Seharunya tulisan ini aku post akhir tahun 2023 kemarin, yeorobun. Tapi berhubung lagi banyak banget kesibukan (halah, sok sibuk) yang nggak bisa digantikan, jadi tertunda. Tapi gapapa lah, mumpung masih bulan Januari, belum terlambat untuk merumuskan resolusi tahun baru.
Jujurly, aku bukan golongan orang yang merayakan tahun baru 1 Januari. Walaupun harus kuakui, vibes tahun baru memang sedikit banyak berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bagi bloger amatir sepertiku, momen tahun baru Masehi juga menjadi titik balik untuk terus berproses menjadi ‘bloger yang dewasa’. Dalam arti, terus belajar, berdaya, berkembang dan bermanfaat sebanyak-banyaknya. Semoga!
Dan, inilah sedikit kilas balik tahun 2023 lalu yang terjadi dalam kehidupan Sundries Journal ini. Selamat membaca! Semoga bermanfaat dan bisa memberi sedikit dukungan semangat…
Banyak Momen Berkesan, Banyak Pelajaran
Buat generasi 94 line, tahun ini mungkin jadi momen yang sedikit deg-degan ya. Usia mulai masuk kepala 3, mulai lebih serius mikir masa depan, mikir keluarga dan rumah tangga, dan bagi yang cewek mulai kepikiran keriput dan tanda-tanda penuaan di muka. Nah, aku termasuk di dalamnya. Ada yang sama?
Aku generasi yang lahir di zaman krisis moneter, lalu mengalami berbagai lini masa, dari masa milenial, masa corona, sampai sekarang masa yang aku nggak tahu harus bilang apa. Tahun 2024 ini mulai memasuki usia yang sudah tidak bisa lagi dibilang anak muda, tapi belum termasuk tua juga. Tahun 2023 kemarin adalah waktu-waktu terakhir menikmati angka 20an. Sedih? Deg-degan? Nervous? Iya, jujur saja.
Tapi aku bersyukur, tahun 2023-ku berlalu dengan banyak kesan. Terima kasih ya Allah, atas segalanya. Aku tidak berterima kasih kepada tahun 2023, tapi aku berterima kasih kepada Allah atas apa-apa yang aku terima dan alami selama tahun 2023 kemarin.
Kalau mereview lagi resolusi tahun 2023 lalu, sebetulnya hampir sebagian besar target sudah ceklis. Target yang tidak tercapai justru kelas Bahasa Korea lanjutan, hehe. Karena satu dan lain hal, niat kursus Bahasa Korea level lanjutan (intermediet) akhirnya tertunda sampai waktu yang tak ditentukan.
Yang ingin aku highlight di tahun 2023 lalu adalah banyak sekali momen berharga, berkesan dan mengandung banyak pelajaran. Namun ada pula momen yang membekas hingga menimbulkan trauma psikologis, yang sampai membuatku harus berkonsultasi dengan psikolog. Sampai sekarang pun kadang anxiety ini masih suka kambuh kalau ada trigger yang datang secara tiba-tiba.
Dan, tidak berhenti sampai di situ, kondisi psikologis yang tidak baik-baik saja ini ternyata juga menyebabkan aku kena GERD. Jadi makin nggak beres-beres, kayak lingkaran setan. Karena GERD dan anxiety seperti hubungan sebab-akibat yang bisa saling memicu kambuhnya. Doakan aku segera sembuh ya yeorobun…
Alhamdulillah, aku mempunyai support system yang begitu pengertian. Terima kasih suamiku BaekHayi, Ibuk, Mbak Ria Rochma, Mbak Lendy, Mbak Pipit dan teman-teman di tim WAG Cupuers Blogspedia yang selalu ada ketika aku mengalami masa-masa traumatis itu.
Senang sekali rasanya punya circle yang positif dan supportive seperti mereka. Meski tidak bisa bertatap muka secara langsung, tapi ada ikatan batin yang seperti menghubungkan hati maupun pikiran kami (cieee). Terima kasih Iluhwangbi eonni yang menyempatkan ketemu di rumah pas liburan ke Batu beberapa waktu lalu, serta Lendyagassi eonni yang juga meluangkan waktunya meski sebentar meet up di Wizzmie Surabaya. Semoga someday bisa ketemu lagi ya.
