Aku pertama kali nonton drama yang lumayan lawas ini—rilis tahun 2017—karena rekomendasi Mbak Pipit, soulmate dari jaman kuliah (sampai sekarang). To be very honest, awalnya aku nggak ada ekspektasi apapun karena first impression lihat pemainnya menurutku biasa aja secara visual. Nggak setenar Lee Min Ho atau Song Joong Ki, pun nggak sefenomenal Song Hye Kyo atau Bae Suzy.
Tapi rupanya aku terlalu underestimate. Emang bener kok, don’t judge a book by the cover. Don’t judge a drama by the visual player. Siapa sangka kalau drama ini akhirnya begitu membekas dalam ingatan dan masih betah aku tonton sampai sekarang. Bahkan, ada momentum dimana aku merasa kalau yang dialami Yoon Ji Ho di drama sama persis dengan yang aku alami di kehidupan nyata.
Nah, buat penggemar drama Korea genre slice of life, yang konfliknya ringan tapi sarat pembelajaran, Because This Is My First Life bisa jadi sangat cocok buatmu. Pun kalau kamu penggemar genre romance dengan sentuhan komedi, drama ini mungkin bisa mengubah pandanganmu tentang seni menjalin hubungan dengan orang lain.
SPOILER ALERT!! Ulasan ini panjang dan mengandung spoiler. Semua berdasarkan penilaian subjektif dan baru ditulis sekarang karena tahun 2017 Sundries Journal ini belum ada, yeorobun. Akhirnya, selamat menonton dan membaca!
Tentang Drama Korea Because This Is My First Life
Panjang ya judulnya? Drama ini termasuk salah satu drama underrated di tvN, yang secara rating tidak setinggi karya-karya fenomenal lain seperti Goblin, Reply 1988 atau Mr. Sunshine. Di Tanah Air sendiri sepertinya juga tidak terlalu heboh macam The Queen’s Umbrella, Extraordinary Attorney Woo atau The Glory—yang sempat memporak-porandakan jagad perdrakoran beberapa waktu lalu.
Because This Is My First Life secara judul memang seolah menyiratkan kalau manusia akan punya kehidupan lebih dari satu kali, karena biasanya setelah first akan ada second, third dan seterusnya. Betul? Tapi, literally, secara harfiah justru malah bermakna kalau kita hidup hanya sekali di dunia ini.
Dan lagi, entah sejak kapan istilah YOLO digunakan di sosial media. Akhir-akhir ini kayaknya aku sering ketemu istilah ini. Tapi yang jelas, aku pertama kali dengar istilah YOLO dari drama Because This Is My First Life (next aku singkat BTIMFL). You Only Live Once, kamu hanya hidup sekali, yang kemudian diplesetkan oleh Yeon Bok Nam menjadi You Only Love Once, kamu hanya mencintai sekali. Menarik kan? Kok ya kebetulan pas dan maknanya pun nggak kalah dahsyat.
IMHO, banyak aspek yang membuat BTIMFL ini pantas mendapat apresiasi khusus, minimal ‘award’ di hati para penonton. Sedihnya drama ini tidak memenangkan award satu pun, yeorobun, padahal jalan ceritanya bagus sekali. Dahlah, kita kupas bareng aja ya!
Poster Because This Is My First Life by Rakuten Viki |
Profil
Title : Because This Is My First Life
Literal Title : This Life Is Our First
Hangul : 이번 생은 처음이라 (Ibyeon Saengeun Cheoeumira)
Genre : Romantic comedy, slice of life
Director : Park Joon Hwa
Writer : Yoon Nan Joong
Network : tvN
Episodes : 16
Release Date : October 9 - November 28, 2017
Country, Language : South Korea, Korean
Production Company : Studio Dragon
Cast
Main Cast :
Lee Min Ki as Nam Se Hee
Jung So Min as Yoon Ji Ho
Support Cast :
Esom as Woo Soo Ji
Park Byung Eun as Ma Sang Goo
Kim Ga Eun as Yang Ho Rang
Kim Min Seok as Shim Woon Seok
Other Cast:
Kim Min Kyu as Yeon Bok Nam
Lee Chung Ah as Ko Jung Min
Yoon Bo Mi as Yoon Bo Mi
Hwang Seok Jeong as Writer Hwang
Sinopsis
Yoon Ji Ho, seorang lulusan Universitas Negeri Seoul yang bekerja sebagai asisten penulis drama. Sejak kecil ia bermimpi menjadi penulis drama sukses. Tepat di ulang tahunnya yang ke-30, Ji Ho mendapat kejutan terbesar dalam hidupnya, ia ‘terusir’ dari rumahnya sendiri.
Ji Ho yang ‘homeless’ itu pun berusaha mencari tempat tinggal dengan sedikit tabungan yang ia punya. Sedikit sekali bahkan ia sampai tidak kuat membayar deposito.
