangsa dan kemerdekaan Joseon.

Drama sageuk memang sudah banyak, yeorobun. Tapi jarang yang memilih latar sejarah penjajahan Jepang di Korea (sekitar tahun 1800an sampai awal 1900). Kebanyakan menceritakan era Joseon atau masa-masa jauh sebelumnya seperti Goryeo, Goguryeo dan Tiga Kerajaan. Kalau penasaran, boleh Googling sendiri ya…

Mr. Sunshine mengangkat cerita romansa bernuansa patriotisme dan kepahlawanan pada zaman penjajahan Jepang atas Korea. Sangat epik, namun apik. Tema yang tidak biasa inilah yang membuat drama ini punya alur unik dan menarik. Tidak pasaran. Intrik politik di dalamnya bukan lagi tentang berebut kekuasaan menjadi raja. Namun, pengkhianatan para bajingan negara yang ingin menjual Joseon kepada pihak asing, demi keuntungan pribadi.

Jadi, jangan heran kalau kamu akan sering mendengar dialog berbahasa selain Korea, seperti Jepang dan Inggris. Karena pada era itu diceritakan banyak sekali negara asing yang masuk ke semenanjung Korea, mulai dari Inggris, Rusia, Amerika dan Jepang tentunya.

2. Dibintangi Insan Perfilman Papan Atas

Yeorobun mungkin masih asing dengan aktor-aktor pemeran utama drama ini. Tapi jangan salah ya, mereka adalah aktor-aktor chungmuro yang sudah malang-melintang di perfilman layar lebar. Ada Kim Tae Ri, Lee Byung Hun, Yoo Yeon Seok, Kim Min Jung dan Byun Yo Han yang dipercaya menjadi tokoh utama dengan lima latar belakang berbeda. Yaitu bangsawan patriotis, kapten tentara marinir Amerika, pemimpin Yakuza di Joseon, pengusaha swasta berkebangsaan Jepang dan bangsawan Joseon yang kaya raya.

Kelima tokoh ini terlibat dalam kisah cinta yang rumit dan menurutku sangat berisiko. Bisa membahayakan satu sama lain. Banyak sekali yang harus dikorbankan karena asmara lintas bangsa dan kasta ini. Uniknya, meski berasal dari berbagai latar belakang, kelima karakter ini pada akhirnya mempunyai satu tujuan yakni kemerdekaan Joseon dan melawan penjajahan Jepang. Keren kan?

Kalau soal akting, jangan diragukan lagi lah. Cuma satu kata, daebak!! Masing-masing karakter punya peran dan fungsi, punya sudut pandang berbeda, tapi mereka bisa membawakannya dengan amat-sangat-baik-sekali. Entah bagaimana pemilihan aktor-aktor ini dilakukan tetapi mereka adalah pilihan paling tepat. Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau tokoh-tokoh ini diambil oleh aktor lain, pun oleh nama-nama yang sudah kondang di Indonesia.

Drama ini juga dimeriahkan oleh supporting role yang sudah tidak asing lagi di Korea, yang turut membuat mahakarya ini menjadi lebih memukau dan penuh kesan.

3. Visual yang Memanjakan Mata

First impression yang membuat aku tertarik sejak episode pertama tayang adalah sinematografi yang mengagumkan. Mungkin ini yang namanya nonton drama rasa film layar lebar. Megah dan mewah sekali. 

Sejujurnya aku kurang paham dengan teknik pengambilan gambar, editing dan seterusnya. Tapi yang jelas, ketika drama ini jadi dan ditayangkan, terasa sekali bagaimana kru dan produser bekerja keras untuk memberikan tontonan yang layak dan mampu memuaskan hasrat penonton.

Ditambah visual yang sungguh memanjakan mata. Mulai dari set lokasi syuting, bangunan-bangunan di dalamnya, penggambaran empat musim, kostum pemain, sampai properti yang digunakan, semua disiapkan dengan baik. Aku sampai ‘salfok’ ke kostum hanbok mereka, yukata, gaun-gaun gaya Eropa vintage yang mewah, hingga seragam tentara untuk tiga negara yang berbeda. Kok bisa sedetail itu?

Tidak heran kalau Mr. Sunshine ini konon menjadi salah satu drama dengan biaya produksi termahal. Diperkirakan mencapai 40 miliar won (sekitar Rp500 miliar, tolong ini berapa digit angka ya).