Uniknya ketemu sesama bloger tuh walaupun itu pertemuan pertama, kami belum pernah ketemu langung sebelumnya, pas ketemu tatap muka face to face bisa langsung nyambung. Bisa langsung klik. Ajaib aja gitu rasanya. Makanya pertemuan dengan teman-teman bloger ini selalu berkesan bagiku.
Yang nggak terlupakan lainnya, di tahun 2023 aku juga sempat berkunjung ke beberapa tempat wisata lokal. Seperti Taman Olba (Ngawi), The Lawu Park (Tawangmangu, Karanganyar), sampai staycation seru di Pohon Inn Hotel sekalian healing di Jatim Park 2 (Eco Green Park, Batu Secret Zoo, Museum Satwa dan Sweet Memory Selfie).
Sebagai manusia biasa, hamba Allah yang banyak khilaf dan dosa, tentu aku tidak bisa memilih takdir mana yang ingin aku jalani. Nggak bisa milih yang hepi-hepi aja, yang indah-indah atau manis-manis aja. Pasti ada manis dan pahit, tawa dan air mata, senang dan susah. Jujur, kejadian yang traumatis tahun lalu rasanya pengen aku skip aja, tapi kan nggak bisa.
Alih-alih, aku cuma bisa bersyukur Allah masih memberi kekuatan dan kesempatan untuk melalui itu semua sebagai hikmah dan pelajaran. Meski belum bisa dibilang pulih seperti semula, tapi aku yakin dan optimis—lebih ke husnudzan—tahun berikutnya aku bisa menjadi hidup yang Allah gariskan dengan lebih baik.
Resolusi di Tahun 2024
Berkaca dari memori tahun lalu, resolusiku tahun ini nggak mau muluk-muluk. Aku cuma ingin pulih. Aku ingin sehat lahir batin, sehat fisik dan mental, sehat jasmani dan rohani. Supaya aku bisa beribadah dengan lancar, serta berproses dan membersamai orang-orang yang aku sayangi dengan sebaik mungkin.
Dan, demi cita-cita yang terlihat sederhana namun bermakna besar bagiku ini, aku sudah menyiapkan (atau sudah memulai) beberapa perubahan positif dalam hidupku. Doakan bisa konsisten ya, yeorobun. Semoga bisa menginspirasi!
1. Rutin Olahraga
Sebagai ibu rumah tangga yang hobi rebahan sambil nonton drama Korea, jujur aku termasuk tipe orang yang malas berolahraga. Dulu olahraga sesempatnya, sekali seminggu aja belum pasti terlaksana. Sekarang berbeda. Sejak terdiagnosis GERD sekitar Agustus 2023 lalu (yang sempat bikin aku overthinking karena gejalanya mirip dengan sakit jantung, bahkan sampai aku menjalani medical check up jantung), aku mulai berusaha rutin olahraga.
Dimulai dari akhir tahun lalu, sekitar bulan September, aku membiasakan diri untuk lebih giat olahraga. Minimal 10-20 menit. Kalau tidak bisa tiap hari, yah setidaknya 3 kali seminggu. Aku memilih jalan pagi atau jogging. Kalau cuaca sedang tidak bersahabat, aku biasanya workout mandiri dengan suami dan stretching di rumah.
Stretching adalah sesi yang paling aku sukai, sebab sejauh ini cukup mengurangi keluhan nyeri otot dan badan pegal-pegal yang aku rasakan. Mengawali hari dengan stretching bisa meningkatkan mood-ku sejak pagi hari, badan lebih fresh dan tentunya jadi lebih fokus beraktivitas.
2. Perbanyak Minum Air Putih
Sejak menikah aku memang sudah memperbanyak minum air putih, berbeda sekali dengan aku ketika kuliah dulu. Tapi sekarang kebiasaan ini ingin aku tingkatkan lagi.