Tak disangka ia bertemu Nam Se Hee, seorang programmer yang bekerja di perusahaan startup sosial media. Keduanya saling terhubung berkat perantara kolega masing-masing.
Se Hee adalah laki-laki yang ‘aneh’. Hidupnya sangat monoton. Setiap hari ia hanya pergi bekerja, lalu pulang dan menghabiskan waktu bersama kucing kesayangannya. Ia hampir tidak punya ekspresi dan sangat kaku.
Se Hee mempunyai rumah (apartemen gitu ya) di kawasan elit. Se Hee menyewakan salah satu kamar di rumahnya dengan harga murah. Syarat penyewanya sederhana. Cukup bersedia membayar sewa tepat waktu, menyortir sampah, membersihkan rumah dan merawat kucing kesayangannya ketika ia bekerja.
Tanpa pikir panjang, Ji Ho langsung menyanggupi. Saat ini hanya kamar itulah yang ia butuhkan sebab ia tidak punya lagi tempat untuk dituju.
Celakanya, Ji Ho dan Se Hee sama-sama salah paham. Mereka hanya tahu nama masing-masing dan kontrak perjanjian sewa dilakukan melalui chat. Mereka tidak bertemu langsung. Akibatnya Ji Ho mengira sang pemilik rumah adalah perempuan. Begitu pula Se Hee yang mengira sang penyewa adalah laki-laki.
Mereka berdua baru benar-benar bertemu, bertatap muka, setelah kontrak berjalan seminggu. Pertemuan yang sangat tidak terduga bahkan cukup memalukan. Syok dan panik! Bagaimana mungkin tinggal dengan lawan jenis sedangkan mereka tidak ada hubungan apapun bahkan sebelumnya tidak pernah saling kenal?
Singkat cerita, kesalahpahaman ini pun pada akhirnya berhasil mereka selesaikan. Nah, surprise-nya adalah Se Hee berakhir dengan menikahi Ji Ho di bawah kontrak perjanjian sewa rumah dalam jangka waktu dua tahun.
Kok bisa??
Bagaimana keduanya memutuskan untuk menikah? Apa yang terjadi di antara mereka? Buat yang belum nonton, silakan temukan sendiri jawabannya di Netflix atau iQIYI!
"Kalau kau ada waktu, maukah kau menikah denganku?" Lamaran macam apa ini Se Hee-ssi? |
Review Drama Korea Because This Is My First Life
Sumpah ya… Ini kayaknya jadi salah satu wedding scene terbaik di drama Korea yang pernah aku tonton sepanjang karir per-drakor-anku. Padahal mereka bukan nikah sungguhan, yang harus mengucapkan sumpah janji dan pemberkatan. Bukan juga pernikahan yang harus didaftarkan ke catatan sipil negara.
Cuma nikah kontrak antara pasangan palsu yang tidak ada cinta satu sama lain. Bahkan mereka bukan pasangan kekasih, bukan pacar, hanya sebatas penyewa dan pemilik rumah. Tapi justru aku ikutan nangis sesenggukan, banjir air mata ini, yeorobun! Surat yang ditulis ibu Ji Ho untuk Se Hee ternyata isinya sedalam itu, sedalam samudera…
Ini cuma salah satu contoh scene BTIMFL yang bikin baper, lainnya masih banyak.
FYI, kalau kamu cari drama Korea yang bertabur visual para pemainnya, drama ini sepertinya kurang cocok. Karena di sini kita nggak bakal nemu oppa-oppa ganteng yang bikin ambyar, yang tampan paripurna bin nggak masuk akal kayak Rowoon SF9 atau Sehun EXO. Pokonya kalau soal visual mereka berdua yang paling ugal-ugalan!
Tapi, kalau cari drama yang hangat, santai dan ringan, namun banyak hikmah dan pembelajaran, tidak ada salahnya memasukkan BTIMFL ini ke dalam watchlist-mu. Dijamin nggak bakal nyesel deh!
Sampai sekarang aku bingung kalau ditanya apa kekurangan drama ini. Aku cari-cari tetap nggak nemu. Sebagai penikmat drama, aku berusaha jujur ya, jadi aku tidak ingin mengada-ada, dalam arti mencari-cari kesalahan yang sebetulnya memang tidak ada. Menurutku drama ini bagus sekali. Suka banget sama jalan ceritanya!
1. Konflik yang Relatable
Sebetulnya konflik drama ini sederhana, tidak bikin pusing, tidak memberatkan, pun tidak menambah beban hidup pikiran para penonton. Intinya tentang perjalanan hidup seseorang yang mengalami pasang-surut, berjuang menggapai cita-cita, serta proses berhubungan atau interaksi dengan orang lain; pasangan, keluarga, sahabat, hingga rekan kerja. Sangat normal ‘kan?
