admasyitoh.com

Nonton Harry Potter Dulu vs. Sekarang dan Buku-buku Pelengkap Novelnya

23 comments

nonton harry potter

Yeorobun, beberapa waktu lalu aku sempat curhat tentang nostalgia nonton film Harry Potter, seri pertama Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Awalnya cuma berniat ‘melepas kangen’. Di luar rencana, akhirnya malah keterusan. Hari-hari berikutnya, aku malah lanjut nonton seri kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Kita review sejenak, in case ada yang lupa atau bahkan mungkin belum pernah baca novelnya (serius loe belum pernah baca?). Harry Potter series ini terdiri dari tujuh novel. Delapan, kalau filmnya—karena seri ketujuh (terakhir) dibuat jadi dua film.

Semua novel ini ditulis oleh J.K. Rowling (Joanne Kathleen Rowling), originally diterbitkan oleh Bloomsbury Publishing (Britania Raya)—kalau di Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama dan Scholastic Press di Amerika Serikat.

Wikipedia menyebut, sekuel Harry Potter telah terjual 450 juta copy di seluruh dunia (and still counting sepertinya), menjadikan J.K. Rowling sebagai penulis paling kaya raya sedunia dalam sejarah kesusastraan. Semua seri novelnya lalu diangkat ke layar lebar oleh Warner Bros. dalam delapan film dan menjadi salah satu film seri paling sukses sepanjang masa.

urutan nonton harry potter

Sefenomenal dan se-legend itu memang. Aku sudah pernah nonton seri fiksi-fantasi sejenis, yeorobun. Seperti Lord of The Rings, The Chronicles of Narnia, Pirates of Caribbean, Divergent Series, sampai Resident Evil Series (ini masuk fantasy nggak sih?). Semua judul ini sudah aku tonton lengkap full series, ya. Tapi bagiku cuma Harry Potter yang paling membekas begitu dalam. Yang bikin kangen nonton lagi, baca novelnya lagi, ngepoin printilan-printilannya lagi.

Walaupun sudah digempur habis-habisan oleh Hallyu Wave yang begitu dahsyat, nyatanya aku kembali juga ke dunia sihir Harry Potter ini. Harry Potter adalah masa remaja, penuh kenangan indah, seperti rumah tempat aku pulang.

“Kamu boleh oleng kemana-mana, bahkan ke oppa-oppa. Tapi, sekali menjadi Potterheads, selamanya adalah Potterheads.” — Unknown

Di tulisan ini, aku ingin menyambung tulisanku sebelumnya, tentang perbedaan nonton Harry Potter dulu dengan sekarang, buku-buku yang melengkapi novelnya dan kenapa aku begitu menyukai kisah legend satu ini. Let’s go…

Nonton Harry Potter Dulu vs. Sekarang

Apa sih bedanya nonton Harry Potter dulu dengan sekarang?

Yang jelas, perbedaan paling utama adalah media atau platform nontonnya. Dulu, nonton film ini harus ke bioskop. Kalau ketinggalan atau tidak sempat, ya harus beli atau nyewa CD-nya di tempat rental. Bener nggak? Sayangnya aku lupa, dulu berapa ya harga sewa CD-nya… Karena kalau beli CD yang asli mahal, yeorobun. Bisa menghabiskan jatah uang jajan selama berhari-hari, hehe.

Dulu juga suka nontonnya bareng-bareng teman se-geng. Biasanya kami berkumpul di rumah salah satu teman, bawa bekal jajan atau cemilan masing-masing untuk dimakan bersama, lalu nonton sepuasnya. Kalau libur sekolah, bisa maraton nonton seharian.

Sekarang?

Nontonnya jadi lebih sepi, karena sendirian atau bareng suami dan anak. Itu pun anak belum ngerti diajak ngobrolin cerita di filmnya, haha. Nontonnya di rumah pakai laptop atau HP. Jadi sudah nggak perlu lagi antri rental CD.

