admasyitoh.com

Penyebab Diabetes pada Anak dan Cara Mencegahnya

2 comments

penyebab diabetes anak

Ceritanya, beberapa waktu lalu aku sempat kaget, shock, ketika baca sebuah portal berita online. Disebutkan bahwa ‘diabetes anak meningkat 70 kali lipat saat ini’. Yang ada di pikiranku ketika baca berita ini adalah emang anak-anak bisa kena diabetes? Ada yang berpikiran sama? Siip, toss dulu!

Oke… Mari kita belajar bersama. Semoga bisa menambah wawasan kita supaya bisa lebih menjaga kesehatan. Dan, semoga bisa menjadi bekal untuk membentengi keluarga tercinta dari berbagai jenis penyakit yang mengancam. Udah aku rangkumin nih tinggal baca aja, hehe…

Diabetes Anak-anak, Emang Bisa?

Bisa! Ternyata bisa dan memang ada, yeorobun. Jujurly, aku juga baru tahu kalau ternyata anak-anak bisa terkena diabetes seperti orang dewasa.

[Breaking News] Kasus diabetes anak meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010. Menurut IDAI, hingga 31 Januari 2023 ada 1.645 pasien anak penderita diabetes. Pasien anak perempuan lebih banyak daripada anak laki-laki (indonesiabaik.id).

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mencatat, dari 1.645 anak yang menderita diabetes melitus kebanyakan berasal dari kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Malang, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Padang, Palembang, Medan, Makassar dan Manado.

Melansir dari indonesiabaik.id, prevalensi kasus diabetes pada anak yang meningkat hingga 70 kali lipat per Januari 2023 ini setara dengan 2 kasus tiap 100.000 anak. Mayoritas temuan ini adalah pasien diabetes tipe 1. Sedangkan diabetes tipe 2 sebanyak 5-10% dari total kasus yang ditemukan.

Apa itu Diabetes Anak? 

“Diabetes melitus (DM) atau penyakit kencing manis adalah gangguan metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal yang berlangsung secara kronis. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.” (indonesiabaik.id)

Kalau masih ingat pelajaran biologi ketika SMA dulu, disebutkan bahwa tubuh membutuhkan hormon insulin untuk membantu sel-sel, jaringan maupun organ tubuh menggunakan glukosa alias gula darah sebagai sumber energi. Inget kan, sumber energi yang dibutuhkan tubuh asalnya dari makanan yang diolah menjadi glukosa.

Hormon insulin inilah yang berfungsi mengatur segala hal terkait gula darah. Seperti mengubahnya menjadi glikogen, mengubahnya kelebihannya jadi lemak, termasuk ‘memerintah’ organ tubuh seperti hati untuk menyerap atau memakai glukosa.

Sebegitu pentingnya insulin yang dihasilkan oleh pankreas ini. Sekarang, bayangkan kalau tubuh kekurangan insulin… Otomatis glukosa menumpuk dong. Terjadilah peningkatan gula dalam darah. Inilah yang disebut diabetes.

Jadi, simpelnya diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit yang timbul karena banyaknya kandungan gula dalam darah akibat kekurangan insulin (yang berfungsi mengatur metabolisme gula darah itu sendiri).

Thus, diabetes anak-anak adalah penyakit diabetes yang terjadi pada anak-anak, mulai dari usia 0 sampai 18 tahun. Dalam kasus yang dibicarakan oleh IDAI, dari total pasien diabetes anak ternyata sebanyak 19% berusia 0-4 tahun; 32,05% berusia 5-9 tahun; 46,23% berusia 10-14 tahun; dan 3% berusia >14 tahun.

Apa Penyebabnya?

Bisa jadi karena faktor autoimun atau resistensi insulin. Di sinilah letak perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2.

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes anak yang banyak terjadi saat ini mayoritas adalah diabetes tipe 1, walaupun bisa juga terjadi pada bayi, balita dan orang dewasa.

Melansir dari Alodokter, diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun yang membuat sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan pankreasnya sendiri, sehingga pankreas terganggu fungsinya. Akibatnya hormon insulin yang dihasilkan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Karena insulin yang dihasilkan sedikit (atau bahkan tidak ada) maka kadar gula darah meningkat dan lama-lama merusak jaringan atau organ tubuh. Meski sampai saat ini penyebab diabetes tipe 1 ini belum bisa dipastikan, tetapi anak-anak bisa menjadi rentan jika memiliki faktor risiko seperti:

  • Genetik atau keturunan (ada anggota keluarga yang memiliki riwayat diabetes tipe 1)
  • Riwayat infeksi virus
  • Pola makan kurang sehat (seperti sering mengonsumsi makanan atau minuman manis, permen, es krim, jus buah kemasan atau buah kering)

b. Diabetes Tipe 2

Dari laman Alodokter disebutkan bahwa diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel tubuh anak kesulitan menggunakan insulin atau memanfaatkan gula darah sebagai energi. Bisa juga terjadi karena produksi insulin berkurang. Kondisi ini juga menyebabkan gula darah meningkat.