Lagi-lagi karena GERD, terhitung sejak bulan Agustus 2023 aku sudah sangat mengurangi asupan kafein. Bahkan hampir nggak pernah lagi minum kopi. Padahal sebelumnya aku seperti tidak bisa hidup tanpa kopi. Tiap hari pasti minum kopi. Nulis pun selalu ditemani kopi.
Sekarang? Alhamdulillah, lihat kopi aja udah males. Kadang kangen memang, karena bagaimanapun kopi adalah kultur yang mengandung sejuta aroma dan rasa, termasuk ide dan kenangan. Tapi kalau ingat gimana rasanya ketika GERD kambuh, aku memilih untuk menjaga diri dari kopi.
Awalnya memang sulit menjauhi kopi ini. Apalagi aku mungkin bisa dibilang coffee addicted. Kembali lagi ke motivasi awal, aku ingin sembuh dan kembali normal. Konon minum kopi memang banyak khasiatnya, tapi nggak minum kopi pun nggak bikin aku mati kok, begitu pikirku.
Karena menjauhi kopi, aku pun akhirnya mengurangi minuman lain sejenisnya seperti teh, soda, boba, dan minum-minuman rasa-rasa kekinian yang kedainya menjamur bak cendawan di musim hujan. Nggak minum teh kalau nggak terpaksa, misalnya karena bertamu dan disuguhi teh. Kan menghormati tuan rumah juga ibadah ya, jadi ya sudah gapapa, sesekali anggap ajalah cheating.
Jujurly, awalnya memang sulit mengendalikan diri dari godaan minuman-minuman ini. Manis, segar dan kaya rasa. Hmm… Bikin nagih! Kalau lagi pengen banget, aku cheating dengan minuman lain, misalnya susu UHT, air rebusan jahe dan madu (tanpa gula), atau perasan jeruk nipis dan madu. Ini tidak sering, hanya sesekali kalau memang LAGI PENGEN BANGET aja.
Tapi aku menemukan satu buku yang sangat insightful, inspiring dan menguatkan motivasiku untuk diet minuman rasa-rasa. Next, insyaAllah aku bahas buku ini di lain kesempatan.
Dokter U (nama asli Yoo Taiwoo, asal Korea Selatan, pas banget aku penggemar Hallyu) dalam buku Menjadi Cantik dalam Dua Minggu dengan Air Putih mengungkap banyak fakta di balik kopi, teh dan minuman lain. Bagaimana minuman-minuman ini ternyata ‘merusak’ tubuh terutama wanita secara perlahan, serta betapa ajaibnya air putih bagi mereka.
“Jika tubuh manusia diibaratkan pabrik, maka air adalah tanah (pondasi) yang menopang pabrik tersebut.” (Dokter Yoo Taiwoo)
Setelah beberapa minggu ini banyak minum air putih, efeknya memang langsung terasa. Sekarang aku lebih prefer minum teh tawar (kalau terpaksa minum teh), karena minuman yang manis mulai terasa enek di kerongkongan, bikin kering, dan tidak menghilangkan dahaga meski dicampur es batu. Rasanya justru malah lebih haus. Aku bahas detailnya lain kali aja, insyaAllah…
3. Diet Gula, Ganti dengan Sayur dan Buah
Karena aku diet kopi dan minuman manis-manis, tanpa sadar aku jadi diet gula. Dulu, selain coffee addict, aku termasuk penggemar berat jajan manis seperti roti bakar, terang bulan, cake, biskuit dan sejenisnya. Sekarang? Belum bisa menghilangkan sepenuhnya, tapi mulai berkurang.
Tiap mau jajan terang bulan langsung kepikiran gimana eneknya, hasunya setelah makan dan pasti kekenyangan karena banyak sekali mengandung gula.
Sebagai gantinya, aku memperbanyak ngemil sayur dan buah segar. Buah pun biasanya aku memilih yang banyak mengandung air seperti melon dan semangka. Aku masih menghindari buah apel, sayur brokoli, kol dan jenis sawi atau selada yang dimakan mentah karena bisa mengandung banyak gas di perut. Ini kurang bagus untuk diet GERD-ku.