Cukup instal aplikasi nonton online resmi, seperti HBO Go. Biaya langganannya sekitar 60 ribu perbulan. Tapi kalau pakai Telkomsel (aduh, maaf sebut merek) bisa lebih murah, karena paket langganannya bisa pilih sendiri. Mau harian, mingguan, atau bulanan. Enaknya lagi, kalau langganan via My Telkomsel bisa pilih paket 7 ribu per hari. Yah, cukup lah untuk maraton ketika weekend.

Nah, belum lama ini Netflix mengumumkan kalau Harry Potter juga bisa ditonton ketika akhir pekan. Spesial akhir pekan. Sayangnya ini cuma berlaku di Netflix England, tidak di Netflix Indonesia atau negara lain. Yaa… Masak iya, mau nonton aja kudu pindah dulu ke Inggris atau Irlandia? Kan enggak. Jadi disyukuri saja, pakai yang ada.

Kabar gembiranya, spesial akhir tahun biasanya HBO Go selalu ada program maraton Harry Potter gratis kok. Khusus edisi akhir tahun! Bebas maraton seharian tanpa bayar!

Selain di HBO Go dan Netflix England, setahuku ada Catchplay+ juga. Cuma aku belum pernah coba platform yang satu ini. Jadi belum bisa sharing informasi lebih banyak tentang biaya berlangganan dan lain sebagainya. Kalau ada yang tahu, boleh sharing di komentar yaa…

Selama ini (khusus Harry Potter) aku masih setia pakai HBO Go dan video yang aku simpan di laptop—hasil download di situs haram. Astaghfirullah, jangan ditiru ya, huhu.

Tapi ada alasan khusus kenapa aku masih suka nonton yang ada di laptop. Karena yang aku download itu kebetulan versi Bluray, yeorobun. Jadi, memang ada sedikit perbedaan antara film versi Bluray dengan versi bioskop. Ada beberapa scene—di beberapa seri—yang tidak ada di versi bioskopnya. Dan ini ada di versi Bluray. Jadi rasanya lebih lengkap dan puas gitu nontonnya.

/…tapi beneran yang cara terakhir ini jangan ditiru yaa…/

Satu-satunya persamaan nonton Harry Potter dulu dengan sekarang adalah sensasinya. Masih sama-sama antusias, gampang hanyut dan gampang nangis tiap ada scene yang mengobok-obok perasaan.

Personally, dari tujuh seri Harry Potter, favoritku adalah seri ketiga, Harry Potter dan Tawanan Azkaban. Kenapa? Sebab, seri ini menurutku adalah seri terakhir yang menggambarkan sisi anak-anak Harry, Ron dan Hermione. Selain itu, hanya di seri ini saja yang tidak berhubungan langsung dengan Lord Voldemort. Yang diceritakan adalah hubungan Harry dengan Sirius, makanya tidak ada kaitan langsung dengan Voldemort.

Setelah seri ketiga—mulai seri keempat dan seterusnya—pembahasan dan alur ceritanya mulai serius, yeorobun. Masih ingat kan, di Goblet of Fire justru Voldemort akhirnya berhasil ‘kembali’ mendapatkan tubuhnya. Dari sinilah cerita Harry Potter mulai rumit. Tokoh antagonis yang menjadi musuh bebuyutan Harry akhirnya kembali berusaha merebut kekuasaan di dunia sihir.

Mulai di seri keempat juga Harry dan anak-anak lain beranjak remaja. Mereka mendapat ujian persahabatan, mulai muncul sisi nakalnya, mulai kenal cinta monyet, mulai pacar-pacaran, yang bagiku sudah tidak bisa lagi dikatakan layak dikonsumsi oleh anak-anak. Setuju nggak? Harry Potter was not a cute boy anymore.

Tapi, yang paling bikin aku nyesek, sejak di Harry Potter keempat inilah mulai ada tokoh atau karakter yang meninggal dunia. Dimulai dari Cedric Diggory. 

Seri-seri berikutnya selalu ada karakter yang meninggal karena terbunuh. Mulai dari Sirius Black, Albus Dumbledore, Mad-Eye Moody, Hedwig, Dobby, Remus Lupin, Nymphadora Tonks, Fred Weasley sampai Severus Snape. Kematian-kematian tokoh yang sangat tragis dan menyayat-nyahat di hati. 