“Simpelnya, resistensi insulin membuat tubuh kesulitan memakai insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi meski kadarnya dalam tubuh normal.” (halodoc.com)

Diabetes tipe 2 rentan terjadi pada anak usia 10 tahun ke atas atau pada usia remaja. Faktor lain meningkatkan risikonya antara lain:

  • Memiliki orang tua atau saudara yang punya riwayat diabetes
  • Berat badan berlebih atau obesitas pada anak
  • Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak*
  • Kurang aktif bergerak dan jarang olahraga**

*Seperti yang kita tahu, anak-anak atau remaja memang suka jajanan manis. Apalagi sekarang jajanan begini bertebaran dimana-mana, mulai dari cake, permen, es krim, kue, minuman boba-boba dan soda.

**Terutama ketika pandemi kemarin, banyak yang benar-benar ‘stay di rumah aja’ sampai akhirnya mager juga buat olahraga. Malas gerak.

Bagaimana Ciri-cirinya?

Gejala diabetes tipe 1 dan 2 secara umum sulit dibedakan. Sangat mirip. Ada pula kasus yang bahkan pasien tidak mengeluh apa-apa, padahal menderita diabetes tipe 1 atau 2. Gejala paling umum yang terjadi pada anak penderita diabetes antara lain kelelahan, lekas marah, sakit perut, nafas berat, mual muntah, serta infeksi jamur pada anak perempuan (docdoc.com).

Tetapi, ada beberapa gejala yang juga patut diwaspadai sebagai tanda diabetes pada anak.

  • Sering haus dan buang air kecil - Kadar gula darah berlebih biasanya dibuang lewat urine, sehingga anak lebih sering buang air kecil. Karena sering buang air kecil, anak jadi sering merasa haus atau minum lebih banyak dari biasanya.
  • Nafsu makan bertambah - Karena gangguan fungsi insulin, anak kesulitan menghasilkan energi. Akibatnya anak jadi mudah merasa lapar dan makan lebih banyak supaya memperoleh energi.
  • Penurunan berat badan - Meski nafsu makan bertambah, anak yang menderita diabetes justru mengalami penurunan berat badan karena tidak ada pasokan energi ke jaringan otot. Tidak ada gula darah yang diubah menjadi gula otot atau lemak. Waspadai penurunan berat badan anak tanpa sebab yang jelas!
  • Mudah lelah - Hal ini karena tidak ada pasokan energi dalam tubuh.
  • Masalah penglihatan - Kadar gula darah tinggi bisa menyebabkan pembengkakan saraf mata, akibatnya anak mengalami gangguan penglihatan atau pandangannya terasa buram.
  • Muncul luka atau infeksi yang sulit sembuh - Sama seperti orang dewasa, munculnya luka atau cedera yang sulit sembuh bisa jadi karena tingginya kadar gula dalam darah. Selain penyembuhan yang lama, luka ini juga rentan terserang infeksi.
  • Warna kulit gelap - Resistensi insulin bisa membuat kulit jadi lebih gelap terutama di area ketiak dan leher.

Yuk, Cegah Diabetes Anak!

Yeorobun, dengan berat hati kita harus sepakat dan memahami bahwa diabetes tipe 1 tidak bisa dicegah. Yah, karena ini asalnya dari autoimun, seperti yang kita bahas di atas. Ada kelainan dari dalam diri anak sendiri, makanya kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah diabetes.

Tapi, kabar gembiranya kita masih sangat bisa mencegah diabetes tipe 2 menyerang anak-anak kita. Sebab, meski sebagian besar diabetes tipe 2 berasal dari sifat genetik, tetapi masih bisa dicegah dengan disiplin menerapkan gaya hidup sehat.

a. Pola Makan Sehat

Menurut Halodoc, diet yang paling sehat adalah diet tinggi makanan nabati, rendah garam dan lemak jenuh. Ajarkan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji, bawakan bekal makanan sehat, perbanyak buah dan sayur, serta memilih olahan makanan non gorengan (dikukus atau direbus misalnya).

b. Olahraga dan Aktivitas Fisik

FYI, anak-anak dan remaja harus aktif setidaknya 60 menit per hari dalam seminggu. Ajak anak untuk aktif bergerak dengan cara bermain di luar, bersepeda, jalan kaki atau jogging. Melibatkan anak dalam tugas domestik juga bisa dijadikan alternatif, seperti menyapu dan membereskan mainan.

