Yeorobun, kalau ngobrol tentang transportasi di Indonesia dari masa ke masa, aku paling tertarik dengan sejarah penerbangan di Indonesia. Dari dulu aku selalu tertarik dengan pesawat. Bahkan pas masih sekolah aku pernah punya cita-cita jadi pilot pesawat komersial, karena mimpi banget bisa naik Boeing B747. Sebelum kenal Airbus A380, di mataku B747 adalah pesawat tergagah.
Sayang, kepentok fisik. Untuk manusia berukuran mini dengan tinggi badan yang cuma-tiga-perempatnya Rowoon gini, mana bisa aku jadi pilot. Jadi ya udahlah ya, ikhlasin aja. Alhamdulillah sekarang jadi professional passenger, walaupun bukan professional driver. Hehe.
Industri penerbangan alias pesawat terbang termasuk industri yang penting, karena di jaman modern seperti sekarang pesawat sudah menjadi moda transportasi utama. Bukan hanya menghubungkan antar negara, antar pulau di Nusantara saja sekarang lebih mudah ditempuh pakai pesawat.
Coba kalau nggak ada pesawat di Indonesia, gimana kita mau jalan-jalan ke Malaysia atau negara lainnya? Naik kapal bisa sih, tapi lama dong.
Pesawat tidak hanya memindahkan manusia, tapi juga digunakan untuk memuat barang atau produk. Inilah kenapa pesawat menjadi salah satu alat transportasi yang penting sekali bagi manusia.
Perkembangan dunia penerbangan tidak lepas dari sejarah pembangunan pangkalan udara di Nusantara. Pangkalan udara bukan sekedar gaya-gayaan Indonesia punya bandara, ya, yeorobun. Dulu, di era penjajahan pangkalan udara atau lapangan terbang ini menjadi salah satu ‘benteng’ terdepan pertahanan militer. Inilah kenapa keberadaan pangkalan udara ini penting sekali bagi keberadaan suatu negara.
Nah, penasaran nggak sih dengan riwayat kehidupan dunia penerbangan dan per-pesawat-an Tanah Air? Yuk, kita belajar sejarah sejenak!
Penerbangan Pertama: Pesawat Militer
Sejarah dunia penerbangan di Nusantara sudah dimulai sejak seabad silam, yeorobun, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pada periode awal ini yang dilakukan bukan penerbangan sipil atau komersial, melainkan penerbangan militer. Of course, karena saat itu memang masih ada di bawah kekuasaan Belanda.
Menurut berbagai sumber, penerbangan pertama di Indonesia terjadi pada tanggal 19 Februari 1913. Saat itu, Hilgers (penerbang asal Belanda) melakukan penerbangan militer menggunakan pesawat uji coba yang didatangkan secara langsung dari Belanda. Pesawat ini diangkut dengan kapal laut, lalu diantar ke Indonesia.
Penerbangan pertama ini tidak langsung mulus, yeorobun. Sayang sekali pesawat yang dikemudikan Hilgers ini jatuh di Kampung Baliwerti.
Setahun kemudian, tepatnya tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda membentuk Proef Vlieg Afdeling (PVA). Badan ini bertanggung jawab atas percobaan penerbangan yang dipimpin oleh H. Ter Poorten. Percobaan penerbangan terus dilakukan sekaligus pengenmbangan teknologi dan pelatihan penerbang.
Setelah banyak uji coba, pada tahun 1924 akhirnya berhasil dilakukan penerbangan dari Amsterdam ke Indonesia menggunakan pesawat jenis Fokker. Penerbangan yang memakan waktu 55 hari ini transit di 20 kota sampai akhirnya berhasil mendarat dengan mulus di lapangan terbang Cililitan, Batavia (Jakarta). Lapangan terbangan Cililitan ini adalah cikal bakal Bandara Halim Perdana Kusuma yang ada sekarang.
“Selama awal 1900-an ini pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun cukup banyak lapangan terbang yang sekaligus menjadi pangkalan militer, seperti di Cililitan (Jakarta), Kalijati (Subang) dan Sukamiskin (Bandung).” (kompas.com)
Penerbangan Komersial Pertama: Maskapai Belanda KNILM
Sukses dengan penerbangan militer, Hindia Belanda mencoba membuka penerbangan komersial. Pada tahun 1928 mereka mendirikan maskapai Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij. Susah ya namanya? Oke, kita sebut saja KNILM.