Banyak konflik yang relate dengan kehidupan ssehari-hari. Seperti budaya dan stigma tentang perempuan. Bahwa perempuan yang sudah menikah wajib taat kepada suami dan mertua. Ada istilah ‘sindrom menantu baik’ yang juga aku rasakan ketika awal-awal menikah.
Di saat yang sama, perempuan yang berpendidikan tinggi (apalagi lulusan kampus ternama) harus dihadapkan dengan pilihan sulit, antara berkarir dan berumah tangga. Kalau berkarir, orang-orang akan menganggapnya tidak bisa menjadi istri yang baik karena mengutamakan pekerjaan. Kalau full time berumah tangga, orang-orang akan bilang sekolahnya sia-sia. Sekolah tinggi-tinggi, akhirnya pun di dapur juga. Yah, begitulah married life. Di Indonesia dan di Korea ternyata sama saja.
Justru aku salut dengan drama ini karena begitu berani menyuarakan nilai feminisme dengan lantang, padahal isu feminisme ini amat sangat sensitif di Korea (di Indonesia juga kayaknya). Budaya patriarki ini sudah sangat mengakar di Korea, bahkan sudah ada sejak zaman dahulu kala, jauh sebelum Lee Min Ho dilahirkan ke dunia.
Kita memang masih dibayang-bayangi beraneka macam stigma dan stereotip tentang perempuan. Tidak perlu dijelaskan di sini lah ya, bisa panjang kalau dibahas.
Intinya, meski ringan dan bisa ditonton sambil makan, konflik drama BTIMFL patut sekali menjadi renungan dan evaluasi bagi kita semua.
2. Alur yang Bagus
Aku sama sekali tidak menyangka kalau berawal dari kesalahpahaman yang tidak terduga, ternyata bisa menghasilkan cerita romantis dengan sentuhan komedi semenarik ini. Surprisingly bahkan penuh hikmah dan pelajaran berharga. Romcom drama ini menurutku tidak biasa. Namun semuanya terasa mengalir secara natural.
Pasangan palsu, selfie dulu kirim PAP ke calon mertua, biar dikiran pacaran beneran |
Sisi romantis dan sisi komedi masing-masing porsinya pas, tidak ada yang lebay. Cerita cintanya juga tidak menye-menye seperti pacaran anak ABG (jujur aku sebetulnya paling males nonton romance yang menye-menye atau labil). Lebih dari itu, justru kisah percintaan yang begitu mendewasakan pemikiran tapi masih sangat cocok dikonsumsi anak muda. Bisa ditonton pasangan yang sudah menikah, mau menikah, atau bahkan masih belum ada bayangan mau nikah.
Alurnya memang terasa sedikit lambat, terutama di awal-awal. Tapi anehnya tidak membosankan dan malah bikin ketagihan (lagi-lagi karena mengalir secara natural). Di beberapa bagian memang ada adegan yang flashback untuk mengungkap ‘misteri’ masa lalu masing-masing tokohnya. Tapi kemunculannya pas sehingga bisa menjawab rasa penasaran kita maupun memperkaya informasi para tokoh.
Memang, tidak ada plot twist yang menggegerkan, heboh dan semacamnya. Tapi penonton benar-benar bisa merasakan kehangatan suasana di dalamnya. So sweet dan bikin baper! Kita diajak untuk ikut merasakan emosi pemain dengan cara yang sopan dan halus, mulai dari bahagia, mengharu biru, semangat, sedih, gemas, emosi atau marah, bergairah bahkan putus asa.
3. Akting yang Mumpuni
Konfliknya memang sangat normal seperti kehidupan nyata. Tapi karakternya nih yang ‘agak nggak normal’.
Ji Ho adalah perempuan yang cerdas, mandiri, tangguh dan bisa diandalkan. Benar-benar ciri khas anak pertama perempuan dalam keluarga (duh ini relate banget). Ia punya kepribadian yang hangat, sopan serta mudah bergaul.
Semesta mempertemukan dirinya dengan pemilik rumah—yang kemudian jadi suaminya—yang super duper lempeng, lurus banget, hidupnya monoton dan kaku banget kek kanebo kering!
Se Hee memang mandiri, bisa diandalkan juga. Tapi dia sangat pendiam, hampir tidak punya ekspresi (wajahnya datar terus gitu deh) dan (sebut saja) tidak punya keterampilan bersosialisasi.