Biaya yang dihabiskan ini tidak sia-sia, yeorobun. Desain set, efek khusus hingga propertinya menurutku memang bisa membangkitkan lagi suasana sejarah zaman itu, ketika awal mula Korea dijajah, transisi dari monarki ke sistem demokrasi. Bahkan scene peperangan pun mereka benar-benar membuat situasi perang, seperti properti-properti yang dibakar, ledakan-ledakan dan lain sebagainya. Pokoknya puas sekali nontonnya!

4. Musik Latar yang Mendukung

Apalah artinya drama tanpa musik latar?! Hampa, yeorobun. Bagai sayur tanpa garam, anyep. Untungnya Mr. Sunshine ini termasuk salah satu drama dengan OST terbaik yang pernah aku lihat. Semua OST-nya enak didengar dan bisa masuk playlist harianku, walaupun hampir semua bergenre ballad.

Baek Ji Young, Hwang Chi Yeul, Ben, MeloMance, Elaine, Sejeong (Gugudan), NU’EST dan sederet penyanyi berbakat lainnya dipercaya untuk menyanyikan lagu-lagu soundtrack drama ini. Didukung dengan komposer dan music director kenamaan, Nam Hye Seung, yang memang sudah sering sekali menggarap drama-drama hits seperti Goblin, Crash Landing on You, It’s Okay to Not be Okay, Our Beloved Summer, hingga yang terbaru Alchemy of Souls.

Musik latarnya benar-benar mendukung suasana dalam drama. Bisa banget mengiringi dan menggambarkan kondisi romantis, sedih, berkabung, tegang sampai peperangan! Harus kuakui musik-musik latar ini memang punya daya tarik tersendiri selain aspek lainnya. Stone Music Entertainment tidak rugi menjadi perusahaan rekaman untuk drama ini.

5. Mahakarya Penulis Terbaik

Kalau kamu pernah nonton Descendants of The Sun (2016) atau Goblin (Guardian: The Lonely dan Great God) (2016-2017) kamu mungkin tidak asing dengan nama Kim Eun Sook. Benar, Kim Eun Sook adalah sosok di balik kesuksesan drama-drama hits ini. Dua drama itulah yang berhasil melambungkan namanya menjadi salah satu best screenwriter di Korea.

Pasca pencapaian gemilang Descendants of The Sun dan Goblin, Kim Eun Sook kembali menunjukkan ‘kesaktian’ tangannya menulis skenario melalui Mr. Sunshine. Demi drama ini, ia bekerja sama lagi dengan sutradara Lee Eung Bok, yang juga menjadi director dua drama sebelumnya.

Dari track record ini, bisa kita lihat sendiri bahwa kolaborasi Kim Eun Sook dan Lee Eun Bok memang tidak pernah gagal atau mengecewakan. Dua seniman keren yang bekerja keras menciptakan mahakarya terbaik dalam sejarah perfilman Korea, khususnya layar kaca. Karya-karya mereka sungguh layak mendapat apresiasi tertinggi dari para penikmat drama Korea.

Hikmah dan Ibrah: Nilai Patriotisme dan Kepahlawanan

Sedikit spoiler, Mr. Sunshine ini berakhir dengan sad ending. Dari lima tokoh utama, empat meninggal. Hanya satu orang tersisa dengan kisah yang panjang. Tragis dan menyedihkan memang, tapi seperti quote dalam drama ini sendiri, drama ini sangat membekas di hati.

“Lagipula, sad ending selalu meninggalkan kesan kuat.” (Kudo Hina - Mr. Sunshine)

Jujur, aku sempat menyayangkan akhir drama ini kisah cinta tokoh utamanya tidak berakhir bahagia. Mereka tidak bisa bersatu. Tetapi setelah aku pikir-pikir lagi, justru inilah ending terbaik untuk drama ini.

Berakhir sad ending nan tragis, namun dengan cara paling indah dan elegan yang pernah ada. Keempat tokoh utama meninggal sebagai pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Joseon. Betapa kematian menghampiri mereka dengan cara paling mulia, yakni jihad. Ya, aku tahu, mereka tidak kenal kata jihad. Tapi hakikatnya mereka memang jihad dalam arti harfiah, yaitu peperangan melawan penjajah.