Tahun 2024 ini aku ingin mengganti sepenuhnya cemilan manis dengan buah-buahan yang sehat. Atau paling tidak, kudapan yang gluten free. Semoga bisa terlaksana.
4. Kurangi Gorengan
Di antara sekian banyak program diet penyintas GERD yang paling sulit aku lakukan adalah diet gorengan. Sebagai orang Indonesia, banyak sekali makanan yang penyajiannya dengan cara digoreng. Ayam goreng, tahu tempe goreng, telur goreng, ikan goreng, semua digoreng.
“Tidak salah kalau Indonesia menjadi salah satu negara pengonsumsi minyak sawit terbanyak di dunia. Ya karena hampir semua makanannya digoreng.”
Gilanya lagi bahkan ada tren kol goreng. Pernah nyoba? Sorry to say, aku sama sekali nggak minat yang satu ini.
Tahun ini aku bercita-cita mengurangi gorengan. Street food yang digoreng (seperti bakwan, telur gulung, termasuk donat dan roti goreng) menurutku lebih mudah dihindari daripada lauk-pauk yang digoreng. Jadi aku memulai dari sana. Sekarang sudah jarang sekali jajan street food goreng-gorengan ini. Next, semoga bisa mengganti lauk-pauk dengan yang non fried. Optimis bisa, bismillah…
5. Stop Makanan Pedas Gila
Ada yang hobi makan mie setan atau bakso kuah pedas? Sama, aku juga. Dulu aku suka sekali dengan makanan pedas, pokoknya yang embel-embel kuah pedas gila aku suka. Makanan pedas memang bisa jadi salah satu stress release yang ampuh buatku. Tapi itu dulu.
Sekitar empat bulan ini aku sudah bertaubat yeorobun. Makanan pedas auto ngefek buat lambungku. Badan langsung gemetar, keringat dingin, jantung berdebar kencang dan anxiety langsung kambuh. Karena itulah aku menghentikan konsumsi makanan-makanan bercabai ini.
Aku juga pencinta sambal. Apalagi orang Indonesia, makan tanpa sambal rasanya hambar. Tapi bismillah aku mulai membiasakan diri. Efeknya selain untuk kesehatan lambungku, juga berdampak positif pada kesehatan keuangan dapurku. Sebab, aku tidak perlu menyetok banyak cabai dan sambal lagi, karena hanya suami saja yang masih makan pedas.
Aku? Alhamdulillah, sudah stop semuanya. Bukan menghindari total, karena cabai tetap bermanfaat bagi tubuh manusia. Cuma, aku sudah sangat mengurangi konsumsi cabai dan pedas ini.
6. Stop Begadang dan Bangun Lebih Awal
Sejak kuliah memang bisa dibilang hidupku ‘ngalong’ alias seperti kalong, hewan sejenis kelelawar, tahu kan? Menjadi ‘makhluk nocturnal’ seperti itu membuatku lebih banyak aktif di malam hari, tapi siang hari setelah tugas domestik beres lebih memilih tidur. Nulis, nyuci, setrika baju, sampai nonton drama aku kerjakan di malam hari.
Padahal sejak dulu aku sudah tahu kalau jadi ‘makhluk nocturnal’ ini bukan kebiasaan yang baik, tapi masih saja aku lakukan. Dan, alhamdulillah berkat menjalani diet akhirnya aku bisa mengubah kebiasaan ini. Aku hampir tidak pernah lagi begadang (pernah waktu itu karena lagi ada masalah, overthinking dan nggak bisa tidur akhirnya).
Sebagai gantinya aku bangun lebih awal. Kalau dulu bangun setengah jam sebelum subuh, sekarang lebih awal lagi, misalnya satu jam lebih awal. Efeknya? Alhamdulillah, ibadah jadi lebih leluasa dan lega.
Even tho, kebutuhan istirahat tetap aku perhatikan. Aku selalu bilang pada diri sendiri bahwa tidur adalah hak tubuh. Jadi sesibuk apapun tetap harus istirahat cukup. Bila perlu aku meluangkan waktu 30-60 menit untuk tidur siang (ceritanya sambil ngeloni anak yekan).