**Tahu pohon bambu? Nggak ada bengkoknya, nggak ada cabangnya, lurus aja. Yah, kira-kira begitulah gambaran seorang Nam Se Hee…
Seperti yang aku bilang di awal, awalnya aku tidak berekspektasi apapun dengan drama ini karena pemainnya biasa aja. Tapi harus kuakui, Lee Min Ki sangat baik membawakan karakter Nam Se Hee. Entah bagaimana jadinya kalau Nam Se Hee diperankan oleh aktor selain Lee Min Ki, yang memang sudah lebih populer atau mendunia. Yah, mungkin tidak akan se-ngebaperin ini…
Jung So Min yang memerankan Yoon Ji Ho juga sangat mampu mengimbangi Lee Min Ki. Ia bisa membawakan karakter yang lebih muda dari usia aslinya dengan sangat baik. Entahlah, kayaknya memang eonni satu ini punya spesialisasi jadi cewek riang (jadi ingat Playful Kiss). Belakangan si eonni jadi makin 'femes' gara-gara main Alchemy of Souls.
Chemistry mereka berdua itu lo yang keren banget!! Meski punya kepribadian yang sangat bertolak belakang, tapi mereka bisa menyatu bagaikan kopi hitam dengan susu, jadilah coffee latte yang legit dan nikmat! Pas dan klop sekali, ahh so sweet. Dan itu semua seperti terjadi begitu saja, sangat natural. Tidak grusa-grusu, tidak menggebu-gebu…
Kalau soal chemisty, mereka nggak perlu diragukan lagi lah, natural dan bikin baper! |
Selain kedua pemeran utama, drama ini juga dimeriahkan dengan para supporting cast yang aktingnya tidak kalah mumpuni, sudah tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari Esom, Park Byung Eun, Kim Ga Eun, Kim Min Seok semua tampil sangat baik dengan karakternya masing-masing.
Yang bikin drama ini jadi tidak membosankan adalah pengembangan karakternya yang begitu realistis dan natural, seiring dengan konflik yang juga semakin intens. Ada sisi-sisi menyakitkan di masa lalu yang akhirnya terungkap. Ada pula titik jenuh dalam menjalin hubungan, hingga sisi-sisi misterius yang akhirnya muncul ke permukaan.
Se Hee memang kaku dan jaim setengah mati, tapi lama-lama tsundere juga kok, so sweet kan? |
Ditambah lagi muncul beberapa tokoh baru, cuma sampingan, tapi mempunyai peran penting dalam mengembangkan alur dan mendewasakan para tokoh di dalamnya.
4. Character Stealer yang Menarik
Tidak hanya main role dan supporting role. Drama ini juga menampilkan beberapa karakter menarik yang mampu mencuri perhatian. Character stealer istilahnya. Dari sekian karakter yang ada, menurutku ada tiga yang paling menarik dan tidak bisa aku lupakan.
- Woori, kucing Nam Se Hee
Woori, si anabul yang paling dimanja bak sultan, yang jadi saksi perjalanan hubungan Se Hee dan Ji Ho |
Awalnya tidak diberi nama, cuma dipanggil Goyangie (si Kucing). Si anabul berwarna putih bersih yang diperlakukan bagaikan sultan oleh majikannya.
Kucing inilah yang jadi saksi perjalanan hubungan Se Hee dan Ji Ho dan menemani hari-hari mereka. Kucing yang ikut merasakan apa yang dialami majikannya, sekaligus menjadi bukti cinta mereka. Karena nama Woori (artinya kita) diberikan setelah mereka akhirnya bersatu sebagai pasangan sesungguhnya.
- Ko Jung Min, mantan tunangan Se Hee
Ko Jung Min (Lee Chung Ah, mantan tunangan Se Hee, yang cantiknya bagaikan bidadari dan bikin siapapun terpesona |
Masa lalu Se Hee yang penuh luka asmara ternyata berkaitan erat dengan mantan tunangannya ini. Ternyata di masa depan mereka bertemu kembali lantaran Ji Ho harus bekerja dengan Ko Jung Min. Wah, takdir mereka sesuatu sekali...
Terlepas dari kisah mereka, jujur, aku mengakui kalau Lee Chung Ah (pemeran Ko Jung Min) ini cantik banget, yeorobun! Beuh ber-damage bukan maen! Anggun, kalem dan berkelas. Dan, bisa-bisanya aku terpesona ke sesama perempuan…
- Yeon Bok Nam, cowok kafe
Yeon Bok Nam (Kim Min Gyu) yang kehadirannya bagaikan oase di padang pasir, penyejuk visual dan bikin noona-noona meleyot |
Setelah berhenti (sementara) jadi penulis drama, Ji Ho bekerja paruh menjadi pelayan di sebuah kafe milik ayah Bok Nam. Kim Min Gyu (pemeran Bok Nam) seolah menjawab kekurangan drama ini dengan menjadi visual yang paling meluluh-lantakkan hati para noona sejagad Kdrama. Belum lagi karakternya yang memang unik dan atraktif, meski di awal sempat disalah pahami oleh Ji Ho dan Se Hee.