Kisah cinta dan kehidupan pribadi mereka memang berakhir tragis. Namun, kematian mereka adalah pengorbanan tertinggi dalam hidup manusia. Pengorbanan ini menjadi harapan baru bagi generasi muda, yang digerakkan oleh segelintir orang—kelompok kecil—yang peduli dengan kondisi bangsa Joseon, saat itu. Inilah cikal bakal gerakan kemerdekaan di Korea.

Sad ending yang begitu kuat dan mendalam dari drama ini membuatku berpikir, oh jadi begini yang dialami para pahlawan dulu ketika melawan penjajah. Korea dan Indonesia sama-sama pernah dijajah oleh Jepang. Dan, di drama ini aku menyaksikan sendiri penjajahan mereka yang digambarkan begitu kejam dan sama sekali tidak berperikemanusiaan.

Ya Tuhan, betapa mengerikan dan kejamnya peperangan itu. Betapa takutnya rakyat jelata saat mendengar derap langkah penjajah. Betapa runyam dan sulitnya kondisi para pemimpin bangsa saat penjajah menduduki Indonesia. Setiap hari pasti terasa seperti neraka. Kesan itulah yang aku rasakan selama dan setelah menonton drama ini.

Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau aku yang hidup di zaman itu. Benar-benar mencekam. Dihantui tembakan senapan dan ledakan bom yang bisa sewaktu-waktu menghampiri, tergantung ‘mood’ para penjajah. Jangankan memikirkan mau makan apa, bisa hidup sembunyi-sembunyi dengan aman dan selamat pada hari itu saja rasanya sudah seperti keajaiban Tuhan.

Drama ini mengajarkanku untuk bersyukur, bahwa aku hidup ketika bangsa ini sudah merdeka. Ketika dunia sudah paham arti kemerdekaan berbangsa dan bernegara. Ketika negara-negara sudah paham bahwa penjajahan adalah pelanggaran berat atas hak asasi manusia yang harus dihapuskan.

Drama ini juga membuatku mengerti dan merenungi kembali pengorbanan para patriot dan pahlawan bangsa, yang sudah rela mengorbankan segala milik mereka demi kemerdekaan. Bahkan nyawa pun mereka serahkan agar anak cucu mereka tidak merasakan pedihnya hidup diinjak-injak bangsa lainnya. Sungguh penghargaan tertinggi bagi mereka yang telah gugur demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. 

Yeorobun, dalam drama Mr. Sunshine ada patriot-patriot dan pahlawan-pahlawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Meski berbeda-beda, mereka punya satu tujuan yang sama: kemerdekaan bangsa. Tidak ada orang yang gabut, nganggur. Semua punya fungsi dan perannya masing-masing.

Gerakan kemerdekaan ini memang diinisiasi oleh beberapa orang saja yang peduli dan memikirkan bangsa. Tetapi dalam perjalanannya, ada pihak-pihak lain seperti bangsawan, aristokrat, bahkan warga asing yang berempati dan akhirnya turut mengorbankan diri.

Ada tentara yang bertugas mengangkat senjata dan berdiri di garda terdepan pertahanan. Ada bangsawan yang berperan memasok dana untuk memperkuat persenjataan dan mengobati tentara yang terluka. Ada aristokrat yang mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Ada pejabat dan pemimpin bangsa yang memperkuat militer dan menempuh jalur diplomasi.

Ada pula wartawan yang bertugas mengabarkan kepada dunia tentang kekejaman penjajah sekaligus membakar semangat juang rakyat. Bahkan ada rakyat jelata, para wanita, orang tua yang rela bertaruh nyawa melakukan apapun demi kemerdekaan.

Ini di drama yaa…

Faktanya? Ternyata mirip dengan kenyataan. Kalau menilik kembali sejarah bangsa Indonesia yang panjang, kira-kira itu pula yang kita alami. 

Dulu Nusantara terdiri dari kerajaan-kerajaan yang tersebar dari Semenanjung Malaka hingga Papua. Bangsa ini memiliki sejarah panjang terkait penjajahan kolonialisme berabad-abad sampai Perang Dunia Kedua.

Segala upaya pernah dilakukan oleh nenek moyang kita untuk mengusir penjajah. Namun tidak pernah berhasil, karena kekuatan yang terpecah-pecah di berbagai wilayah.