Nah, KNILM ini ternyata merupakan hasil kerjasama sejumlah perusahaan dagang, termasuk perusahaan penerbangan Kerajaan Belanda, Koninklijk Luchvaart Maatschappij alias KLM*.
*Kalau KLM sudah tidak asing kan? Masih ada kok sampai sekarang, jadi maskapai penerbangan nasionalnya Belanda dan termasuk aliansi SkyTeam. Konon, KLM ini adalah maskapai tertua di dunia dan masih mempertahankan nama aslinya, tidak pernah berubah.
KNILM bisa dibilang merupakan tonggak awal penerbangan di Indonesia. Mereka mulai mengenalkan sistem penerbangan berjadwal pertama di Hindia Belanda, saat itu. Masih menggunakan pesawat jenis Fokker, seperti Fokker F.VIIb, Fokker F.XII. Pesawat-pesawat ini bisa mengangkut 2-5 orang penumpang.
Penerbangan komersial ini membuka rute Batavia-Bandung satu kali dalam seminggu, serta Batavia-Surabaya satu hari sekali dengan transit di Semarang. Ada pula rute Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan yang dibuka setiap satu kali seminggu. Bahkan ada lo rute Batavia hingga Singapura dan Australia.
Well, karena sudah melayani penerbangan internasional, Hindia Belanda akhirnya meresmikan bandara internasional pertama yaitu Banda Kemayoran Batavia** yang mulai beroperasi tahun 1940. Bandara Kemayoran ini masih ada sampai sekarang, walaupun memang sudah berhenti beroperasi sejak 1985 karena berbagai alasan. Penerbangan internasional kemudian dialihkan ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng hingga kini.
**Alasan penutupan Bandara Kemayoran tahun 1985 adalah masalah keselamatan penerbangan di bandara ini sendiri, sebab;
- Bandara Kemayoran termasuk dalam daerah pendaratan lapangan terbang Soekarno Hatta, Cengkareng
- Jarak landasan udara di Bandara Kemayoran yang menyilang antara Bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdana Kusuma
Pada perkembangannya, KNILM juga menggunakan pesawat jenis DC alias Dakota, seperti Douglas DC-3, Douglas DC-5 dan Sikorsky S-43. Tentu saja kapasitasnya lebih besar daripada Fokker. Apalagi mereka sudah melayani sejumlah penerbangan internasional kala itu.
Lahirnya Garuda Indonesia
“Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 menjadi babak baru bagi bangsa Indonesia dan seluruh aspek kehidupannya, termasuk aspek penerbangan.” (kompas.com)
Berdasarkan catatan sejarah, penerbangan sipil pertama setelah Indonesia merdeka diinisiasi oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Pada tanggal 26 Januari 1949, AURI menyewakan pesawat Indonesian Airways kepada pemerintah Burma.
Kemudian, setelah adanya kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB), penyewaan pesawat ini harus berakhir. Seluruh awak dan pesawat Indonesian Airways—beserta fungsinya—kembali ke Tanah Air pada tahun 1950. Semua pesawat ini dikembalikan kepada AURI dalam formasi Dinas Angkutan Udara Militer.
Kenapa penyewaan ini harus berakhir?
Inget nggak, salah satu isi Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah Belanda mengakui RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Dengan ini, pemerintah Belanda wajib menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda di masa lalu kepada pemerintah RIS. Dan, Belanda pun sepakat alias setuju.
Nah, salah satu kekayaan yang harus diserahkan ke Indonesia saat itu adalah KLM-IIB atau Koninklijke Luchtvaart Maatschappij-Inter Insulair Bedrijf. KLM-IIB tak lain adalah KNILM—yang tadi kita bahas di atas—yang berubah nama sejak tahun 1948.
Pada tanggal 21 Desember 1949 pemerintah Indonesia pun berunding dengan pihak maskapai KLM, yang mana salah satu tujuannya adalah membahas pendirian maskapai nasional bagi Indonesia. Saat itulah Presiden Soekarno mengusulkan nama maskapai Indonesia sebagai Garuda Indonesian Airways (GIA). Inilah lahirnya Garuda Indonesia yang kita kenal sekarang, maskapai kebanggaan Indonesia dengan segala pesona dan kontroversinya.