7. Rutin Journaling
Nah ini yang baru. Mbak Ria (bloger Surabaya, EXOL, sekaligus sahabat) dan psikolog yang aku datangi menyarankan aku untuk menulis jurnal. Jurnal apapun, entah itu life plan, life journal, gratitude journal dan lain sebagainya.
Sejak bulan November 2023 lalu aku mulai menyempatkan 10-30 menit setiap hari untuk menulis jurnal. Jurnal in mencakup habit tracker (berisi ceklis kebiasaan-kebiasaan yang ingin aku rutinkan), gratitude journal, life plan, to do list dan catatan-catatan luapan perasaan serta pikiranku. Aku menuangkan semuanya dalam catatan, mulai dari rasa syukur, emosi, sakit hati, kecewa, harapan, bahagia, keluh kesah, semua tanpa terkecuali.
Efeknya? Sejauh ini mulai terasa. Aku merasa hari-hariku jadi lebih produktif berkat to do list dan habit tracker. Meski secara keseluruhan belum menyembuhkan trauma dan anxiety yang aku alami, tapi target itu sepertinya bisa tercapai. Aamiin…
8. Daily Skincare
Seperti yang aku ungkit di awal, menginjak usia 30 mulai muncul keresahan tentang kondisi tubuh dan kulit. Penuaan memang tidak bisa dihindari, yeorobun. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang bisa menghindar dari penuaan. Tetapi penuaan dini bisa dicegah. Penuaan juga bisa dijalani dengan elegan dan indah. Termasuk penuaan kulit.
Rutin minum air putih, masih menurut Dokter U, juga bisa membuat kulit wanita lebih cantik sebab kelembaban kulit tetap terjaga dengan pasokan air yang seimbang. Menurut riset, elastisitas kulit mulai berkurang ketika memasuki usia 30 tahun. Itulah perawatan kulit penting dilakukan supaya elastisitas ini tidak hilang. Caranya dengan menjaga kebutuhan air dan perawatan dari luar seperti skincare.
Aku tidak memimpikan kulit mulus dan kenyal seperti Baekhyun (yang kayak nggak menua, makin tua malah makin glowing). Aku hanya ingin kulitku terjaga kesehatannya sebab kulit (terutama wajah) adalah aset penting bagiku.
Tahun ini aku ingin lebih perhatian lagi dengan kondisi kulitku, ingin lebih rutin lagi pakai skincare, bukan cuma kalau sempat. Tidak perlu skincare mahal, skincare ramah kantong pun bisa menjadi pilihan bijak. Selain berkhasiat menyehatkan kulit, skincare yang ramah kantong bukankah juga mengamankan jatah beli bawang di dapur?
9. Pelajari Skill atau Hobi Baru
Resolusi satu ini sepertinya selalu muncul setiap tahun. Tahun lalu aku ingin belajar bahasa Korea lebih serius, ini masih sama. Kalau ada kesempatan, aku ingin memperdalam keilmuan bahasa Korea supaya lebih bermanfaat. Yah, minimal bisa baca dan ngerti arti tulisannya Byun Baekhyun dan Mas Rowoon lah, hehe. Apalagi dua bias kesayanganku ini tulisannya cukup challenging dibaca, butuh effort sedikit ekstra.
Kelas lain? Tentu ada. Rasanya tidak perlu aku tulis di sini, yang jelas sudah ada kelas program yang ingin aku ikuti tahun ini. Kelasnya offline. Berbayar. Tapi insyaAllah bisa bermanfaat dunia akhirat kalau niatku terjaga. Semoga Allah memudahkan dan meridhoi niat ini. Nawaitu ta'alluma wa izalatil jahli wa ihyaaiddin, aamiin…
Bagaimana dengan hobi? Masih sama, aku masih suka sekali nonton drakor, melototin Rowoon, Baekhyun, EXO, SF9 dan Mas Eddie. Cuma akhir-akhir ini aku suka nulis coret-coret di kertas, masih ada kaitannya dengan journaling, jadi sepertinya aku mau lebih eksplorasi bidang ini.