Sampai suatu ketika, bangsa ini pun sadar, keberhasilan dan kemerdekaan hanya akan tercapai jika semuanya bersatu. Maka lahirlah gerakan kemerdekaan yang serentak di berbagai daerah. Lalu dengan segenap pengorbanan pula, para pahlawan kita berperang melawan penjajah. 

Entah berapa banyak jiwa yang gugur dalam perjuangan ini. Satu hal yang pasti, kemerdekaan akhirnya berhasil kita raih dalam genggaman.

Mari kita ingat kembal deretan nama Pahlawan Nasional yang tercatat dalam sejarah. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan profesi. Ada yang keturunan bangsawan, guru, ulama, tentara kebangsaan, hingga rakyat biasa. Lalu ada pula nama-nama asing yang turut berempati dengan perjuangan para patriot kita. Semua punya peran. Angkat senjata, mengobati tentara yang luka, mendidik, membuat berita, berdiplomasi, berperang, semua orang bersatu padu untuk mencapai cita-cita kemerdaan bangsa Indonesia.

Kalau dibandingkan dengan kita sekarang? Wah, kita sama sekali tidak ada apa-apanya, yeorobun. Kita tinggal duduk 'ongkang-ongkang' menikmati kemerdekaan yang dulu mereka peroleh dengan mengokang senapan. Kita tinggal 'leha-leha' tanpa perlu merasakan ketakutan mencekam seperti mereka, yang kemana-mana sampai bawa bambu runcing dan senjata tajam. Berjaga-jaga kalau tiba-tiba diserang.

Intinya, kita hidup tinggal enaknya aja.

Karena itulah sebetulnya kita harus berjuang saat ini. Bukan meraih atau mempertahankan kemerdekaan lagi, tapi mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat. Mewarnai kemerdekaan ini dengan prestasi-prestasi gemilang yang mengharumkan nama Indonesia. Bukan apa-apa, anggap saja sebagai bentuk syukur sekaligus balas budi kepada mereka yang sudah gugur dan berjuang.

Kenyataannya? Kamu bisa menjawab sendiri. Saat ini kita tidak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tapi kita sedang dijajah oleh nafsu dan keserakahan yang membuat akhlak manusia semakin bobrok dan memalukan. Buktinya banyak, tidak perlu aku sebut satu per satu di sini. Bisa panjang sekali kalau ditulis.

Yang ingin aku tekankan, kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para patriot dan pahlawan bangsa, harusnya kita isi dengan prestasi gemilang, hal-hal positif, yang mengharumkan nama Indonesia. Karena sudah merdeka, tidak lagi mengangkat senjata dan melawan penjajah, bukan berarti kita bisa berbuat seenaknya.

Persatuan dan kesatuan bangsa ini harus tetap terjaga demi keberlangsungan hidup bangsa ini sendiri. Sekaligus menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan melawan kolonialisme asing. Tidak ada penghargaan paling tinggi selain mengingat mereka dan meneruskan perjuangan mereka untuk kemajuan bangsa Indonesia. 

Andai mereka masih hidup sekarang, atau andai aku yang jadi mereka, aku pasti kecewa melihat anak bangsa kehilangan semangat juang, lemah dan mudah terpecah-belah.

Meneladani Sifat Patriotisme dan Kepahlawanan bagi Blogger

Yeorobun, pembahasan panjang tentang Mr. Sunshine, patriotisme dan kepahlawanan memang seperti tidak ada habisnya. Aku tidak bermaksud mengajak untuk angkat senjata, ya. Bukan begitu. Yang bisa kita pelajari dari drama Mr. Sunshine ini adalah nilai patriotisme dan kepahlawanan.

“Patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya demi kejayaan dan kemakmuran tanah air, atau semangat cinta tanah air. Sedangkan kepahlawanan berkaitan dengan sifat-sifat pahlawan seperti berani, rela berkorban dan kesatriaan.” (KBBI)

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pahlawan bukan berarti harus gugur di medan perang atau mengangkat senapan. Pahlawan tidak harus tentara atau angkatan bersenjata. Siapa saja bisa menjadi pahlawan.

Bahkan sampai sekarang ada pahlawan yang selalu ada di dekat kita, yaitu orang tua dan guru-guru kita. Sebagaimana ungkapan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ yang sering kita dengar. Dan, kita pun—aku, kamu—bisa menjadi pahlawan sesuai peran dan profesi masing-masing.