5. Script yang Powerful
IMHO, kekuatan drama BTIMFL ini terletak pada script-nya. Salut sekali dengan penulis yang sudah bekerja keras untuk membuat dialog-dialog berkesan, sehingga pesannya bisa menyentuh hati penonton. Bagaimana penulis script menyampaikan perasaan tokoh melalui dialog secara terselubung (eksplisit) maupun blak-blakan (implisit) sangat layak diapresiasi.
Script dramanya bagus, penulis banyak mengambil kutipan dari buku, puisi atau pendapat para tokoh terkenal |
Didukung dengan monolog-monolog yang bertebaran, yang merupakan suara hati para tokoh di dalamnya, juga semakin memperkaya karakter dan suasana dalam drama. Aku yakin penulis pasti sudah banyak riset sebelum membuat karya ini. Terbukti dari banyaknya kutipan buku dan puisi yang dinukil untuk dijadikan monolog-monolog para tokoh di sini.
Sebegitu powerful-nya script ini, tidak heran kalau drama ini menghasilkan banyak sekali quote yang inspiratif—yang kalau mau dituliskan bisa jadi satu judul artikel sendiri.
Even tho, ini juga berpotensi menjadi celah kekurangan drama BTIMFL. Masih berpotensi ya! Karena buat aku sih no problem. Cuma bagi penonton yang nggak suka kode-kodean, dialog-dialog di drama ini mungkin bikin mikir, maksudnya mau ngomong apa sih, kenapa gak terus terang atau blak-blakan aja, nggak perlu kode-kode.
6. Visual Grafis yang Nyaman di Mata
Sebagai orang awam desain, aku menilai sinematografi di drama ini tergolong simpel. Tidak ada tampilan warna-warna yang mencolok seperti drama-drama mewah dengan budget milyaran yang banyak efek CGI-nya. Tapi ini justru bikin visual grafisnya jadi nyaman bagi penonton.
Alih-alih warna yang berani, drama ini lebih banyak menampilkan warna-warna yang soft atau pastel, yang punya tone hangat dan kalem. Ketenangan dan kesederhanaan grafis inilah yang membuat terasa lebih indah, karena nuansa romantisme begitu lembut menyusupi kalbu, tanpa memaksa.
Tone dan visual grafis yang nyaman di mata, khas musim gugur |
Rasanya persis seperti ketika nonton Our Beloved Summer (OBS), drama yang dibintangi Choi Woo Shik tahun 2022. Bedanya, kalau OBS lebih banyak menyorot musim panas, kalau BTIMFL ini lebih banyak suasana musim gugur.
7. Musik Latar yang Sopan di Telinga
Seperti yang selalu kubilang, drama tanpa OST bagaikan sayur tanpa garam. Hambar. Drama ini punya deretan soundtrack yang nyaman dan sopan di telinga, atau singkatnya easy listening. Sederet penyanyi berbakat dipercayai untuk menyanyikan lagu-lagu latarnya, seperti Uji (Bestie), Haebin (Gugudan), Moon Sung Nam, Heejinn (Good Day), Ben dan MeloMance.
Album OST drama ini cocok didengarkan ketika sedang belajar atau menemanimu ketiak menulis. Aku menulis artikel ini pun sambil mendengarkan OST-nya. Karena semua lagunya memang easy listening, ada yang bernuansa semangat, romantis, bahkan sedih.
Fun Fact!
- MeloMance memberikan special appearance dengan tampil menyanyikan lagu “I Want To Love” secara live di salah satu episode
- Jung So Min mengisi OST berjudul “Because You’re Here”
Pelajaran Penting dari Because This Is My First Life
“Tidak ada yang lebih pasti daripada properti di negara ini. Kau harusnya yang paling tahu soal itu." — Nam Se Hee, Because This Is My First Life
Itulah jawaban yang Ji Ho dengar ketika mempertanyakan gaya hidup Se Hee. Dengan tegas ia mengatakan bahwa ia tidak akan menikah meski sudah cukup usia dan punya rumah mewah.
Menurut Se Hee, menikah atau menjalin hubungan hanya menambah beban hidup, mental dan finansial. Sementara dirinya hanya sanggup menanggung biaya hidup untuk dirinya sendiri, kucing kesayangan serta rumah yang ia tempati. Rumah itu sangat penting baginya. Ia bahkan rela menghabiskan waktu 30 tahun lamanya demi melunasi cicilan rumahnya.
Bagi Ji Ho itu sia-sia, karena artinya Se Hee akan kesepian seumur hidup sambil menjalani hidup yang monoton demi melunasi rumah masa depannya itu.
Tapi yang Se Hee katakan memang tidak salah. Properti—dalam hal ini hunian atau tempat tinggal—adalah kepemilikan yang paling pasti di masa depan. Malah sebetulnya hanya tempat tinggal itu yang Ji Ho butuhkan.