FYI, demi mempersiapkan kemampuan staf udara Indonesia, KLM bersedia menempatkan stafnya (untuk sementara) untuk tetap bertugas sekaligus melatih para staf Indonesia. Pada masa peralihan ini Direktur Utama GIA pun orang Belanda, bernama Dr. E. Konijnenberg. Jadi begitulah, Dirut dan armada pertama GIA sebetulnya merupakan peninggalan Belanda.
GIA melakukan penerbangan pertamanya pada tanggal 28 Desember 1949, tepat sehari setelah perjanjian KMB dimana Belanda menyepakati berdirinya RIS. Saat itu, dua pesawat Dakota (Douglas DC-3) diterbangkan dari Bandara Kemayoran menuju Yogyakarta untuk menjemput kembali Presiden Soekarno ke Jakarta. Peristiwa ini sekaligus menandai perpindahan Ibu Kota RI kembali ke Jakarta.
Sejak saat itu GIA terus berkembang dan hingga kini dikenal sebagai Garuda Indonesia. Pada tahun 1950 Garuda Indonesia resmi menjadi perusahaan negara Indonesia, dengan mengoperasikan 38 armada yang terdiri dari 22 pesawat Dakota (DC-3), 8 pesawat Catalina dan 8 pesawat Convair-240.
Seiring waktu, jumlah armada Garuda Indonesia terus bertambah. Hingga akhirnya berhasil melakukan penerbangan pertama kali ke Mekkah untuk membawa jemaah haji pada tahun 1956. Tahun 1965 Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertama kali ke Eropa dengan tujuan akhir Amsterdam.
Penutup
Yeorobun, sejarah panjang penerbangan di Indonesia ternyata sudah dimulai sejak 100 tahun lalu, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Harus diakui memang perkembangan dunia penerabangan dan pesawat Indonesia tidak lepas dari campur tangan Hindia Belanda sejak jaman penjajahan dulu.
Garuda Indonesia yang ada saat ini—sebagai satu-satunya kebanggan Indonesia—tidak lain adalah peninggalan KLM (dulu KNILM) ketika Nusantara masih diduduki Hindia Belanda. Maskapai milik negara ini telah melalui perjalanan panjang sekali, sekaligus menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia dari masa kolonialisme, lalu era kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, hingga akhirnya bertahan di dunia modern seperti sekarang.
Selain itu, Indonesia dulu pernah punya pangkalan udara kebanggaan sebelum Bandara Soekarno-Hatta. Bandara Kemayoran juga menjadi peninggalan sejarah yang berharga, setelah 45 tahun beroperasi.
Anyway, kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa N250 Gatotkaca tidak disebutkan dalam sejarah. Yeorobun, N250 Gatotkaca adalah pembahasan yang berbeda, special case, dalam sejarah industri penerbangan di Indonesia.
Jujur, ada perasaan sedih dan kecewa setiap kali aku mengingat si Gatotkaca ini. Pesawat pertama yang murni hasil karya anak bangsa, namun kini justru dimuseumkan. Akhh, nyesek sekaligus bangga kalau baca N250 Gatotkaca. Kapan-kapan kita cerita sejarahnya ya, insyaAllah…
So, begitulah cerita transportasi di Indonesia dari masa ke masa, khususnya sejarah penerbangan di Indonesia. Sekarang kamu sudah tahu kan bagaimana panjangnya perjalanan Garuda Indonesia bisa menjadi seperti sekarang? Bagaimana pendapatmu? Ceritakan di kolom komentar ya!
Referensi
- Perjalanan Industri Penerbangan di Indonesia - https://student-activity.binus.ac.id/himtri/2022/08/11/perjalanan-industri-penerbangan-di-indonesia/#
- Sejarah Penerbangan Indonesia, Dari Maskapai Belanda Hingga Garuda Indonesia - https://regional.kompas.com/read/2022/01/12/120808478/sejarah-penerbangan-indonesia-dari-maskapai-belanda-hingga-garuda-indonesia?page=all
- Perjalanan Sejarah Garuda Indonesia - https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/25/130000565/perjalanan-sejarah-garuda-indonesia-?page=all#page2
- Hari Ini dalam Sejarah: 31 Maret 1985 Bandara Kemayoran Resmi Ditutup - https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/31/110000065/hari-ini-dalam-sejarah-31-maret-1985-bandara-kemayoran-resmi-ditutup?page=all
Post a Comment
Post a Comment