Sebagai pencinta drama Korea dan pemuja Oppa-oppa, aku kerap menjadi sasaran nyinyiran netizen, yeorobun. Mereka bilang, aku tidak cinta tanah air. Hanya karena aku menggemari budaya-budaya Korea. Plastik kok dicintai, budaya negara lain kok disukai. Kalimat-kalimat seperti itu sering sekali aku jumpai. Sedih yaa…

Padahal, mencintai tanah air sebagai wujud meneladani sifat patriotisme dan kepahlawanan tidak bisa diukur dari kegemaran dan preferensi seseorang. Walaupun aku suka dengan semua yang berbau Korea, aku tetap bangga dan mencintai bangsaku sendiri, Indonesia Raya tercinta ini.

Cerminan rasa cinta itulah yang ingin aku tuangkan dalam perananku sebagai blogger, manusia yang (mengaku) bekerja sebagai penulis di dunia digital, meski dalam platform personal. Aku tetap ingin meneladani sifat-sifat luhur para pahlawan dan patriot bangsa dengan caraku sendiri sebagai blogger.

Toh, blogger tetap bisa menjadi pahlawan dengan berada di jalurnya. Memang, aku tidak sesakti wartawan atau jurnalis yang bisa menggerakkan massa dengan tulisan-tulisannya. Aku tidak bisa menjadi Kim Hui Seong dalam Mr. Sunshine yang sampai meregang nyawa demi memberitakan kekejaman penjajah. Aku tidak bisa seperti itu dan memang tidak perlu.

Namun, sebagai blogger aku (dan semua blogger) bisa menulis dan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain, masyarakat, maupun bangsa, lebih-lebih kalau membawa perubahan yang nyata.

IMHO, setidaknya ada dua kriteria utama blogger yang pantas untuk disebut pahlawan.

1. Tulisannya Bermanfaat bagi Orang Lain

Blogger yang pantas disebut pahlawan adalah yang tulisannya memberikan manfaat bagi pihak lain. Meski bersifat personal, tetapi ada nilai guna dan manfaat yang disampaikan. Untuk membuat tulisan yang bermanfaat seperti ini, blogger pasti rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya ke dalam tulisan.

Blogger tidak bisa disebut pahlawan jika ilmunya dia simpan sendiri. Sekecil apapun, ilmu itu hendaknya disampaikan kepada orang lain.

Ada satu senior blogger yang menjadi inspirasi dan pahlawan bagiku di dunia blogging ini. Coach Marita namanya. Tulisan ini bukan untuk memuji beliau. Tetapi aku hanya ingin memberikan apresiasi kepada beliau yang telah menjadi sosok berjasa besar dalam proses perkembangan dan perjalananku menjadi blogger.

Melalui kelas Blogspedia Coaching #3 beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan para coaches, guru-guru blogger, pahlawan tanpa tanda jasa, yang telah merelakan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu mereka untuk mendidik dan mengajariku agar menjadi blogger yang sesungguhnya. Aku benar-benar diajari dari dasar, dari nol. Dari yang tidak tahu apa-apa sampai akhirnya mengerti banyak hal.

Aku belum bisa menyamai mereka yang telah berjasa dalam karir bloggingku, tetapi semoga aku bisa meneladani mereka, suatu saat nanti.

2. Tulisannya Membawa Perubahan

Blogger yang pantas disebut pahlawan adalah yang tulisannya bisa membawa perubahan. Tidak mudah, yeorobun, untuk menjadi tingkat satu ini. 

Untuk bisa membawa perubahan, sebuah tulisan atau karya harus bisa mengubah pola pikir serta menggerakkan hati seseorang.

Tidak cukup hanya berbagai ilmu dan inspirasi, agar layak disebut pahlawan, tulisan seorang blogger harus mampu menggiring opini pembaca sehingga pembaca itu tergerak untuk melakukan ‘sesuatu’ hal positif yang mengubah keadaan, minimal keadaan dirinya sendiri.

Contoh, menulis tentang mencintai lingkungan, maka tulisan tersebut harus bisa membuat pembaca terpengaruh untuk lebih mencintai lingkungan dan alam sekitar, pola pikirnya berubah, serta menggerakkan hati mereka untuk melakukan aksi nyata dalam upaya menjaga kelestarian alam sekitar. Begitu pula tulisan-tulisan lainnya.