/…dahlah, pokoknya kalau ada yang terbunuh gini mesti bikin dada sesek, engap, banjir tangisan, nggak suka aku tuh, huhuhu…/

Buku-buku Pelengkap Novel Harry Potter

Sebetulnya ini sudah sempat aku singgung di postinganku sebelumnya tentang rewatch Harry Potter. Selain novel, J.K. Rowling juga menulis beberapa buku pendamping untuk melengkapi kisah-kisah Harry Potter. 

Meski fiksi, tapi buku-buku ini bukan novel. Lebih ke guidebook atau semacam text book yang melengkapi atau menyempurnakan cerita fiksi Harry Potter itu sendiri. Jadi seolah-olah dunia sihir itu memang ada dan Harry Potter ini benar-benar hidup di dalamnya.

Singkatnya, buku-buku pelengkap novel Harry Potter (yang aku tulis di sini) adalah buku fiksi yang memang ada di dalam dunia Harry Potter, sekaligus buku nyata yang memang ditulis oleh J.K. Rowling.

Fyi, semua buku 'bukan-novel' ini didedikasikan oleh penulis untuk sosial kemanusiaan lo. Sekitar 20 persen dari harga jual buku disumbangkan untuk anak-anak tidak mampu di seluruh dunia, melalui organisasi sosial Comic Relief.

1) Fantastic Beasts and Where to Find Them

fantastic beasts and where to find them

Ini yang paling terkenal karena sampai ada filmnya walaupun buku ini bukan cerita novel, melainkan guidebook. Buku Hewan-hewan Fantastis dan Dimana Mereka Bisa Ditemukan ini membahas makhluk-makhluk dalam dunia sihir yang fantastis, mistis, bagaimana karakter dan wujud mereka, dimana mereka bisa ditemukan dan bagaimana cara menjaga (menaklukkan) mereka.

Di dunia nyata, J.K. Rowling menulis buku ini sebagai salah satu pelengkap novel Harry Potter. Dalam salah satu wawancara dengan penerbit Scholastic (penerbit resmi Harry Potter di Amerika), Rowling menyebutkan bahwa ia memilih topik ini karena menyenangkan dan ia sudah ‘menyiapkan’ banyak sekali informasi (atau sebut saja imajinasi) tentang hewan-hewan magis.

Buku ini pula yang menginspirasi dibuatnya film dengan judul yang sama, sebagai prekuel film seri Harry Potter. Next, insyaAllah aku akan bahas khusus tentang seri Fantastic Beasts ini—yang sampai sekarang pun sudah ada tiga film.

Di dunia fiksi, buku ini ditulis oleh Newton Artemis Fido Scamander atau yang biasa dipanggil Newt Scamander. Pada bagian Tentang Penulis, Newt menulis bahwa dirinya tertarik menjadi ahli magisoologi karena mempunyai ketertarikan yang luar biasa pada hewan-hewan magis sihir. Ibunya adalah seorang pembiak hippogrif, membuatnya semakin tertarik dan antusias terhadap hewan-hewan fantastis ini.

Ketika sekolah di Hogwarts, Newt masuk di asrama Hufflepuff. Setelah keluar dari Hogwarts, Newt bekerja di Departemen Regulasi dan Kontrol Makhluk Gaib Kementerian Sihir. Ia juga melakukan perjalanan ke berbagai dunia dan bertemu banyak hewan magis. Dari sanalah ia menulis buku berjudul Fantastic Beast and Where to Find Them.

Setelah pensiun, ia tinggal di Dorset bersama istrinya, Propentina Goldstein (kalau di film Tina Goldstein), dan hewan-hewan peliharaan mereka: Kneazles, Hoppy, Milly dan Mauler. Cucunya, Rolf Scamander, menikahi Luna Lovegood beberapa tahun setelah peristiwa Harry Potter dan Relikui Kematian (maksdunya setelah Perang Hogwarts antara kubu Vordemort dengan kubu Harry).