Oiya, batasi waktu anak berinteraksi dengan gadget, televisi atau perangkat elektronik lainnya, maksimal 2 jam per hari (total seharian yaa). Dan, jangan lupa untuk jadi contoh yang baik bagi anak. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan, semakin banyak pula kalori tubuh yang dibakar.

c. Cek Kesehatan Rutin

Ternyata bukan cuma anak-anak yang perlu medical check up. Tidak ada ruginya lo memeriksakan anak secara rutin. Selain bisa memantau tumbuh kembangnya, kita juga bisa mengontrol dan mengantisipasi adanya penyakit-penyakit tertentu. 

Kalau semakin dini diketahui, bukankah semakin mudah ditangani dan disembuhkan? Konsultasikan dengan dokter terkait diabetes pada anak, maupun kondisi kesehatan lainnya.

d. Diet Sesuai Arahan Dokter

Kalau merasa si kecil kelebihan berat badan dan mengarah pada obesitas, hindari diet sendiri tanpa arahan dokter atau ahli gizi. Obesitas memang rentan membuat anak terkena diabetes tipe 2, tapi anak tetap butuh nutrisi dan kalori untuk tumbuh kembangnya. Karena itu penting untuk mengikuti arahan dokter maupun ahli gizi, agar anak mendapatkan asupan yang sesuai kebutuhannya.

“Anak atau remaja yang terkena diabetes tipe 2 membutuhkan saran ahli tentang diet dan olahraga. Tujuannya untuk membantu anak dan keluarga belajar makanan yang sehat dan memulai program olahraga. Dalam berbagai kasus, ada baiknya seluruh keluarga mengubah kebiasaannya.” (halodoc.com)

Sebagai tambahan, diabetes tipe 2 cenderung memburuk dari waktu ke waktu. Tidak menutup kemungkinan, pengidap diabetes tipe 2 akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga agar kadar gula darah tetap terkendali, seperti insulin dan obat diabetes lainnya.

Penutup

Indeed, diabetes pada anak memang mustahil dihindari, yeorobun. Sebab penyakit ini biasanya merupakan bawaan atau bersifat genetik. Para ahli juga meyakini bahwa diabetes pada anak maupun remaja bisa dipicu oleh faktor tertentu seperti virus, pola makan anak dan rendahnya vitamin D.

Tetapi… Kalau diabetes ini dibiarkan, maka bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan bagi anak atau remaja. Seperti masalah atau penyakit jantung, kerusakan ginjal (nefropati) dan kerusakan saraf.

Upaya pencegahan dan deteksi dini—terutama bila ada riwayat diabetes dalam keluarga—menjadi penting agar tidak mengancam nyawa anak. Meski tidak bisa dihindari, diabetes pada anak (khusus tipe 2) bisa dicegah dengan disiplin menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.

Referensi

  1. Cegah Diabetes Anak - https://indonesiabaik.id/infografis/cegah-diabetes-pada-anak
  2. Kasus diabetes anak meningkat ‘sangat mengkhawatirkan’, imbas makanan-minuman manis ‘mudah dijangkau’ - ‘regulasi belum cukup melindungi’, kata peneliti - https://www.bbc.com/indonesia/articles/clj6rene4y7o
  3. Diabetes pada Anak: Penyebab, Risiko dan Gejala - https://www.alodokter.com/diabetes-pada-anak-penyebab-risiko-dan-gejala
  4. Ini 4 Cara Ampuh Mencegah Diabetes Tipe 2 pada Anak - https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-cara-ampuh-mencegah-diabetes-tipe-2-pada-anak
  5. Diabetes pada Anak dan Cara Mencegahnya - https://health.kompas.com/read/2021/11/14/060100368/penyebab-diabetes-pada-anak-dan-cara-mencegahnya
  6. Apa itu Diabetes Anak-anak: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan yang Tersedia - https://www.docdoc.com/id/info/condition/diabetes-pada-anak-remaja

Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger, content writer and full time mother who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

2 comments

  1. Ternyata diabetes bisa terjadi pada anak

    ReplyDelete
  2. Mengerikan juga membaca fakta bahwa anak bisa terkena diabetes, harus ekstra hati-hati banget, ya, apalagi yang mempunyai riwayat diabetes dari orang tuanya, bisa jadi genetika ya

    ReplyDelete

Post a Comment