Jadi bukan sekedar berbagi ilmu, kiat-kiat dan inspirasi. Tetapi ada efek perubahan pada pembaca setelah membaca tulisannya.

Apakah tulisan-tulisanku di blog ini sudah memenuhi kriteria ini? Mungkin belum. Tetapi aku sedang berusaha dan mengasah skill dalam diriku sendiri untuk menuju ke sana. Agar orang lain berubah setelah membaca yang kutulis, maka aku sendiri yang harus memulai perubahan itu. Terus berubah menjadi lebih baik lagi, dari hari ke hari.

Mulai dengan meluruskan niat dan alasan menulis blog, belajar ilmu-ilmunya, kemudian terus berlatih menghasilkan tulisan yang bisa bermanfaat dan membawa perubahan bagi pembaca. 

***

Epilog — Siapapun bisa menjadi patriot dan pahlawan, yeorobun. Di dunia modern seperti sekarang, untuk menjadi patriot dan pahlawan tidak bisa lagi dengan cara mengangkat senjata dan mengusir penjajah. Namun untuk meneladani sifat-sifat para patriot dan pahlawan yang telah gugur di medan perang, setiap orang bisa meneruskan perjuangan mereka untuk mencintai bangsa ini dengan segenap hati.

Belajar nilai-nilai patriotisme dan kepahlawanan bisa dari mana saja. Dari guru (pahlawan tanpa tanda jasa), para pahlawan yang telah tiada, orang tua, ulama, pun dari drama Korea. 

Mr. Sunshine misalnya, yang benar-benar membuatku sadar tentang arti cinta tanah air, rela berkorban segalanya demi bangsa dan negara. Pun jika harus kehilangan hidup sendiri dan mempertaruhkan nyawa. 

Drama ini bukan sekedar indah dinikmati. Ada pelajaran penting di dalamnya yang bisa diilhami untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan mencintai tanah air dengan semata-mata. Kalau kamu menontonnya, semoga ada kesan kuat dan manfaat yang bisa kamu ambil di dalamnya. Selamat Hari Pahlawan! Selamat Hari Guru! Selamat berproses... 

Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger, content writer and full time mother who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

3 comments

  1. Keren banget! Sebagai blogger sekaligus pecinta drakor menyajikan ulasan yang detail nan runtut. Ini sangat informatif sekali sih.
    Aku yang jarang sekali nonton drakor jadi tau cerita yang diangkat drakor Mr. Sunshine melalui tulisan ini.

    Sebuah cerita drama berunsur sejarah dengan romantisme yang rumit memang tidak pernah gagal menyajikan kisah yang membekas kepada para penontonnya, meskipun cinta tak berujung indah namun kepahlawanan dari peran tokoh yang ditampilkan sungguh memberikan pelajaran arti sebuah perjuangan dan pengorbanan terhadap bangsanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duuh, drama ini emang keren banget mbak. Aku sampe nggak bisa berword-word, saking kerennya. Apa yaaa, temanya, storyline, plot, semua-semuanya tuh bagus... terus dieksekusi dan digarap dengan bagus juga. Jadi semua scene-nya tuh kelihatan indah banget pas ditonton. Bahkan sampe adegan kematian pun rasanya bener-bener bikin aku melongo. Bagus banget sih ini garapannya..

      Dan, ya itu... nilai patriotisme dan kepahlawanannya tuh dapet banget. Nonton drama ini vibes nya kayak nonton film-film Indo yang bertema penjajahan, contoh Merah Putih, Darah Garuda, Sang Kyai... pasca nonton, rasa cinta ke tanah air langsung melonjak drastis..

      Karena emang sekuat itu pesannya... :)

      Delete
  2. Aku dari drama ini jadi seneng sama Byun Yo Han.
    Dan selalu menantikan karyanyaaa.. Karena menurutku dia nih selalu dapat karakter yang unik. Aku sampai lupa kalau belum selesai nonton film Byun Yo Han yang dapat penghargaan Blue Dragon.

    Mr Sunshine memang memang sangat memukau dari berbagai sisi. Ya sejarahnya, ya karakternya hingga membangun chemistry antar karakter. Bisa sekeren ini sih.. salut!

    ReplyDelete

Post a Comment