Ketika Dumbledore menjadi kepala sekolah Hogwarts, buku ini lalu dijadikan sebagai textbook wajib untuk mata pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib. Inilah kenapa pada buku versi real life (di dunia nyata) di bagian sampul depannya—pojok kanan bawah—tertulis ‘Property of Harry Potter’.

2) Quidditch Through the Ages

quidditch through the ages

Nah, buku ini juga tidak kalah terkenal, yeorobun. Ada yang sudah baca? Quidditch dari Masa ke Masa adalah buku teks yang berisi tentang sejarah Quidditch. Sebatas yang aku ingat, di buku ini diceritakan bagaimana awalnya permainan berbasis sapu terbang ini berkembang sebagai olahraga sihir yang kemudian dimainkan di seluruh dunia (dunia sihir tentunya), hingga dibuat perlombaan, liga, bahkan Piala Dunia (di seri keempat Harry Potter, inget nggak?).

Di dunia nyata, buku ini memang ada dan ditulis oleh J.K. Rowling. Sama seperti buku Fantastic Beasts, sebagian pendapatan buku ini juga disumbangakan ke organisasi sosial Comic Relief.

Di dunia fiksi, Quidditch dari Masa ke Masa ini ditulis oleh Kennilworthy Whisp, seorang pakar Quidditch. Buku ini merupakan salah satu buku favorit Harry Potter. Menurut petugas perpustakaan Hogwarts, Madam Pince, copy buku yang ada di perpustakaan sekolah ‘telah tercakar, terkena tetesan, dan dianiaya nyaris setiap hari’—yang disebut sebagai penghargaan tertinggi untuk buku manapun oleh Dumbledore.

Harry Potter sangat menikmati ketika membaca buku ini. Di dalam novel pertama Harry Potter, Snape pernah memergoki Harry memegang buku ‘milik perpustakaan sekolah’ ini di luar Hogwarts. Snape lalu membuat aturan baru bahwa buku-buku perpustakaan tidak diizinkan dibawa keluar sekolah.

Buku ini juga mendapat banyak pujian alias testimoni (itu lo, yang biasanya ditulis di sampul belakang buku) dari berbagai tokoh sihir, seperti:

  • Bathilda Bagshot - penulis buku Sejarah Sihir, ada di Harry Potter ketujuh
  • Brutus Scrimgeour - penulis buku The Beater’s Bible sekaligus salah satu kepala sekolah Hogwarts, lukisannya pernah muncul di Harry Potter ketiga
  • Gilderoy Lockhart - guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam di Harry Potter kedua, yang akhirnya hilang ingatan karena mantranya sendiri
  • Ludovic Bagman - seorang beater dan tim Quidditch Wimbourne Wasps
  • Rita Skeeter - wartawan Daily Prophet yang super menyebalkan, pernah muncul di film Harry Potter keempat, animagus yang hobi ‘mencuri’ momen diam-diam untuk ditulis di Daily Prophet

3) The Tales of Beedle the Bard

the tales of the beedle the bard

Buku ini dirilis tidak lama setelah Harry Potter ketujuh diterbitkan. J.K. Rowling menuturkan bahwa buku ini dibuat sebagai tanda perpisahan dengan serial Harry Potter yang sudah ada, artinya tidak akan ada lagi kisah Harry Potter setelah seri The Deathly Hallows. 

Di dunia nyata, edisi tulisan tangan buku ini selesai pada akhir tahun 2007. Kisah-kisah Beedle Si Juru Cerita ini diterbitkan dalam dua edisi: terbatas (limited) dan umum (standard). Buku edisi terbatas memuat sepuluh ilustrasi dari J.K. Rowling yang tidak pernah ditampilkan di edisi umum, ditambah dengan komentar dan catatan kaki dari Dumbledore ketika masih menjadi kepala sekolah Hogwarts. 

Yang membedakan juga dengan edisi umum adalah setiap pembelian edisi terbatas ini akan mendapatkan hadiah berupa tanda tangan J.K. Rowling serta replika batu permata yang dibalut dengan pita hijau zamrud.