Menurutku pernyataan Se Hee tentang investasi properti ini tidak hanya berlaku di Korea Selatan, yeorobun. Di Indonesia pun tidak jauh berbeda. Punya tempat tinggal yang tetap, layak dan milik pribadi bisa jadi adalah investasi yang paling menjanjikan di tengah mahalnya harga tanah dan rumah di zaman sekarang. Jadi, apa yang Se Hee katakan itu memang benar dan relevan dengan kondisi kita sekarang.
Setelah menikah aku baru sadar kalau drama BTIMFL ini ternyata overall memang cerminan kehidupan nyata, bukan hanya di Korea tetapi juga di Indonesia—dan aku yakin di berbagai negara lainnya. Drama ini benar-benar layak mendapat sebutan drama genre slice of life.
Konflik drama ini memang berawal dari kebutuhan akan tempat tinggal, lalu berlanjut dengan kesalahpahaman yang berujung pada pernikahan. Tapi drama ini lebih dari sekedar nikah kontrak, yeorobun. Ada beberapa pelajaran penting yang perlu kita garis bawahi.
1. Idealism vs. Realism
Dari karakter Ji Ho, Soo Ji dan Ho Rang, aku banyak belajar tentang idealisme dan realisme. Kadang egoisme memang membuat kita berambisi untuk mewujudnya idealisme, angan-angan, impian, cita-cita. Tapi seringkali keadaan tidak mendukung itu. Di titik inilah kita dihadapkan dengan kenyataan di luar yang kita harapkan. Di sinilah saatnya berpikir realistis.
Ji Ho memilih menikah dengan pemilik rumahnya, Se Hee. Ini karena secara realistis memang yang ia butuhkan saat itu adalah tempat tinggal, kamar untuk tidur dan berlindung, yang nyaman dan tenang. Bukan cinta, bukan kasih sayang, bukan pula pekerjaan yang ia impikan. Menunda (atau bahkan melepaskan) idealisme menurutku bukan suatu keputusan yang mudah untuk dilakukan. Tapi ada kalanya realisme harus dipilih demi bisa bertahan hidup.
Ada saatnya kita dihadapkan dengan pilihan antara idealis dan realistis, kadang bersikap realistis adalah pilihan terbaik |
2. Relationship vs. Marriage
Berpacaran nyatanya memang berbeda level dengan pernikahan. Hubunganmu dengan pacar mungkin bisa awet, langgeng bertahun-tahun dengan pacarmu, hanya dengan modal cinta, setia dan saling percaya. Tapi untuk memasuki jenjang pernikahan rupanya memang tidak cukup hanya cinta, setia dan saling percaya.
Kencan romantis ala pasangan yang lagi sama-sama salting, padahal udah lama nikah, cinta hadir perlahan di antara mereka yang menikah karena |
Pernikahan selalu dilandasi dengan visi-misi, tujuan bersama, yang ingin dicapai kedua belah pihak. Apapun itu, entah punya keturunan, status sosial, kebutuhan biologis, kebutuhan cinta dan kasih sayang, bahkan punya kehidupan yang mapan.
Ji Ho dan Se Hee awalnya murni menikah demi tempat tinggal. Dan orang tua mereka tidak keberatan akan hal itu ketika akhirnya mereka jujur. Ya karena memang itulah landasan menikah, punya tujuan. Walaupun pada akhirnya mereka menikah sungguhan karena kebutuhan untuk saling menyayangi, bukan cuma masalah tempat tinggal, dan akhirnya mereka benar-benar saling mencintai secara perlahan tapi pasti.
**Kalau kata orang Jawa, witing tresna jalaran saka ngglibet kulina. Cinta dimulai karena mbulet terbiasa.
Faktanya, di sekitar kita hal serupa banyak kok. Pernah dengar ta’aruf? Emang mereka yang menikah dengan proses ta’aruf itu pernah saling mencintai, menyayangi dan pacaran sebelumnya? Enggak kan? Tapi mereka tetap bisa menikah. Tidak sedikit yang langgeng sampai kakek-nenek, sampai maut memisahkan. Semua itu karena pernikahan mereka dilandasi dengan visi-misi atau tujuan. Bukan semata-mata cinta.
3. Friendship
Drama ini juga mengajarkan tentang persahabatan. Ji Ho, Soo Ji dan Ho Rang sudah bersahabat sejak mereka SMA. Sampai dewasa mereka tetap bisa menjaga persahabatan.
Persahabatan Ji Ho, Soo Ji dan Ho Rang yang langgeng mulai dari SMA hingga mereka dewasa |
Satu hal yang aku salut dari persahabatan mereka adalah mereka tidak saling kepo atau ikut campur urusan masing-masing. Meski menjadi orang yang paling dekat, bukan berarti mereka bebas mencampuri urusan pribadi. Mereka tetap bisa menjaga privasi dan menghormati kehidupan masing-masing.