Yang nggak kalah menarik di mataku adalah desain grafis. Berkat adanya Canva, yang sangat mudah digunakan dan full fitur, aku juga suka bereksperimen dengan grafis digital. Kalau ada yang punya rekomendasi kelas Canva, boleh di-spill ya yeorobun!
10. Batasi Screen Time, Ganti Baca Buku
Sosial media seperti Instagram, TikTok, X dan YouTube bisa memicu badai dan tsunami informasi yang berujung pada overthinking. Overthinking ini memperparah gejala anxiety yang aku rasakan. Itulah mengapa sejak akhir tahun 2023 lalu aku lebih strict lagi soal screen time. Dengan memanfaatkan fitur digital well being di hp, so far aku bisa membatasi waktu scrolling tidak penting di sosial media. Makanya jangan heran kalau aku kurang fast response di IG, mohon maaf yang sampai sekarang DM-nya belum aku baca.
Sebagai gantinya, aku ingin lebih banyak membaca buku. Dimulai dari 15 menit perhari yang hukumnya fardhu ‘ain bagiku, aku ingin meningkatkan perlahan, menambah slot waktu membaca sampai waktu yang tak terbatas. Yah, semoga di akhir tahun nanti semakin banyak tabungan resensi buku yang aku tulis di blog ini.
Habit ini terinspirasi dari program sekolah ketika aku SMP dulu. Ada kegiatan Wajib Baca sebelum sekolah dimulai, durasinya tidak lama, cuma 15 menit setiap hari (kecuali Senin dan Sabtu), tapi hukumnya WAJIB, sesuai dengan namanya.
Kalau pembelajaran dimulai jam 7.00 pagi tepat, artinya jam 6.45 bel sekolah sudah berbunyi yang menandakan Wajib Baca dimulai. Semua siswa dan guru wajib membaca di kelas.
Jam 7.00 bel berbunyi lagi yang menandakan bahwa waktu Wajib Baca sudah habis sekaligus tanda untuk memulai kegiatan pembelajaran. Program ini juga dilengkapi dengan Buku Kendali Baca, gunanya untuk mengontrol kebiasaan membaca siswa. Kalau aku tidak salah ingat, buku ini berisi informasi judul buku, nama penulis, genre dan jumlah halaman serta tanda tangan guru yang mendampingi.
Karena bukan di sekolah, aku tetap membuat buku serupa untuk memantau kegiatan membacaku. Di dalam journal yang aku tulis setiap hari, selain habit tracker, aku juga membuat reading tracker. Isinya kira-kira serupa dengan Buku Kendali Baca ketika aku SMP dulu.
11. Perbanyak Ibadah
Yang ini sepertinya nggak perlu dijabarkan detail ya. Aku rasa cita-cita setiap insan pasti ingin terus lebih baik dalam hal ibadah. Baik ibadah wajib, maupun sunnah. Tahun ini, inilah yang ingin aku tingkatkan dan istikamahkan. Berhubung yang satu ini sifatnya personal, jadi nggak perlu aku cerita panjang lebar. Konon, urusan ibadah tidak perlu orang lain tahu, karena takutnya jadi riya’ dan pamer. Oke, aku setuju…
Satu-satunya yang bisa aku bagikan adalah tahun ini aku mulai ngaji lagi, yeorobun. Setiap habis maghrib bisa ngaji bareng suami, ngaji kitab-kitab di pondok dulu, seperti fiqih, bahasa arab dan tafsir. Karena aku merasa umur sudah makin bertambah, tapi ilmu dan ibadah masih gini-gini aja. Aku butuh gebrakan baru untuk memperbaiki kualitas diri dan aku rasa ini bisa menjadi jalan pembuka.
Kenapa nggak ikut kajian online? Sebetulnya bisa, apalagi jaman sekarang banyak sekali majelis-majelis taklim yang bisa online seperti ini. Tetapi cita-citaku dari dulu memang bisa ngaji berdua bareng suami. Biar ilmunya lebih manfaat dan bisa jadi momen quality time juga dengan pasangan. Demikian, semoga bisa menginspirasi…
Umur kita hampir sama mba, kayanya resolusinya emang mesti lebih perhatian sama kesehatan ya kannn
ReplyDelete