Dari segi isi, baik edisi terbatas maupun edisi umum tidak ada perbedaan. Sama-sama berisi lima kisah dongeng penyihir paling tersohor di dunia Harry Potter.

Di dunia fiksi, buku ini pernah disebutkan dalam seri ketujuh Harry Potter. Dumbledore mewariskan copy buku dongeng anak ini kepada Hermione Granger. Dari buku inilah akhirnya mereka bertiga mengenal Relikui Kematian ketika berjuang untuk menemukan dan menghancurkan horcrux.

Biasanya, buku ini diceritakan kepada anak-anak penyihir seperti Ron Weasley. Itulah mengapa Harry dan Hermione masih asing dengan buku ini, karena mereka dibesarkan di keluarga Muggle. Ada lima kisah yang diceritakan di dalamnya:

  1. Babbitty Rabbitty and Her Cackling Stump (Babbitty Rabbitty dan Tunggul Terbahak)
  2. The Fountain of Fair Fortune (Air Mancur Mujur Melimpah)
  3. The Tale of the Three Brothers (Kisah Tiga Bersaudara)
  4. The Warlock’s Hairy Heart (Penyihir Hati Berbulu)
  5. The Wizard and The Hopping Pot (Sang Penyihir dan Kuali Melompat)

Dari kelima dongeng di atas, Xenophilius Lovegood (di seri Harry Potter ketujuh) memaparkan bahwa Kisah Tiga Bersaudara terinspirasi dari urban rumor yang menyatakan kalau keluarga Peverell adalah pemilik tiga buah Relikui KematianTongkat Elder, Batu Bertuah dan Jubah Gaib.

/cerita lebih detail dari buku dongeng ini insyaAllah aku bahas di lain kesempatan, ya…/

****

So far, hingga hari ini kisah Harry Potter ini masih menjadi favoritku. Juara deh, belum ada lawan. Bahkan, sometimes aku lebih memilih nonton Harry Potter lagi deh ketimbang drama Korea. Novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban masih menjadi buku favorit, yang selalu bikin kangen untuk baca lagi.

Nonton maraton Harry Potter series masih menjadi tayangan favorit yang aku lakukan ketika libur panjang. Dan, berita-berita tentang mahakarya satu ini masih menarik untuk diperbincangkan bersama pasangan dan kawan-kawan. Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga penggemar cerita Harry Potter? Ceritakan di kolom komentar ya…

Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger, content writer and full time mother who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

23 comments

  1. dulu hype banget soal harry potter. aku jadi terinspirasi buat bikin video gameplay nya ah

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, aku belum pernah nyoba game nya kak.. aku suka Harry Potter tapi aku nggak hobi main game, jadi nggak nyobain hehe

      Delete
  2. Memang sekarang tuhh enak banget ya mau nonton nggak perlu nunggu keluar di bioskop.. film harry potter kalau ditonton di HBO masih bagus ya kualitasnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. insyaAllah masih bagus mbak, soalnya setahuku yang resmi nayangin Harry Potter cuma HBO ini... bahkan di Netflix aja nggak ada kan, kecuali Netflix England...

      Delete
  3. Harry Potter salah satu film keren yang pernah aku tonton. Dan seneng juga masih bisa nonton lagi di aplikasi film online sekarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak.. legend banget ini belum ada yang bisa ngalahin, padahal film2 sejenis yang temanya wizard world, atau fantasi-fiksi begini udah banyak lo ya

      Delete
  4. Serius mbak aku belum pernah baca novelnya hahaha. Fix aku mau baca nanti. Aku juga ga tau udah pernah nonton belum sih, wkwkwk. Fix ini mah harus nonton dan baca 😂🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbak Fida masa remajanya sungguh suci sekali mbak, wkwkwk... coba deh nonton, atau baca novelnya, tapi kudu urut ya biar bisa nyambung sama jalan ceritanya secara keseluruhan hehe

      Delete
  5. Harry Potter sukaak bahkan pengen banget ke London ke tmp Harry potter gitu...sukanya nonton kalau buku suka ga telaten baca (gusti yeni)