Setelah aku tamat nonton, aku baru paham kalau kunci kelanggengan persahabatan mereka adalah selalu ada satu sama lain. Kapanpun dan bagaimana pun kondisinya.
4. Family and Culture
Aku setuju dengan perkataan Ji Ho, kadang keluarga bisa menjadi orang yang paling asing. Ada momen-momen di mana kita tidak bisa pulang ke rumah orang tua atau saudara. Bukan karena bertengkar ya, tapi lebih karena ingin menjaga kedamaian hati sendiri dan situasi dalam keluarga.
Ada pula saat dimana keluarga tidak perlu tahu detail permasalahan hidup kita apalagi ketika sudah dewasa dan berumah tangga.
Dari drama ini aku belajar bagaimana cara menjadi istri, ibu, mertua dan saudara. Ternyata tidak mudah, apalagi kalau dibenturkan dengan budaya masyarakat yang masih kolot dan kental dengan patriarki.
Budaya memang harus dihormati dan dihargai. Tapi bukan berarti bisa membatasi kemerdekaan perempuan setelah punya suami. Perempuan tetap bisa bersinar, meski sudah menjadi istri. Tetap bisa berdaya dan berkarya, bahkan bebas bercita-cita dan memperjuangkannya. Yuk, mari sama-sama berpikiran terbuka!
***
At last, berhubung sudah panjang sekali ulasannya, kesimpulan singkat untuk drama Because This Is My First Life ini adalah very recommended! Udah itu aja. Yang belum nonton, coba deh nonton! Drama ini cocok untuk siapa saja, single, in a relationship, engaged atau married couple.
Saya nonton drakor kalau lagi nemenin Istri. Tapi tetep bisa menikmatinya, karena pada dasaranya saya suka film, dan suka bereksplorasi dengan film dari berbagai negara, tidak melulu produk hollywood. Untuk drakor, saya kadang amaze dengan kreatifitas penulisnya, bisa ya ngambil topik ini, dan meramunya jadi cerita yang keren dan memuaskan.
ReplyDeleteLebih sering menonton drakor karena baca2 referensi seperti ini. Sepertinya seru ya dari jalan cerita dan pemerannya.
ReplyDeleteKalau mbak Al udah bilang bagus banget, berarti emang drama nya beneran bagus haha. Aku baru setengah episode 1 ini mbak. Jadi pengen lanjutin baca sinopsis nya 😂
ReplyDeleteAku juga underestimate karena visualnya yang Baisa aja Yaa Allah nggak boleh gitu ya 😂 jadinya nggak aku lanjutin deh nontonnya, padahal dari yang biasa aja malah banyak insight ya mbak. Harus dapat award sih 😌
Panjang banget tulisannya, suka ... Jadi bisa tau ceritanya. Nyari film lengkapnya sering ga nemu 😅
ReplyDeleteLengkaaaap banget spoilernya 😅. Jadi bikin penasaran mau nonton filmnya mbak. Pastinya kocak darkornya. Ngebayangin tinggal ngontrak di rumah orang tapi belum pernah ketemu.
ReplyDeleteAlhamdulillah, bisa komen juga. Setelah menghapus akun gmail yang dipakai untuk login hp android.
Ya ampuuun panjang bangeeet, terlihat sekali kalau begitu menjiwai. Ya udah aku cari, deh nih Drakor, mudah2an ada nyempil di Netflix. Sepanjang sejarah per-drakoran-an ku sepertinya nonton Nyang Eni, nih, Because This is My First Life, bikin aku menggebu-gebu. YOLO. Ya sudah nonton, yuk, rugi kayanya, ya kalau nggak nonton...hihi.
ReplyDeleteMakanyaa...
ReplyDeleteJan main rumah-rumahan..hihihi, jadi beneran serumah kan..
Aku selalu suka plot kawin kontrak begini.
Awalnya gak kenal cinta, jadi cinta beneran. Kalau sampai gak jadi, beneran kelewatan siih.. PD-nim oh PD-nim.
Scene yang aku suka banget tuh pas makan kepiting tus babang Min Ki nunjukin emosi pertama kalinya ke So Min. Oommoonaa~
Kiyowoookk!!
Gimana sii..hihih.. abisnya gemeccc aja gituu..
Bisa ada orang se-datal itu..
Seandainya kek gini bisa melet Bang Jeno..
Ahiink!!
ah suka sama rekomendasinya mba, masuk wish list aku tonton, kebetulan memang lagi gak nonton drakor juga nih, sebelum nonton filmnya aku dengerin dulu soundtracknya
ReplyDeleteLengkap sekali reviewnya Mbak Alfia. Walaupun kesannya drakor dengan motif "basi" kawin kontrak, Tar juga suka beneran dah. Tapi selalu dinikmati dan bisa dipetik ragam hikmahnya.