    ReplyDelete
    Replies
    1. apalagi baca novelnya yang mulai seri keempat, pegang bukunya aja berat wkwk... semoga someday kita bisa jalan2 ke London ya mbak, ke tempat syutingnya Harry Potter hehe

      Delete
  6. Saya pernah baca buku novelnya yang keempat Harry Potter and the Goblet of Fire seru banget bacanya ceritanya serasa hidup dan filmnya pun keren banget ya. Sampai hapal saya adegan2 di filmnya yg keempat ini saking seringnya diputer di televisi hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh keren banget, Potterheads sejati nih sampe hafal adegan2nya hehe.. pernah waktu itu diputer di tv seri yang lain juga,. sekarang kok nggak ada ya? huhuhu

      Delete
  7. bener-bener legend zaman aku sekolah dulu waktu awal-awal terbit. Dari majalah langganan, hampir tiap edisi yang dibahas Harry Potter. Dulu aku nggak nyangka bisa difilmkan dan bener bener seperti real
    Pengennya bisa dateng ke theme parknya di London

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, aku juga gitu... tiap ketemu apapun yang berkaitan sama Harry Potter mata auto berbinar2, dulu aku juga ngoleksi posternya wkwkwk.. sebetulnya di filmnya nggak sama persis kayak di novel sih ya, tapi dimaklumi, karena emang kadang imajinasi manusia itu susah divisualisasikan.. apalagi imajinasinya J.K Rowling ini luar biasa banget, aku sampe nggak relate, iya nggak sih? hehe

      Delete
  8. kalau saya sedikit kecewa saat melihat film yang terakhir, kecewanya ga terima karena Harry menjadi dewasa hehehe... kaya gimana gitu... harus ada lanjutannya lagi nih

    ReplyDelete
  9. Memang bener-bener legend. Tapi meskipun legend, aku belum pernah paham sama jalannya. Eh sumpah aku juga belum pernah baca novelnya. Mungkin kalau baca novelnya bisa jadi ngeehh sama alur di film ya. Karena aku pun kurang begitu suka fantasi, semisal sihir, sapu terbang dang lain lain eheheheh.
    Tapi, resume ini membuatku jadi tahu apa sih yang disuka dari harry potter. Turut membuatku tertarik untuk baca lebih lanjut :)

    ReplyDelete
  10. Pengen banget nonton harry potter tapi masih tim gratisan dududu. Uh pokoknya nggak tergantikan sih ceritanya. Love banget

    ReplyDelete
  11. Ternyata buku tambahan Harry Potter ada banyak ya. Dulu saya punya buku HP lengkap sampai buku keenam tapi sekarang sudah disumbangkan. Dari buku HP lah saya belajar merangkai background cerita

    ReplyDelete
  12. HArry Potter ini favorit banget, imajinasiku bisa melayang kesana kemari saat membaca bukunya. Namun, saat difilmkan berasa kurang seru ya. Suka banget sama film Harry Potter yang ketiga, samaan ya mbak kita

    ReplyDelete
  13. Saya termasuk yang nonton abis semua film Harry Potter dari awal sampai akhir, walaupun bagian akhirnya jadi pro kontra, tapi memang sayang untuk dilewatkan

    ReplyDelete
  14. Dulu klo nonton harry potter bareng-bareng karena belum ada tv sekarang semua bisa diakses termasuk film harry potter

    ReplyDelete
  15. bedanya itu ya mbak, beda platform salah satunya. Kayaknya, Harry Potter ini selalu memancing tidak kepuasan bagi pembaca atau yg suka nonton filmnya meski luama harry potter hadir, dinikmati sekarang pun tetap menciptakan suasana tersendiri. JK Rowling, salah satu penulis yang menurutku ter the best sepanajng sejarah

    ReplyDelete
  16. Harry Potter film yang menemani waktu luang saya di masa masa SMP. Di zaman itu saya lagi gemar-gemarnya download film (bajakan). Bukan hal terpuji sih, cuma saya bukan orang yang suka nonton bioskop. karena di zaman itu prefer main ke warnet, dan dari situlah saya banyak mendownload deretan filmnya.

    ReplyDelete

Post a Comment