ReplyDeletePernikahan memang lebih ruwet, ya. Campur tangan dari pihak lain pun bisa lebih banyak. Kalau jalan ceritanya relatable memang menarik, nih. Karena kayak merasa ngalamin sendiri.
ReplyDeleteSaya curiga belakang ini series Indonesia juga banyak yang bahas soal pernikahan kontrak, bisa jadi terinspirasi oleh drakor. Soal kata YOLO! saya tahu karena ada series Indonesia berjudul kata tersebut.
ReplyDeleteBeneran bs sepanjang ini ya reviewnya. Emg ga bs diragukan pengalaman berkarir di dunia perdrakorannya mba alfia. Eh? Malah komen itunya. Aku baru mulai menyukai perdrakoran ni mba. Pemula sekali. Tp dr review ini keknya aku bakalan masukan ini jd list tontonan berikutnya.
ReplyDeletesaya udah pernah nonton drakor ini tapi lupa lagi sama detail ceritanya. so pas baca review drakor BDIMFL disini saya jadi kayak diingatkan kembali. overall dari sebuah cerita drakor memang banyak sekali pesan moral yang bisa kita ambil. dan itu jadi salah satu alasan saya nonton drakor hehe
ReplyDelete1. Kaget ada nama saya disebut 🤣
ReplyDelete2. Saya baru tahu ada "musik yg sopan di telinga"
3. Sumpah keracunan, pengen nonton 😭
Lho, kukira itu Lee Seung-gi, ternyata bukan. Sekilas MIRIIIPPP. Aku malah menghindari drama-drama yang dibintangi Lee Min-ho dan Song Joong-ki. Bosen mbak, belum nonton dramanya aja udah liat mukanya di mana-mana wkwk.
ReplyDeleteNama-nama di Korea unisex sih ya, bisa buat cowok dan cewek. Kecuali ada foto profil yang jelas, bisa bingung itu cowok apa cewek.
Iyaaa memang panjang sekali ulasan ini tapi tetap menyimpan misteri yang membuatku ingin nonton sendiri, hihi....
ReplyDeleteagak gimana sih itu mau tinggal di rumah orang eh ga pake ngecek jenis kelamin padahal itu kan krusial yah. Bisa berabe kalau di Indonesia.
Termasuk drama lawas ya Mba? Saya belum nonton dan setelah baca ini jadi pengen nonton kalau ceritanya tentang relationship gini :-D
ReplyDeleteFilm korea yang lama2 masih cukup keren kalau dibandingkan sama drakor sekrang ya. Termasuk drakor ini nih juga
ReplyDelete2017 kemana saja diriku, kok ga tahu ada Because This is My First Life.
ReplyDeleteDrama yang ringan begini cocok banget untuk dinikmati biar beres nonton pikiran tetap waras bukan malah stress mikirin konflik dan kelanjutan ceritanya
Di sini Kim Min Kyu jadi toxic boyfriend gasii..?
ReplyDeleteAku lupa..
Tapi yang pasti masih jadi cameo doank yaa.. Sekarang doonk.. gaya euuii~
Uda jadi first lead.
Dunia berputar and Because This is My First Life.
Pernikahan kontrak lazim diangkat dalam drama Korea
ReplyDeleteTapi tetap menarik untuk ditonton ya kak
Seperti drama My First Life ini
Salah satu drakor yang aku suka nih. Sempet nonton ulang juga. Gemes banget sama pasangan ini.. :D Karakternya pada kalem tapi pas gitu mereka dijadiin pasangan. Hehe.. Gak nyangka ternyata Se Hee punya masa lalu yang rada kelam juga. Pesannya juga bagus nih dramanya..
ReplyDeleteMbaaa ini kutebak siap nonton langsung nulis artikelnya yaa mba, lengkap banget berasa aku juga lagi ikutan nonton dan ngerasain apa yang mba tulis heheheh
ReplyDeleteMakasih ya kak rekomendasi dramanya ini bisa masuk list
ReplyDeleteNih, tbh kekurangan film ini adalah pemeran utama kurang menjual ( ah dasar aku pecinta produk visual). Karena... sayang banget filmnya bagus. elemen pendukung udah bagus, terutama penulis scriptnya lhooo (duh berdarah-darah ini pasti) tapi filmnya tidak mendapat satu award pun. Jadi mengsedih kan. Taulah penonton ( bukan cuma penikmat Kdrama) akan melihat siapa pemain utama dulu baru makna ceritanya. Pemain ok, cerita bagus, akting mulus...trus viral deh. So far aku juga film ini paling reccomended kok.
ReplyDeleteaku juga suka dan dah nonton, dan suka ma lee min ki, tipe yang kusuka soalnya yang ga too sweet wkwkwk. btw mereka jadi cameo mudanya ortu kim mi so si sekretarisnya mr aura ya hihihi
ReplyDelete